Sabtu, 06 Agustus 2011

Renungan Dalam Diam


Aku Cuma anak manusia seperti yang lainnya…
Berasal entah dari tanah-tanah selatan, timur, barat atau utara
Aku bukan seorang ahli agama bertatakrama bijak yang bisa melerai pertengkaran antara batu-batu di bukit itu dengan kedalaman samudera…
Aku juga bukan dokter yang biasa menolong orang banyak yang lazimnya orang-orang sangat mengagumi jas putih yang kukenakan…
Aku bukan siapa-siapa di dunia ini…
Bukan pejabat, bukan panglima, bukan saudagar yang mempunyai banyak materi yang tak’ terhingga…
Aku hanya anak manusia biasa seperti yang lainnya
Berkalang dosa yang tiada habisnya…
Aku hanya anak manusia yang mempunyai satu keinginan saja di dalam pengembaraanku…
Mungkin sangat sederhana terdengar…

….“Aku ingin mencintai Allah dengan setulus-tulusnya cinta karena Dia yang menciptakanku, hanyalah Dia muara cintaku…Allah…Allah…dan hanya Allah, agar kudapat tenggelam dalam Rahmat-Nya yang Maha Agung”….

Ya, Ilahi....
Wahai kejaran kalbu para perindu
Wahai tujuan para pencinta…
Aku memohon cinta-Mu dan orang yang mencintai-Mu
Serta cinta amal yang membawaku kesamping-Mu
Jadikan cintaku pada-Mu mencegahku berbuat maksiat atas-Mu…
Anugerahkan kepadaku kemilau cahaya saat melihat-Mu
Tataplah diriku dengan tatapan kasih dan sayang
Jangan palingkan wajah-Mu dariku
Karena aku mencintai-Mu setulus-tulusnya cintaku

Lesakkan Magma Murkamu


Bila argumentasi tak mampu merubah kondisi
Bila kerasnya hati tak kuasa merubah buruk menjadi baik
Maka…
Untuk apalagi mengagungkan nurani?!!

Bila luka adalah gores karena terhiris
Bila perih adalah rintih karena tertatih
Maka…
Keparatlah manusia yang hanya diam merasakan sakit!!!

Menangislah sekeras kalian sanggup…
Bila itu mampu meluluhkan rasa sedih !!!
Tertawalah sesuka kalian ingin…
Bila itu dapat meringankan beban!!!
Karena hidup bukan untuk diam…

Benteng-benteng takkan pernah rubuh hanya dengan tatapan
Manusia-manusia tiran takkan pernah musnah hanya dengan cacian seekor rubah
MENGAUMLAH!!!!...
Karena kalian adalah singa si raja hutan

Mangsalah, manusia-manusia rakus yang terus mengeparatkan diri!!!
Persetan dengan omongan bila hanya untuk dilantunkan…
Karena kebohongan yang di jejalkan dengan paksa akan menjadi magma murka yang akan melantakkan tirani…

ALLAHU AKBAR….!!!!

Cinta membutuhkan waktu

“maukah ukhti menjadi istri saya? Saya tunggu jawaban ukhti dalam waktu 1 X 24 jam!”


Masya Allah,cinta bukanlah martabak telor yang bisa di tunggu waktu matangnya. Ia berproses, apalagi berbicara rumah tangga, pastinya banyak pertimbangan- pertimbangan yang harus dipikirkan. Ada unsur keluarga yang harus berperan. Selain juga ada pilihan-pilihan yang mungkin bisa diambil. Jadi harap dipahami bila kesempatan datangnya cinta itu menunggu waktu. Seorang akhwat yang akan dilamar –contoh extrim pada kasus diatas- bisa jadi tidak serta merta menjawab. Biarkanlah ia berpikir dengan jernih sampai akhirnya ia melahirkan keputusan.
Ideal bagus, Tapi realistis adalah sempurna!!

"Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggungjawab pada keluarga, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan juga tampan.”

Itu mungkin suami dambaan Anda duhai Ukhti. tapi jangan marah bila saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawar, maka yang ukhti butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan. Kenyataannya tidak ada satupun lelaki didunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan kita. Ada yang mapan tapi kurang rupawan, ada yang rajin beribadah tapi kurang mapan, ada yang giat  dakwah tapi selalu merasa benar sendiri, dsb. Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki kriteria bagi calon suami/istri kita, lantas membuat kita mengubah prinsip menjadi "yang penting akhwat” atau “yang penting ikhwan”. Tapi realistislah, setiap menusia punya kekurangan – sekaligus kelebihan.

Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikir realistis terhadap orang yang akan melamar kita, atau yang akan kita lamar, adalah kesempurnaan. Maka doa kita kepada Allah bukanlah, 

”berikanlah padaku pasangan yang sempurna Ya Allah” ...

tetapi....

“Ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku, agar hamba tentram dan merasa aman di sisinya".