Minggu, 07 November 2010

Hati Yang Luka...

Rasanya sudah berkarat panah cinta ini....
Tetesan darah yang menusuk hati kini sudah mengering...
Terlanjur Ku mencintainya...
Namun segala rasaku hanyalah kematian bagianya...
Segalanya pupus sia-sia...
Akankah nasib cintaku harus berakhir air mata???..
Tiadakah setetes bahagia yang menyegarkannya???...
Termenung aku dalam kebisuan...
Dan segalanya menguap tanpa kepastian...

Jumat, 15 Oktober 2010

Cantiknya Wanita


Untuk membentuk bibir yang menawan, ucapkanlah kata-kata kebaikan.

Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan pada setiap orang yang engkau jumpai.

Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, bagikanlah makanan dengan mereka yang kelaparan.

Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, dan engkau tidak akan pernah berjalan sendirian.

Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakan, bukan pada bentuk tubuh, atau cara dia menyisir rambutnya.

Kecantikan wanita terdapat pada mata, cara dia memandang dunia, karena di matanya terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, di mana cinta dapat berkembang.

Kecantikan wanita bukan pada kehalusan wajah, tetapi pada kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya, yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan cinta dia berikan.

Dan kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.

Pergaulan Bebas Tanpa Batas


Masa remaja adalah masa pancaroba. Dalam masa ini, seorang remaja akan mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan itu seringkali menimbulkan ketidakstabilan yang dapat berujung pada berbagai perilaku menyimpang, seperti keterlibatan narkoba, kehamilan pra-nikah yang menggakibatkan timbulnya berbagai masalah-masalah baru. Akibat-akibat lain dari seks bebas di kalangan remaja ini pun berbagai macam, remaja yang mennjadi pelaku rentan terkena HIV/AIDS, PMS (Penyakit Menular Seksual), KTD (Kehamilan yang tidak diinginkan) hingga aborsi yang dapat menyebabkan cacat permanen atau berujung pada kematian. Padahal remaja adalah generasi penerus bangsa yang berperan penting dalam maju dan mundurnya bangsa ini yang kelak berperan sebagai orang tua, guru, kyai, penghulu, tokoh masyarakat atau pemimpin bangsa ini sesuai minat dan keahlian yang di miliki.
Menyikapi bahayanya pergaulan bebas, kita sebagai generasi muda harus mawas diri, jangan sampai ikut terlibat di dalamnya. Untuk itu diperlukan berbagai upaya pencegahannya. Dalam karya tulis ini kami akan menghadirkan pembahasan upaya pencegahan pergaulan bebas dikalangan remaja sehingga melahirkan generasi muda yang mempunyai SDM yang berkualitas.
Dalam membuka tabir topik ini, berbagai pertanyaan bergulat di dalam pikiran kritis penulis dan mungkin Anda sebagai pembaca juga penasaran atas perputaran klise kehidupan ramaja sekarang. Apakah dampak, faktor, dan sikap remaja terhadap seks bebas untuk membentengi diri agar terhindar dari pergaulan bebas yang meracuni pikiran dan perilaku remaja itu sendiri? Ini merupakan salah satu pertanyaan dari ribuan pertanyaan yang berkecamuk didalam rotasi syaraf otak. Kita tentunya ingin tahu bagaimana solusi terbaik yang dapat diambil generasi muda karena kondisi pergaulan remaja sekarang sangat mengkhawatirkan dan rawan terhadap pergaulan bebas tanpa batas-batas norma dan nilai-nilai yang berlaku.
Penulis akan mengupas secara logis dan real. Bukan dengan pembahasan yang bersifat mengajari, tapi lebih kepada pembahasan yang bersifat obrolan ringan tapi juga serius separeti curhat dengan sahabat (sharing) yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan aplikasi akhlakul karimah (berperilaku yang mulia) di kehidupan remaja.
Mari kita mulai pembahasan ini dengan pemahaman dasar mengenai munculnya istilah pergaulan bebas. Bukankah pepatah lama mengatakan bahwa ”Tak kenal maka tak sayang”. Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang seks bebas di kalangan remaja, tak ada salahnya kita membuka pikiran dengan pemahaman dasar tentang paradigma yang kita bahas.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan bangga terhadap hasil cipta karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif bagi perkembangan/kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja kemajuan itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak negatif yang diakibatkan oleh perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), salah satunya adalah budaya pergaulan bebas tanpa batas.
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkhatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul yang berlainan jenis tanpa memperhatikan batas-batas tata cara pergaulan yang sesuai dengan kaidah, norma dan nilai-nilai yang berlaku di agama dan masyarakat. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah ”pacaran” sejak awal masa remaja.
Pacar (teman mesra)??? bagi remaja sekarang merupakan hal mutlak yang harus di miliki dan di lakukan di usia belia. Ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya seks bebas. Remaja sekarang berpendapat bahwa pacaran merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar yang tidak sedikit adanya pergeseran perilaku ke arah yang negatif, misalnya adanya aksi adu fisik antara tokoh pesaing tersebut (berkelahi). Sungguh kenyataan ini menggelitik akal sehat kita. Sikap tercela tersebut memberikan kita suatu idiologi yang real bahwa remaja sekarang lebih banyak mengadopsi perilaku yang tidak terpelajar. Sehingga kemerosotan moral semakin terpuruk. Padahal remaja adalah generasi yang memegang tongkat estapet masa depan bangsa Indonesia. Ditangan merekalah semua bergantung. Opini tadi memberikan kita ruang untuk merenungkan kembali tentang betapa pentingnya perilaku yang terpelajar untuk Indonesia yang berintegeritas.
Penyelesaian masalah dalam pacaran hendaknya membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan anak (komunikatif). Orang tua hendaknya menjadi sahabat anak, bukan malah sebagai tokoh diktator di setiap episode usia perkembangan anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Sebenarnya penulis tidak menyalahkan dengan dalih para remaja sekarang yang menjunjung tinggi perasaan ”cinta mati” yang menjelma antara pemuda dan pemudi. Hal itu bersifat alami, mengingat hormon pubertas yang mulai bekerja secara aktif di usia-usia belia (pubertas). Namun, yang menjadi perhatian sekarang ialah bagaimana kita menyikapi segala perilaku yang kita perankan. Penulis memberi perhatian lebih dan penekanan terhadap efek samping dari pacaran tersebut. Kita tidak bisa menampik segala rasa yang kemudian menjadi bibit-bibit nafsu yang menodai makna cinta suci itu sendiri. Pertama hanya berpegangan tangan, berangkulan, berpelukan dan kemudian making love (berhubungan intim). ”Bukankah pacaran tanpa menyentuh merupakan salah satu ideologi yang kuno?” begitu tanggapan para pelaku pacaran aktif. Sekarang penulis ingin bertanya ”apakah pembaca tinggal diam apabila pasangan kalian pernah di sentuh dan di kotori oleh orang selain Anda? apakah rasa tersakiti melintas di hati Anda walaupun dengan lantang lisan Anda berkata akan menerima dia dengan apa adanya? dan apakah harus cinta suci di kotori dengan perilaku tidak berakhlak yang kita perbuat (seks bebas/kumpul kebo)?”. Renungkan jawaban Anda dan lihatlah hasilnya, sebening apa selaput yang selama ini menutupi pikiran picik kita. Kalau Anda salah satu pelaku ”pacaran aktif (bebas)” segeralah terjaga dari perilaku Anda yang menyesatkan itu, karena yang rugi diri Anda sendiri, bukan orang lain!
Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang pemenuhannya sangat dipengaruhi stimulus dari luar tubuh manusia dan alam berfikirnya. Meminimalkan hal-hal yang merangsang, mengekang ledakan nafsu dan menguasainya secara stabil merupakan salah satu cara menjauhkan diri dari seks bebas. Masa remaja memang sangat memperhatikan masalah seksual. Banyak remaja yang menyukai berbagai hal yang berbau porno, baik yang bisa di nikmati secara visual,dan auditorial baik dari media cetak, meaupun elektronik.
Melihat film dan gambar-gambar yang berbau porno merupakan suatu tantangan yang wajib dipenuhi oleh pikiran kotor (Piktor) remaja sekarang. Semakin bertambah jika mereka berhadapan dengan rangsangan seks seperti suara, pembicaran, tulisan, foto, apalagi dengan sentuhan alat kelamin sendiri (onani/masturbasi). Hal ini akan mendorong remaja untuk ”mencoba” mengetahui lebih intim kegiatan seks yang haram tersebut dan ”mempraktekkannya” dengan teman sebaya (pacar), wanita pekerja seks komersial (PSK, atau lebih tidak bermoral ia melakukan ”prakteknya”dengan keluarga sendiri, misalnya saudara perempuannya. Segalanya bukan tidak mungkin, bila nafsu setan sudah menguasai, maka perilaku kita sudah layaknya seperti setan yang paling laknat hidup di bumi. Maka, berhati-hatilah. Jaga jiwa dan raga Anda sebaik-baiknya. Jangan sampai terperdaya dengan tipuan setan yang membutakan segalanya.
Kedua, lingkungan yang tidak baik. Kita tidak dapat menutup mata terhadap lingkungan dan pergaulan yang bersentuhan langsung dengan aktifitas sosial kita. Beragam lapisan masyarakat membaur dan mendoktrin cara kita bertingkah laku. Jadi, cobalah ,tenempatkan diri Anda di lingkungan yang baik sehingga akan membentuk tingkah laku yang selaras, baik di pandangan Tuhan YME., dan makhluk-Nya. Pergaulan yang tidak baik dan membebaskan segala bentuk perilaku seksual berupa hal-hal yang berbau pornografi dan pornoaksi di kalangan anak-anak dan remaja di bawah umur mendorong perkembangan mental yang durjana pada setiap anak bangsa, baik yang sengaja maupun tidak untuk melihat semua media yang tidak senonoh tersebut. Hal ini perlu perhatian total, karena pengaruh lingkungan dan pergaulan berdampak lebih mengena di jiwa-jiwa yang haus dengan keingintahuan yang besar di masa-masa kritis mereka (usia belia).
Ketiga, teman yang memproklamasikan seks bebas sebagai arah kepuasan duniawi yang dicari di hidupnya. Hati-hatilah saat memilih teman, jangan mudah terpengaruh terhadap ajakan-ajakan yang menyimpang dari norma dan nilai-nilai agama. Terkadang teman bisa saja menjadi tokoh yang menjerumuskan ke jurang kegelapan. Biasanya apabila teman kita sudah jatuh kedalam jurang hitam tersebut, maka besar kemungkinan dia mencari teman yang sama seperti yang dia alami. Mereka mempunyai potensi besar untuk menjadikan kamu sebagai tumbal kegelapan hidup.
Tentunya sebagai manusia, dia yang telah terkotori ingin mempunyai teman senasib. ”Bukankah semakin banyak orang yang menanggung suatu masalah akan menjadi lebih ringan apabila di lalui bersama?” Begitu pikiran sesat yang berotasi di otak mereka. Jadi, bentengi diri Anda dengan iman dan pemahaman agama yang baik, sehingga apabila ada yang mencoba mempengaruhi Anda, maka Anda sudah kuat untuk menghindar dari doktrin-doktrin setan tersebut dan alangkah lebih baik apabila Anda berbalik dapat mempengaruhinya agar kembali ke jalan yang benar. Penulis, berpesan apabila pembaca berteman atau bergaul dengan orang-orang yang sesat, maka jangan langsung menjauhinya. Berilah pencerahan jiwa kepada teman anda tersebut, rangkullah dia ke jalan yang di ridhoi Tuhan. Dan apabila dia tetap bersikukuh tidak ingin meninggalkan dunia hitamnya, maka renggangkan jarak antara kalian, serta do’akanlah dia kepada sang Pencipta agar dia kembali meniti jalan kebenaran di hidupnya.
Penulis yakin, setiap agama mengecam bahkan mengutuk perilaku seks bebas, karena memang perilaku setan tersebut mendatangkan berbagai keburukan bagi pelaku, keluarga, dan lingkungan tempat tinggalnya. Tentu telah banyak larangan yang berupa petuah/nasehat dari berbagai kalangan, baik dari pihak orang tua, pendidik, tokoh agama ,serta para medis. Semuanya beragumen senada dangan berbagai presepsi yang berbeda. Selain aib yang dapat merusak citra diri, keluarga dan lingkungan, pergaulan bebas berpotensi membuat kita mengidap penyakit-penyakit bebahaya seperti HIV/AIDS, PMS (Penyakit Menular Seksual), KTD (Kehamilan yang tidak diinginkan) yang berujung pada kematian. Jadi, masih conggakkah jiwa kita yang sarat dengan dosa ini menghadap sang khaliq dengan perilaku tersebut?! Renungkanlah saudaraku, selagi kita belum terlambat! Tuhan masih melimpahkan kasih sayang-Nya yang berlimpah untuk kita syukuri dan nikmati dengan berbuat yang terbaik di sisa umur kita di dunia yang fana ini.
Sebagai sesama remaja, penulis mencoba mengajak pembaca semua untuk merenungi segala faktor, dampak dan sikap kita dalam menghadapi perilaku seks bebas. Kami menyadari gejolak keingintahuan Anda yang sangat besar terhadap segala yang berkaitan dengan ”aktifitas seksual”. Anda boleh mempelajarinya sebagai sex education yang masih mempunyai sekat pemisah antara keingintahuan dan nafsu yang berkuasa. Itu hal yang alami dan wajar bagi kita. Namun, segala perilaku hendaknya di barengi dengan pemikiran yang logis dan terarah tanpa mengedepankan egois untuk ”melakukannya” secara dini.
Ada saatnya nanti kita ”melakukannya”. Itupun apabila fisik, dan spikis kita benar-benar sudah dewasa dan benar-benar telah berhak untuk memiliki pendamping hidup. Terlalu dini buat kita untuk merasakan kenikmatan semu itu dengan cara setan (seks bebas/kumpil kebo). Karena untuk memiliki cinta yang hakiki (aktifitas seksual yang halal) memerlukan penyatuan yang besar, bukan hanya dua hati tapi dua keluarga yang berbeda kultur adat, dan budaya, bahkan boleh jadi stigma bahasa juga.
Penulis menpunyai beberapa solusi atas stigma yang kita obrolkan saat ini. Pertama, adanya PIK- Remaja (pusat informasi kesehatan-remaja) yang memberikan pelayanan konsultasi tentang segala informasi kesehatan, dan curahan hati para remaja yang di tangani oleh remaja juga (konselor sebaya) yang tentu saja dengan bimbingan para pakarnya (psikolog, para medis, dan guru). Media ini sangat efektif untuk remaja sekarang, mengingat remaja mempunyai masalah kesehatan dan kehidupan percintaan yang sangat sensitif di ceritakan kepada orang tua. Mereka takut digurui, selain itu rasa segan yang besar mengluluhkan keinginan untuk berbagi dengan orang tua. Hal ini memberikan ruang yang lebih luas untuk kita berpikir kedepan agar persoalan di berbagai masalah remaja dapat di atasi dan mendapatkan solusi yang terbaik dengan suasana persahabatan.
Kedua, adanya sex education yang di berikan di sekolah, seminar, dan diskusi. Sehingga masalah seks, bukan lagi sebagai hal yang tabu bagi remaja di setiap tingkat usia (remaja awal, remaja madya, dan remaja akhir). Dengan pendekatan ini di harapkan pengetahuan remaja semakin bertambah luas dan tidak terjerumus kepada hal-hal yang mengarah ke arah negatif masalah seksual di usia belia.
Ketiga, hubungan yang komunikatif antara orang tua dan anak memberikan peran lebih intim pada pendekatan pertama pengetahuan seks yang lebih positif. Orang tua bisa mengarahkan ideologi anak dengan penuturan yang real dan logis. Usahakan pendekatan ini bersifat kekeluargaan dan tidak otoriter. Jadilah, sahabat untuk anak di waktu-waktu senggang keluarga. Suguhkan obrolan yang ringan dan diskusi kecil tentang masalah seks dan masalah pribadi (percintaan) yang mengekang anak. Orang tua harus bisa menjadi pendengar dan pemberi sousi yang bijak. Ini menjadi interinsik stimulus yang optimal yang dapat di rasakan remaja secara langsung secara kekeuargaan dan tanpa beban. Singkatnya, keterlibatan semua pihak dalam meluruskan gejolak seksual remaja sangat di perlukan.
Penulis berpesan kepada seluruh remaja Indonesia agar lebih berpikir positif dalam menjalani kehidupan remaja. Nikmati saja masa remaja Anda dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti berkompetensi secara sportif dalam akademik, maupun non akademik, mencari teman sebanyak-banyaknya, menambah wawasan dengan banyak berdiskusi dan belajar bersama, dan segudang aktifitas yang lebih bermanfaat dan bahkan dapat mengangkat derajatmu di hadapan Tuhan YME. dan makhluk-Nya. ”Bukankah hal-hal tersebut lebih menyenangkan dan lebih mensucikan hati kita ketimbang melakukan perilaku-perilaku menyimpang seperti seks bebas, narkoba, dan perilaku setan lainnya?”. Jadi, mari kita berpegangan tangan dengan menyatukan tekad membangun bangsa yang lebih sehat dan berintegeritas.
Mari kita sejajarkan Indonesia dengan negara-negara maju di belahan dunia dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam mengelola rahmat Tuhan melalui sumber daya alam (SDA) yang melimpah di pangkuan bunda pertiwi ini. Jangan pernah kita mengendurkan semangat anak bangsa dengan perilaku-perilaku yang mencoreng citra bangsa. Jangan biarkan negara lain memandang Negara Indonesia dengan sebelah mata. Kita harus tunjukkan pada dunia kalau kita berhak ”di segani” sebagai negara yang makmur, sejahtera dan berwawasan luas.

Senin, 04 Oktober 2010

Tangis Bisu Ayah


Daun pepohonan bergerak berisik. Bergoyang, tersentuh hembusan angin darat yang mulai berpancaroba dengan angin laut. Kokok ayam jago bersahutan dengan nyaringnya, seakan berteriak bahwa “malam telah usai, dan sambutlah pagi yang menggairahkan!”. Daun-daun yang menghijau tertunduk malu, sarat dengan butiran titik-titik bening di permukaannya. Kedamaian itu menyapa sang mentari yang mulai merangkak naik menyinari bumi dengan kehangatannya yang sempurna dan memberi warna-warni yang penuh pada bulatnya embun, sebelum jatuh dan terhisap pasir-pasir yang garang kehausan.
Jauh sebelum segala proses alam itu menyapa, di sebuah rumah petak berdinding kayu ulin dan berlantai kayu yang serupa, telah ramai. Menunjukkan di mulainya aktifitas di pagi buta. Saat semua mata manusia lekat dan merapat. Enggan berpisah dengan selimut, bantal dan guling. Raga manusia kala itu benar-benar terjerat erat, tidak bergeser seincipun dari kasur tempatnya terlelap meskipun suara surga memanggil untuk menghadap-Nya. Meninggalkan segala jeruji setan untuk tetap terlelap meraih bunga mimpi yang makin di bumbui keindahan-keindahan maya, dan menggantinya dengan sujud kepada sang penguasa nadi kehidupan, Aza wajalla.
Sholat tahajjud di gelar satu keluarga pukul 02.30 dini hari. Imam sholat itu adalah seorang pria yang sudah cukup berumur yang di sebut ” ayah” oleh empat putra putrinya. Sang ibu bersyaf rata bersama ketiga putrinya di belakang sang suami dan seorang anak laki-lakinya. Jama’ah perindu kalamullah itu begitu khusyuk menjalan perintah sang khaliq dengan meresapi setiap gerakan sholat. Wajahnya yang mulai menua tidak sedikitpun menghalangi pancaran cahaya bijaksana dan pekerja keras dalam ketenangan geraknya. Guratan-guratan keriput di wajahnya menjadi bukti betapa umur telah menggerogoti raganya. Kulitnya yang coklat kemerahan membalut tubuh yang berporsi sedang, melambangkan betapa keras perjuangannya selama ini. Mereka bertasbih dengan mengagungkan asma-asma pencipta semesta beserta isinya. Mereka benar-benar terlena dalam kesyahduan cinta kepada-Nya. Subuh pun menjelang, mereka berdiri lagi dan siap bercinta dengan-Nya kembali dalam setiap gerak sholat dengan kekhusyu’an sang insan dihadapan gusti Allah.

”Bu, ayah berangkat narik penumpang ya. Sekalian ngantar anak-anak pergi ke sekolah. Do’akan ayah agar dapat penumpang yang banyak supaya dapat menyetor uang lebih banyak kepada istriku tercinta hari ini”. Pamit pak Arif kepada istrinya sambil tersenyum genit. Sang istri tersipu malu sambil mencium punggung tangan suaminya dengan penuh kasih.
”Insyaallah, amin Ya Rabb! rejeki di tangan Allah dan kita berkewajiban untuk mencarinya dengan cara yang di ridhoi-Nya di muka bumi ini. Semoga Engkau limpahkan rejeki yang halal dan barokah kepada suamiku hari ini. Amin! Hati-hati di jalan ya”. Jawab bu Iffah lembut. Keempat anak-anaknya pun bergantian menciumi punggung tangan sang ayah dan ibu secara bergantian setelah itu. Semuanya tersenyum bahagia.

”Assalamua’alaikum .....!!!”. Kata anak anak berserta suaminya serempak dengan nyaring.
”Walaikum’salam”. Jawab bu Iffah tenang sambil mengeleng-gelengkan kepala melihat wajah ceria semua malaikat hatinya hari ini. Jilbab panjangnya berkibar perlahan di mainkan angin yang lembut.


Bumi terus berevolusi dan berotasi sesuai dengan ketetapan Allah SWT. Tanpa membangkang sedikitpun. Tidak seperti manusia yang mudah sekali khilaf dalam menjalankan perintah-Nya.
Segalanya berlalu dengan cepat, sedangkan kebutuhan semakin meningkat. Kenaikan harga kebutuhan pokok semakin melejit naik seperti roket yang siap mengambang di angkasa. Kehidupan semakin pelik bagi masyarakat lapisan menengah kebawah. Kemiskinan, kebodohan, buruknya kesehatan, krisis moral dan tingginya tindak kriminalitas menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Namun apa yang malah mereka perbuat? Para tokoh-tokoh terhormat yang mengaku sebagai ”wakil rakyat” semakin membuat kondisi semakin sekarat dengan melakukan tindakan KKN. Mereka menyebut dirinya orang-orang terpelajar, tapi sungguh mengecewakan. Mereka dengan wajah tidak bersalah melakukan perilaku yang kurang ajar. Dimana letak posisi pemimpin didiri mereka?mengapa meteri menggelapkan jiwa dan malah tertawa saat linangan air mata kelaparan dan keterpurukan membayangi rakyat jelata?dimanakah hati nurani terpatri kini? Hanya renung yang dapat jernihkan hati.

”Ayah, ibu sudah tidak tahu lagi bagaimana mengelola pengeluaran sehari-hari dengan hemat. Rasanya semua cara telah ibu lakukan untuk meminimalisir pengeluaran, tapi sia-sia. Padahal semua anak-anak kita bersekolah dan setiap bulannya SPP mereka harus di bayar. Apakah kita harus mengorbankan salah satu anak kita untuk berhenti sekolah, yah?keuangan kita semakin menipis, bahkan untuk makan sehari-haripun rasanya tidak mencukupi. Ibu benar-benar bingung. Sungguh ini kondisi paceklik yang mencekik”. Keluh bu Iffah tertunduk letih. Wajahnya muram gambaran beratnya perasaan dan pikiran yang mengekangnya.

Pak Arif mendesah sesaat lalu berucap seraya memandang tegas sang istri yang sedang gelisah menanggung beratnya hidup dengan sabar.

”Inalillahi wa inna lillahi rojiun. La haula wala kuwata illabillahilali’il azim. Sabarlah bu, anggap ini ujian dari Allah kepada hambanya. Kita hanya bisa berusaha dan bertawakal atas keketapan-Nya. Menanggapi usul ibu, ayah rasa itu bukan solusi terbaik dari masalah ini. Malah dengan memberhentikan salah satu anak kita dari sekolahnya akan menambah masalah baru bagi kita. Coba ibu pikir, kita ini tidak punya pangkat, dan materi yang patut di banggakan. Kita hanya lulusan SMP yang berwawasan minim. Padahal persaingann semakin ketat di segala bidang. Globalisasi semakin merajai dunia. Selain ilmu apa lagi yang bisa melawan semua itu?hanya ilmu yang dapat mengangkat derajat seorang manusia di hadapan Allah dan makhluk-Nya. Haruskah kita mengulang nasib kita yang tersingkir dari ketidakmampuan bernafas lega dalam mengarungi hidup yang layaknya seperti rimba saja untuk anak-anak kita?tidak bu, ayah tidak akan membiarkan hal itu. Anak-anak kita harus tetap mengenyam pendidikan yang tinggi hingga mereka dapat berkehidupan yang layak seperti orang-orang lainnya. Cukup kita yang merasakan kepedihan. Ayah ingin kelak mereka dapat tersenyum bahagia atas kesuksesan yang di raihnya”. Jelas Pak Arif panjang lebar seraya merangkul sang istri mesra.
”Maafkan ibu, yah. Ibu terlalu mudah putus asa dan tidak bisa berpikir jernih untuk solusi masalah ini. Ibu benar-benar malu atas rapuhnya ideologi yang ibu anut selama ini. Ibu, tidak pantas jadi ibu yang baik untuk teladan anak-anak”. Ibu Iffah mulai terisak menyadari kesalahannya.
”Kita saling introfeksi diri. Ayah juga andil alih dalam masalah ini. Mulai besok ayah akan mulai menarik penumpang lebih banyak lagi, bila perlu ayah akan mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan kita. Ibu do’akan saja, semoga ridha Allah terlimpah kepada kita sehingga jalan mencari rejeki yang halal dan berlimpah terbuka lebar. Ibu jangan menangis lagi dong. Malu kan kalau di lihat anak-anak. Senyum ya? Nah, gitu kan cantik”. Tanggap Pak Arif sedikit merayu. Bu Iffah pun tersipu malu. Merah dadu di pipinya kini tidak dapat di tutupi lagi. Pak arif semakin gemas melihat tingkah istrinya itu. Dia sungguh mencintai istrinya. Tidak pernah sedikitpun terbersit di hatinya untuk berpaling dan membagi ke bahagiaanya dengan cinta hawa yang yang lain.


”Para peserta atletik jarak 1500 meter tingkat provinsi Kalimantan Tengah di harap bersiap-siap di garis start”. Suara panitia lomba memalui pengeras suara membahana di lapangan sanaman mantikey.

Fayza mendekati tepat yang di maksud. 023 adalah nomor dada lari jarak jauh menengah yang di ikutinya. Fayza menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan melalui mulut untuk mengatur pernapasan yang sedikit terganggu oleh debaran jantung yang menggebu di dadanya. Tubuhnya yang berporsi sedang sedikit merasa ciut melihat lawan-lawannya kini. Tinggi gadis itu hanya 153 cm, jauh dari rival-rivalnya yang tingginya sekitar 165 cm. Pesimis mulai mengerogoti rasa percaya dirinya saat ini. Dia merasa sudah kalah sebelum bertanding.
”Tidak!aku tidak boleh seperti ini aku harus bisa. Aku akan mempersembahkan kemenangan ini kepada ayah dan ibuku. Aku ingin mereka tersenyum bangga atas prestasi yang ku raih dengan usahaku sendiri. Bismillahirrohmanirrohim. Aku berjuang karena Engkau Ya Allah, bantulah hambamu ini. Amin!”.suara batinnya menguatkan.
Fayza mempersiapkan diri sebaik mungkin di sela waktu yang semakin menghimpit. Sesekali dia menebar pandang dan berkenalan dengan peserta lain. ”Walaupun mereka adalah rivalku saat ini tapi mereka adalah keluarga bagiku. Tiada salahnya untuk menambah teman dan menjaga silaturahim. Berta’aruf itu hal yang menyenangkan”. Bisiknya membatin.
Satu persatu nomor dada peserta atletik jarak jauh menengah putri di panggil. Mereka mengerahkan segala kemampuan yang di miliki seoptimal mungkin, begitupun Fayza yang kini masih terengah-engah mengatur nafas yang hampir putus. Fayza tidak menyangka ternyata dirinya menang di penyisihan dan semi final. Kini dia sedang di beri pengarahan lebih serius dari pelatihnya. Fayza menyimak semua penuturan Pak Subaryo dengan patuh. Dia sungguh berterima kasih atas kedisiplinan yang di terapkan pelatihnya saat latihan lari sebelum lomba sehingga berbuah kelincahan, kegesitan, dan kecepatan berlari yang mengagumkan dari tubuh mungil Fayza.

”Para peserta putri atletik jarak 1500 meter yang masuk final agar mempersiapkan diri di depan garis start”. Sekali lagi suara panitia lomba membahana memberikan komandonya lagi melalui pengeras suara.
” Peserta nomor dada 003, 015, 017,023, dan 053 bersiap di garis start. Apakah semua lengkap?”. Absen salah satu panitia mengecek kehadiran peserta lomba.
”Ya”. Jawab peserta serempak.
”Baiklah, siap.......bersedia,....ya…!!!!” aba-aba juri dengan nyaring kepada seluruh peserta atletik yang masul final seraya menembakkan pistol gas ke udara bebas. Para peserta lari yang berancang-ancang dengan posisi start berdiri mengayunkan kaki secepat mungkin menjauhi garis start. Jauhnya jarak yang di tempuh mengetirkan langkah-langkah gesit para peserta. Mereka saling mendahului satu sama lain. Fayza merasakan kakinya tiba-tiba keram saat jarak tinggal 500 meter lagi. Terasa berat mentuk mengayunkan kaki lebih cepat.kecepatan larinya mulai berkurang, wajahnya memerah menahan sakit. Sorak sorai para penonton seakan menjadi gerakan slow action seperti di film-film baginya. Pandangannya mulai mengabur. Kepalanya sakit berdenyut.
”Ya Allah, hamba bukanlah siapa-siapa. Hamba bukanlah anak yang pintar dalam akademik seperti adik laki-lakiku Hasan, bukan pula anak yang memiliki bakat dalam seni vokal seperti adikku Zahra, dan bukan pula anak yang memiliki paras yang cantik seperti Amani adik bungsu ku. Tapi, aku hanya punya semangat dan daya bertahan dalam berjuang di jalan-Mu Ya Allah. Kiranya hanya itu kemampuan yang hamba punya sebagai anak sulung. Hamba hanya ingin ayah dan ibu tersenyum bangga kepadaku. Hanya itu, maka tolong kuatkan hamba. Hamba hanya percaya kepada kekuasaan-Mu Ya Allah”. Jerit batin Fayza di sela larinya.
Allah Maha Tahu dan Maha Kuasa. Allah akan menolong hambanya yang dalam kesusahan karena ingat kepada-Nya dalam suka maupun duka. Keajaibanpun terjadi, rasa yang begitu menekan laju lari Fayza hilang seketika. Seolah mendapat kekuatan baru Fayza berlari sekuat tenaga yang tersisa dengan terus-menerus bertasbih di dalam hatinya. Fayza melewati garis finis secepat kilat menyapu gelapnya hari yang temaram. Fayza menjadi juara pertama dalam atletik jarak 1500 meter katagoro putri di provinsi Kalimantan Tengah dan berhak mengikuti PON di DKI. Jogyakarta. Beasiswa dan kesempatan masuk universitas favorit di kota cantik Palangka Raya berada di genggaman Fayza. Semua penonton bersorak-sorai menyambut pemenang lomba atletik putri hari ini. Pak Subaryo pun hanya dapat menepuk-nepuk bangga punggung Fayza yang basah dengan keringat.


Fayza berlari riang melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Dia tidak peduli tatapan heran para tetangga melihat perilaku Fayza yang pulang membawa tropy besar keemasan di tangannya dengan butir bening di sudut matanya yang bergelayut hangat meleleh di pipi yang memerah. Dia sungguh bahagia dan sangat bersyukur kepada Allah. Ibunya tidak kalah terkejut dan terharu atas prestasi yang dibawa anaknya. Hanya permata yangjatuh bergeming di sela senyum bangga kepada putri sulungnya itu.
Semua larut dalam kebahagiaan yang tiada tara di hadapan sang Khaliq. Mereka bersujud dalam remangnya matahari yang kini berganti dengan teduh sinar sang rembulan dan kerlap-kerlip bintang dimalam kelam.
Pukul 00.30 Bu Iffah tetap terjaga dengan perasaan gelisah.” Apa gerangan yang terjadi pada suamiku saat ini? Apa ada sesuatu yang terjadi pada suamiku Ya Allah? Tidak biasanya suamiku tidak pulang selarut ini. Lindungi dia Ya Allah”.Runtuk Bu Iffah galau di dalam hati.anak-anaknya tertidur pulas berjajar di kasur yang tipis. Mereka terlihat bahagia, bersih, dan tidak berdosa. Pemandangan ini membuat hati Bu Iffah sedikit tenang. ”Mereka sudah besar rupanya. Akh, terlalu indah mereka menghiasi hidup kami. Engkau terlalu baik Ya Allah menitipkan malaikat-malaikat kecil ini di genggaman kami. Terima kasih Ya Allah”. Sua Bu Iffah setengah berbisik, takut suaranya membangunkan anak-anaknya yang menarik nafas teratur. Bu iffah duduk di kursi tua yang terlihat kusam warnanya. Dia lelah sekali, suara detik-detik jam dindingpun mulai menina bobo hati yang masih cemas menunggu kedatangan suaminya. Diapun terlelap dalam batin yang terus berharap.
”Astagfirullah, sudah jam berapa ini?”. Panik Bu Iffah sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 04.40 WIB. Segera di bangunkan anaknya dengan lembut untuk segera mengambil air wudhu mengerjakan sholat subuh. Semuanya bangun dengan patuh menghadap sang penguasa nadi kehidupan, Azza wa Jalla.


”Ayah, mengapa kau pergi secepat ini?! Ayah tidak sayang lagi ya dengan Amani, kakak dan ibu?” teriak Amani nyaring dengan cucuran air mata sambil menggoncangkan raga yang terbujur kaku di hadapanya. Pak Arif telah di panggil Yang Kuasa.

Ruangan UGD Dr. Doris Syilfanus yang bercat putih dan semerbak bau obat menyengat indera mereka. Hasan dan Zahra mencoba menenangkan sikap Amani yang tidak terkendali dengan sayatan luka di hatinya yang menggangga lebar. Sungguh mereka tidak tahan berada di kondisi ini. Fayza pun hanya dapat segugukan menggigit bibir kuat-kuat agar tangisnya tidak meledak. Bagaimanapun dia adalah anak sulung yang harus tegar dalam kondisi apapun, apalagi kini dia tengah memeluk ibunya hangat mengantikan bahu ayahnya yang menjadi sandaran disaat ibunya sedih. Ibunya lemas tidak kuat menahan jiwanya yang meronta, hingga air matanya kini sudah kering, segersang gurun tanpa oase. Tatapannya kosong.terlalu sakit kenyataan ini menampar relung jiwa keluarga ini.
Pak Arif meninggal saat dia hendak pulang ke rumahnya. Senja saat itu merupakan eksotisme yang dia lihat terakhir kalinya di muka bumi. Sebuah truk melaju ugal-ugalan di jalan dan menabrak mobil angkutan Pak Arif dengan kasar. Pak Arif terjengkang berlumuran darah. Suara adzan magrib kala itu adalah suara terindah yang di dengar Pak Arif saat dia menghadap sang pemilik jiwa dan raga semua manusia. Foto keluarga yang sederhana setia terpajang di mobil angkutannya kini terpecah di samping raga Pak Arif yang tidak bernyawa lagi. Foto itu sekarang ada di tangan Fayza, foto keluarga yang berbercak darah itu menjadi wasiat terakhir dari Ayahnya untuknya dan adik-adiknya. Di balik foto itu ada tulisan sederhana yang merenyuhkan jiwanya. Bukti tulus perjuangan terakhir impian ayah terhadap pendidikan anak-anaknya.

”Berjuanglah demi masa depanmu anakku. Raihlah impianmu dengan ilmu dan takwa kepada-Nya. Ayah dan ibu selalu mendoakanmu”.

Rabu, 04 Agustus 2010

Nafas Dzikir Anissa

Udara siang begitu membakar setiap kulit manusia yang berada di bawah teriknya. Angin seperti bersekutu dengan tabiat sang matahari. Anginnya terasa panas membelai setiap kulit yang menantangnya. Tampak dua orang di bawah pohon berkeringat dingin menunggu sesuatu. Mereka berada tidak jauh dari sebuah Bank Sentral yang cukup terkenal. Dua orang itu berjeket kulit berwarna hitam dan coklat. Rambut gondrong mereka berantakan diterpa angin yang bertiup. Mereka duduk diatas sepeda motor Honda tahun 90- an yang mereka biarkan menyala.

“Hans, sudah lama kita menunggu nih. Mana orang yang kamu bilang itu?tanganku sudah gatal ingin menebaskan samurai ini ke lehernya.” kata laki-laki berjeket hitam kepada temannya sambil memperlihatkan samurai di balik sarung yang di pegangnya dari tadi.
“Sabar Syam, kita mesti sabar menunggu tambang emas kita. Sebentar lagi juga orang itu akan keluar dan kita akan melaksanakan aksi kita.hahaha.” jawab temannya itu dengan penuh ambisi.
“Iya, tapi lama sekali. Aku sudah bosan menunggu!” ucap Syamsul kesal

Tiba-tiba pintu Bank Sentral tersebut terbuka dan tampak seorang pria setengah baya membawa dua koper hitam yang nampak berat. Dia menuju parkiran yang sepi.

“Syam, kamu lihat orang yang baru keluar dengan dua koper tadi? nah, itu dia korban kita hari ini. Dia tambang emas kita, kita akan kaya!hahaha.” kata Hans mengebu-gebu.
“Ayo kita rampas secepatnya uang itu dari tangannya.” kata Syamsul garang.

Sepeda motor Honda tahun 90- an itu melaju kencang mendekati pria setengah baya tersebut. Syamsul turun dari kendaraan dan langsung menebaskan samurai ke udara.

“Apa yang kalian lakukan?cepat pergi!”teriak laki-laki itu ketakutan
“Hahaha…serahkan dua koper itu maka nyawamu kami ampuni!” gertak syamsyul geram
“Ti…ti…dak…aku tidak akan menyerahkan dua koper ini ke tanganmu. Ini adalah gaji karyawan yang di amanatkan kepadaku. Meskipun harus mati, aku tetap mempertahankannya.” sanggah laki-laki itu bertahan.
“Wah, besar juga nyalimu. Siap-siaplah menemui malaikat maut yang akan menjemputmu.” teriak syamsul seraya menebaskan samurai ke arah laki-laki itu.
“Hiaaa….ttt…rasakan ini.” katanya membara
“Ampuuuunnn….!” teriak laki-laki itu tegang dan pingsan sebelum terkena tebasan samurai.
“Hah…dasar pecundang. Belum kena, sudah pingsan!” remeh Syamsudin.
“Syam, ayo cepat orang-orang sudah mulai mendekat….ayo kita kabur!” aba-aba Hans tercekat dengan butiran keringat dingin di dahinya.
“Baiklah.” seraya mengambil dua koper yang tergeletak pasrah di samping laki-laki paruh baya yang pingsan tadi dan segera mungkin lari seribu kaki menuju sepeda motor sudah siap melaju bersama Hans di atasnya.
“Ayo Hans, kita pergi…!” aba-aba Syamsul yang sudah naik ke punggung sepeda motor.
“Baiklah…!akan ku tunjukkan kepadamu kalau aku pembalap sejati!hahaha.” sahut Hans girang.

Mereka melaju menembus angin yang semakin kuat menerpa tubuh mereka seiring bertambah kencang laju sepeda motor yang mereka kendarai. Mereka melajukan sepeda motor ke luar kabupaten Pangkalan Bun menuju kota Palangka Raya.
Di simpang jalan yang penuh semak belukar mereka turun dari sepeda motor yang mereka kendarai untuk melarikan diri. Mereka membuang sepeda motor Honda tahun 90-an itu ke semak belukar. Mereka ingin menghapus jejak dari kejaran polisi yang mengejar.
Syamsul dan Hans nampak lebih berwibawa dan rapi dengan jas dan kemeja yang mereka kenakan. Selain itu mereka juga memotong rambut dan kumis. Pakaian itu sengaja di bawa Hans di dalam ranselnya. Semua atribut saat melakukan aksi perampokan mereka hanyutkan ke sungai.

“Beres, sekarang tinggal kita bagi uang hasil kerja kita hari ini.hahaha.” kata Hans penuh bahagia.
“Ya, dan sekarang kita kaya sobat!” jawab Syamsul antusias.

Mereka pun membawa masing – masing satu koper. Lalu mereka menaiki bus yang untuk melanjutkan pejalanan ke kota Palangka Raya.
***
Tampak dari jauh, seorang ibu dengan seorang putrinya duduk di teras rumah sambil bersenda gurau. Wajah ibu itu tenang dan penuh kasih. Dia sedang menyisir rambut putri kesayangannya yang panjang dengan lembut. Sekali-kali Annisa, ibu yang penuh kasih itu bercerita tentang berbagai lelucon yang mendidik, dan meledaklah tawa Adinda, putri kesayangannya itu saat mendengar cerita bundanya yang sangat lucu.
Anissa merupakan ibu dan teman terdekat bagi Adinda, gadis berusia 9 tahun yang sejak kecil tidak dapat melihat indahnya dunia. Adinda bersekolah di SLBN 1 Jekan Raya. walaupun Adinda tuna netra namun dia merupakan mutiara hati Annisa yang bersinar. Adinda sangat pintar memainkan biola tua peninggalan almarhum kakeknya. Sudah banyak piala dan penghargaan yang di terima oleh gadis kecil itu dan Adinda selalu berkata saat moment bahagia itu berada di genggamannya “Piala ini untuk bunda yang Adinda sayang. Bunda yang selalu ada buat Adinda, mendukung dan menyemangati Adinda disegala keterbatasan yang Adinda miliki. Terima kasih bunda. Adinda sayang bunda.” Ucap bibir mungil itu tulus, dan tepuk tangan riuh terdengar ke seluruh ruangan mengiringi jatuhnya tetes air bening di sudut mata Anissa. Anissa benar-benar bersyukur kepada Allah yang telah memberinya seorang putri yang selalu membuatnya tersenyum di luar segala kekurangan yang Adinda miliki.

“Bunda, kapan ayah pulang?”tanya Adinda membuyarkan lamunan indah Annisa tentang hari istimewa kemarin.
“Hah…apa sayang? maaf tadi bunda melamun.”kata Annisa terjaga dari lamunannya.
“Ih bunda….!” rajuk Adinda manja. “Itu lho bunda, Adinda tanya kapan ayah pulang?” ulangnya pura-pura merajuk.
“Bunda juga tidak tahu sayang. Sabar ya, mungkin ayah lagi sibuk dengan pekerjaannya”.jawab Anissa lembut.
“Ya… ayah kok begitu. Padahal Adinda ingin memperlihatkan piala yang Adinda peroleh kemarin. Adinda rindu sekali dengan Ayah. Walaupun Adinda tahu, ayah tidak sayang dengan Adinda”.kata Adinda lemah.
“Sabar ya sayang. Bunda yakin, ayah bukannya tidak sayang dengan Adinda.hanya….”kata-kata Anissa tergantung. Lamunannya kembali melayang pada kata-kata yang di lontarkan oleh suaminya beberapa waktu lalu “Dia bukan anakku! Dia anak yang tidak berguna.” kata suaminya seraya mencambukkan ikat pingang ke tubuh Anissa yang melindungi Adinda dengan punggungnya.” Istigfar mas…sebut nama Allah. Dia anak kita yang di titipkan Allah dengan Kuasa-Nya. Kita wajib mensyukuri pemberian-Nya, mas.” jawab Anissa dengan cucuran darah segar dari dahinya.
“Bunda kok diam? Adinda benar kan? Ayah memang tidak sayang dengan Adinda, buktinya ayah selalu bersikap kasar kepada Adinda dan bunda. Padahal Adinda sangat sayang dengan ayah. Apa salah Adinda?apa karena Adinda buta hingga Ayah tidak sayang dengan Adinda?”tanya Adinda dengan mata berkaca-kaca.
“Sudahlah sayang. Berhentilah menangis, bunda tidak ingin putri kesayangan bunda bersedih. Kan masih ada bunda yang sayang dengan Adinda.”kata Anissa dengan linangan air mata seraya memeluk hangat Adinda
“Bunda jangan menagis. Maafkan Adinda yang cengeng. Adinda malu dengan bunda yang selalu kuat dan tegar menghadapi kekurangan Adinda selama ini dengan ketawakallan kepada Allah. Maafkan Adinda bunda.” kata Adinda seraya meraba pipi Anissa yang basah dan mengusapnya perlahan dengan jari-jarinya.
“Jika Adinda bisa melihat. Adinda ingin melihat senyum bunda pertama kali saat membuka mata. Bunda jangan menagis ya. Demi Adinda!” pinta Adinda tersenyum di sela air bening yang jatuh dari mata indahnya.
“Oh putriku…Adinda benar-benar mutiara hati bunda. Ibu akan tersenyum untukmu sayang. Ya sudah, hari sudah mulai senja, mari kita masuk. Kita ambil air wudhu untuk sholat magrib.” kata Anissa seraya membimbing Adinda masuk kedalam rumah.
“Iya bunda.”
***
Tok….tok….tok…suara ketukan pintu terdengar kasar bertubi-tubi di jatuhkan ke arah daun pintu.
“Anissa!buka pintunya.” teriak Syamsul tidak sabar.
“Iya, tunggu sebentar.” jawab Anissa dari dalam tergesa-gesa.
“Cepat bego!” maki Syamsul geram.
“Mas sudah pulang.” seraya ingin mencium punggung tangan suaminya.
“Lama banget, ngapain saja sih dirumah?pasti sibuk mengurus anak yang tidak berguna itu”.geram Syamsul sambil menepis perlakuan sopan Anissa yang ingin mencium tangannya.
“Maafkan saya mas. Saya dan Adinda tadi ketiduran. Lagipula ini kan tengah malam mas, jadi wajar kalau kami sudah terlelap. Mohon mas tidak menyalahkan Adinda lagi. Dia tidak bersalah. Sayalah yang salah, karena tidak mendengar ketukan dan teriakkan mas tadi.” kata Anissa mencoba membela diri dengan halus.
“Akh, persetan!tutup mulutmu. Kamu selalu membela anak sialan itu. Aku capek. Aku mau tidur!” teriak Syamsul kasar.
“Maafkan saya mas.” jawab Anissa merunduk takut.

Malam meninggalkan singgahsananya dan berganti dengan sang mentari yang siap menyinari bumi dengan terangnya. Embun pagi bergelayut di ujung dedaunan dengan iringan nafas sang angin pagi yang berhembus lembut. Namun, nuansa damai tersebut sama sekali tidak dirasakan oleh seorang wanita berparas lembut di dalam sebuah rumah yang terbuat dari kayu ulin. Anissa gelisah, wajahnya yang lembut sekarang berselimut cemas bercampur takut.
Anissa mondar mandir tidak tenang. Tatapannya lurus bercampur murka, selurus jarum jam menunjuk angka jam kearah koper hitam dan sebotol minuman keras. “Dari mana mas Syamsudin mendapatkan uang sebanyak itu? dan….Astagfirullah sekarang mas syamsudin meminum minuman keras. Ya Allah selamatkan keluarga kami dari api neraka-Mu. Kami takut dengan murka-Mu Ya Allah!” ratap Anissa dalam hati.

“Mas, Anissa mau tanya?” tanya Anissa tegas dan serius.
“Mau Tanya apa?kerjaanmu ini selalu tanya-tanya. Aku capek tahu?” tanggap Syamsudin acuh dan kasar.
“Maafkan saya mas, tapi ini masalah yang serius. Saya ingin tanya, dari mana mas mendapatkan uang sebanyak itu?bukankah tiga hari yang lalu mas telepon baru saja di PHK dari perusahaan sawit, tempat mas berkerja dan…..tolong mas jelaskan tentang sebotol minuman keras yang mas bawa tadi malam!tolong mas, jangan ceburkan diri ke dalam jurang setan yang terkutuk, mas!” tanya Anissa bertubi-tubi dengan penuh kehati-hatian.
“Akh, jangan ikut campur dengan urusanku?Kerjaanmu itu hanya sholat, dan mengurus anak buta kesayanganmu itu!kalau aku merampok memangnya kenapa?kamu mau laporkan aku ke kantor polisi?silahkan, aku tidak takut.” teriak Syamsudin geram.
“Astagfirullah mas, sadar!Anissa benar-benar kecewa dengan apa yang mas lakukan. Merampok dan minum-minuman terlaknat itu merupakan perbuatan setan yang di murkai Allah. Mas harus segera bertobat dan menyerahkan diri kekantor polisi.” tegur Anissa terkejut.
“Omong kosong….tutup mulutmu!aku tidak mau mendengar dzikir dan petuahmu itu. Aku sudah muak.” maki Syamsudin seraya melayangkan tangan kekarnya ke pipi Anissa dengan keras dan bertubi-tubi kemudian mengambil botol minuman keras itu dan meneguknya dengan penuh nafsu.
Anissa jatuh ke lantai dengan lumuran darah segar yang mengucur dari hidung dan rahangnya. Anissa merintih kesakitan sambil membersihkan lumuran darah dengan jari-jari tangannya yang bergetar. Pipinya memerah dan memar. Adinda terjaga dari tidur saat mendengar jerit dan tangis bundanya yang pecah. Dengan tergagap Adinda mencoba mendekati arah suara rintihan bundanya yang terdengar sangat memilukan dengan tongkat kayu di tangannya.

“Bunda!...bunda kenapa?mengapa bunda menangis?” panik Adinda yang berhasil menemukan bundanya yang terisak kesakitan saat jemari kecil Adinda mendarat di pipi Anissa.
“Tidak apa-apa sayang.” tengap Anissa dengan mata yang sembab.
“Bunda bohong?!Adinda memcium bau darah dan merasakan air mata bunda dari indera Adinda.” sanggah Adinda kecewa.
“Hei anak sialan…!minggir kamu dari situ. atau kamu mau kena cambuk ikat pinggang ayah lagi hah?!jangan membelot dengan bundamu terus. Dasar anak manja.”teriak Syamsul sambil memegang ikat pinggang dengan kondisi setengah mabuk.
“Jangan kau sentuh Adinda seujung jaripun dengan tangan kotormu itu.” lindung Anissa cepat dengan sisa kekuatannya.
“Akh….. diam tolol!” dorong Syamsul kasar ke arah dinding.
“Allahu Akbar….!” jerit Anissa keras yang terbentur dinding rumah dengan lunglai.

Syamsul tidak memperdulikan rintihan Anissa yang terdengar memilukan. Kucuran darah segar kini keluar dari dahi Anissa yang kejatuhan sebuah figura kaca dari dinding rumah yang bergetar akibat tubrukan tubuhnya dengan keras tepat di atas kepalanya. Tangannya pun tertusuk pecahan kaca yang berserak tidak teratur di lantai.
Anissa benar-benar berada di kondisi tubuh paling kritis karena banyaknya darah dan tenaga yang terkuras. Pandangannya kabur dan seakan putaran waktu menjadi lambat berputar. Di sela hilangnya sedikit kesadaran. Anissa dengan sisa kekuatannya merangkak mendekati tubuh Adinda yang terkulai lemah tidak sadarkan diri dengan lumuran darah di sekujur tubuhnya setelah di hujani cambukan ikat pinggang Syamsul yang membabi buta.
Kesadaran Syamsul benar-benar hilang akibat air setan yang masuk ke tubuhnya. Mata hatinya telah tertutup dari rasa keperikemanusiaan dan cinta kasih. Syamsul kini telah berubah seperti manusia setan. Bengis, kasar, dan tidak berakal layaknya hewan.
Pintu didobrak dari luar rumah oleh segerombolan polisi dan warga setempat yang terkejut mendengar jeritan Anissa dan Adinda dari dalam rumah yang sangat memilukan, diiringi suara pukulan yang sangat keras dan bertubi-tubi. Polisi langsung menagkap Syamsul yang masih dalam pengaruh alkohol dengan cepat dan tangkas, sedangkan Anissa dan Adinda segera di larikan ke ruang UGD RSUD Dr. Doris Sylvanus untuk mendapatkan penanganan medis.
***

“Ya Allah terima kasih telah Engkau kirimkan seorang malaikat pendonor mata yang peduli di rumah sakit, disaat-saat terakhir hidupnya untuk Adinda. Limpahkanlah ganjaran surga-Mu kepadanya. Ya Allah, berikanlah kami perasaan takut kepada-Mu yang dapat mencegah kami dari maksiat. Janganlah Engkau jadikan dunia sebagai pokok kerisauan hati kami. Ampuni kami Ya Allah! dengan segala kerendahan hati hamba mohon Ya Allah, bukakanlah suami hamba pintu hidayah-Mu yang Maha mulia wahai dzat Yang Maha menjaga dan Maha berkuasa. Amin!” do’a Anissa setelah sholat tahajjud bersama Adinda dengan linangan air bening di sudut matanya.
“Bunda, besok kita jenguk ayah ya. Adinda rindu dengan ayah. Adinda ingin mengantarkan makanan untuk ayah dan memberi tahu ayah bahwa Adinda sudah dapat melihat.” pinta Adinda tulus.
“Insyaallah!Adinda benar-benar malaikat kecil bunda.” peluk Anissa hangat dan penuh kasih. Adinda tersenyum manis mendengar penuturannya bundanya yang lembut. Dia benar-benar sayang dengan bundanya. “Ya Allah terima kasih segala karunia-Mu atas mata ini, terimalah arwah sang malaikat pendonor yang telah Engkau panggil dengan rahmat-Mu, dan terima kasih telah kau ciptakan seorang wanita yang tegar dan lembut seperti bunda. Adinda sangat bersyukur atas karunia-Mu Ya Allah, wahai dzat yang memberi manfaat.” bisik hati Adinda tulus.

11 Oktober 2009

Laksana semesta kau membuatku terpesona
Mengalihkan semua indera yang ku punya
Diam seribu bahasa dan hanya hati yang dapat bersua....
Diriku terpesona dengan sebuah kesempurnan indah akhlakmu.…



Pagi menjelang siang. Jam telah menunjukkan jam 07.50 WIB. Segera kulangkahkan kaki masuk ke dalam mobil angkutan umum ayahku, sebelumnya ku lihat pakaian yang aku kenakan sekali lagi, meneliti dengan seksama bagaimana hasil dandananku selama 30 menit.”Perfect!” ponisku seraya tersenyum. Pakaianku hari ini agak berbeda dari hari biasa. Aku mengenakan seragam batik berwarna biru dan rok hitam polos, tidak lupa kaca mata minus membingkai mata indahku serta sepatu balet berwarna coklat menghiasi kakiku sekarang. Buku tebal berwarna hijau dan kartu peserta telah kumasukkan ke dalam tas selempang berwarna kream tergeletak pasrah mendampingiku. Penampilanku sungguh 100% seperti dosen yang ingin mengajar para mahasiswanya, Oh My God!

“Ma, do’akan Nurpah ya...supaya hari ini bisa juara.” pintaku tulus seraya berpamitan dengan mama.
“Iy, mama do’akan. Semoga Nurpah juara. Amin!” tanggap mama tersenyum.
“Mama memang baik!”pujiku sambil menciun punggung tangan dan kedua pipi beliau.
“Ayah, ngebut dong. Sebentar lagi Nurpah terlambat nih” panikku setelah duduk di dalam mobil.
“Iy, sabar. “ jawab ayah tanpa mengalihkan pandangan fokus ke jalan.

Aku kembali membolak-balikkan buku KTIR yang akan kupresentasikan hari ini dengan seksama demi membunuh rasa tidak sabaranku yang memuncak ke ubun-ubun. Tidak lama ayah menghentikan mobil angkutannya di depan auditorium PT. STAIN. Aku tersenyum lega. Segera ku berpamitan dengan ayah seraya minta do’a. Ayah mengamini pemintaanku dengan wajah bangga dan seyum ramahnya. “Aku tidak akan mengecewakanmu ayah!” janjiku dalam hati.
Ku langkahkan kaki dengan ringan menuju gedung auditorium bersama Mega Aldona Eeronika, teman sekaligu rivalku hari ini. Kami mengisi daftar hadir peserta di depan pintu gedung. Piagam dan peralatan tulis menjadi buah tangan yang kami peroleh saat melewati daftar hadir peserta. Aku sungguh bahagia.
Udara AC menyambut kedatangan kami saat melangkahkan kaki ke dalam gedung yang berarsitektur apik dan megah. Lagu-lagu islami mengalun merdu, mententramkan indera pendengaran kami. Aku dan mega sepakat duduk di deretan bangku di belakang juri.
Acara dimulai denggan sambutan para pelaksana lomba dan tokoh-tokoh pendukung acara ini terwujud. Mataku berekspedisi ke seluluh para peserta yang akan tampil dan sungguh aku terkagum. Semua berpakaian rapi dan nampak berwibawa. Di wajah mereka menyiratkan kecerdasan yang patut di acungi jempol. Nyaliku sedikit ciut, namun kecoba meyakinkan diri kalu aku juga layak untuk di perhitungkan.
Lomba pertama adalah lomba pidato 3 bahasa (Inggris, Indonesia, dan Arab) yang di ikuti oleh pelajar SMA/SMK/MA dan Mahasiswa/i se-Kota Palangka Raya. Semua peserta menyampaikan pidatonya dengan sangat memukau Indera visual dan audotorialku. Bahasa, materi, dan gaya penyampaian sungguh berbobot dan mencerahkan pemikiran. Aku yakin, kalau semua anak Indonesia berpikiran seperti mereka, maka Indonesia dapat maju dan sejajar dengan negara-negara lain yang telah maju di dunia.
Jam telah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Pergantian lomba akan segera di lakukan. Panitia sibuk mengecek para peserta yang akan bersiap untuk tampil dalam lomba Karya Tulis Remaja (LKTIR) 3 bahasa (Inggris, Indonesia, dan Arab) yang di ikuti oleh pelajar SMA/SMK/MA dan Mahasiswa/i se-Kota Palangka Raya.
Mega membuyarkan rasa deg-degan ku dengan berbisik pelan ke telingaku, ”Nur, coba deh kamuu liat ke belakang kamu. Ada Risma dan Dwi Borneo lho?” aku terkejut dan segera mungkin menoleh kebelakang. Teryata benar, mereka adalah Risma Wardani dan Dwi Borneo, teman MTs ku dulu di MTsN-2. mereka tesentum dan membalas sapaanku dengan ramah. Tidak banyak yang berubah dari mereka berdua. Rame dan penuh canda. Sungguh pribadi yang menyenangkan Mereka bercerita panjang lebar tentang sekolah mereka sekarang. STM jurusan komputer, menjadi pilihan mereka selepas lulus dari MTsN-2.
”Kalian disini ikut lomba atau menemani teman yang ikut lomba?” tanyaku penasaran.
Mereka tertawa jahil.mencurigakan!seorang panitia menghampiri kami. Ia mengabsen kehadiran para peserta yang akan tampil. Aku mendapat kesempatan pertama yang akan maju mempresentasikan dan mempertahankan tesisku. Sesuatu yang menarik, sehingga jantungku berdebar tidak tenang. Ternyata Risma dan Dwi ikut dalam perlombaan ini.
”Dwi borneo dari STM, ada?” tanya panitia mengabsensi.
“Dia tidak hadir kak.” Serobot Dwi cepat di iringi tatapan penuh Tanya dariku dan tatapan penuh pengharapan agar aku membungkam mulutku untuk berbicaca bahwa orang yang di cari panitia absensi adalah DIRINYA.
“Ya sudah, kalu begitu, Dwi Borneo di diskualifikasi.” Kata kakak panitia seraya mengabsensi peserta lain di iringi desahan dan belaian tangan Dwi ke dadanya tanda kelegaan yang besar.
“Jadi, kamu ikut juga dalam lomba KTIR ini?tapi, kenapa kamu tadi berbohong?” selidikku.
“Aku belum selesai mengerjakan karyaku Nur, aku malas.” Akunya kemudian dengan seyum jahilnya.
“Dasar kamu ini.” Gerutuku sambil tertawa bersama.
“Apa kalian saja yang ikut LKTIR ini? Ada yang lain?”.
”Ada. Tapi cowok.Namanya Reza Wahyu Firdaus, anak XI listrik 2” kata Risma seraya menunjuk seorang cowok berkoko putih lengkap dengan celana coklat kain yang melekat di tubuhnya yang tengah menunduk duduk di deretan peserta laki-laki.
Aku terpana sejenak, lalu ku alihkan pandangan dengan maksud baik untuk mengajaknya bergabung dengan kami. Jujur aku adalah seorang yang suka berteman dengan siapa saja. Tapi....
”Wah...kalu dia, susah Nur ae. Orangnya tertutup dan alim banget. Mana mau dia gabung ke sini.“ Ungkap Risma jujur.
”memangnya kalu di sekolah orangnya seperti apa?“ tanyaku penasaran
"Iya Nur ae, dia kalau di sekolah dia itu pendiam dan sering ke musola. Yah gak mau dekat-dekat sama cewek lah. Padahal banyak yang suka sama dia loh.” kata Dwi serius.
”Wah, jangan-jangan dia...HOMO lage. Ih amit-amit.“ Gelidikku ngeri.
'’HUSSS...“ sentak Risma, Dwi, dan Mega bersamaan.
”Bukan begitu. Ada-ada aja kamu ini.“ tambah mega menegur khayalanku yang kurang realistis.
”Yah...siapa tahu. Aku kan hanya menduga-duga.” usahaku mencoba membela diri dari tatapan mereka bertiga yang tidak setuju dengan opiniku.
”Hm...kalau mau, kamu coba ajak dia. Nih aku punya nomor handphonenya tawar Risma dan Dwi tulus.
”Boleh juga...mana?” aku mulai mengetik deretan angka yang dibacakan oleh Dwi, lalu jari jemariku mulai mengetikderetan huruf yang penuh ajakan berniat tulus untuk berta’aruf dan bergabung dan ku tekan tombol KIRIM dengan lincah.
Selang beberapa menit kemudian handphoneku bergetar. Dan mataku mendapati nama REZA W.F. tetera di layar Motorola L6 ku. Ajakanku ditolak dengan halus! Kata-kata di SMSnya cukup singkat dan padat. Namun, tersirat bahasa kata yang di gunakan dengan sopan dan hati-hati. Walaupun sedikit kecewa, aku menatap kearahnya. Aku tersenyum simpul dan mendapat balasan yang serupa. Aku tidak bisa memaksa cowok polos itu. ”Dia cukup menarik!” pikirku jahil. Hormon pubertas memang kadang nakal.
”Kalau kamu bisa mendapatkan dia. Wah, kamu hebat Nur ae!” tantang Risma.
"Wah...kayak enggak kenal aku aja. Apa sih yang enggak. Aku kan cewek romantis.“kataku jahil di iringi tawa geli Mega melihat tingkahku.
“Aku dukung deh. Tapi, ntar kalau ada perkembangan lebih lanjut, kabari aku ya.“ Pinta Dwi semangat dan sedikit centil.
“Beres!“ kataku menanggapi.

Lomba KTIR sudah dimulai. Aku mempersiapkan mentalku sebaik mungkin. Namaku menggema keseluruh gedung megah aditorium STAIN saat di panggil untuk mempresentasikan karya Tulis Ilmiah yang ku ikut sertakan dalam lomba ini ”Membanngun Bangsa Dengan Belajar” itulah tesis yang mati-matian akan ku pertahankan di hadapan juri hari ini. Kulangkahkan kaki dengan sedikit gugup. Aku mencoba tersenyum santai didepan puluhan pasang mata yang menatapku, tidak terkecuali tiga orang dosen berpengalaman yang tepat berada di depanku yang menjadi juri terhomatku hari ini. Kritikan dan pujian keluar dari mulut para juri atas karya yang ku presentasikan. Tesisku benar-benar di uji pertahananya. Dengan mencoba tenang dan serealitis aku menjawab pertanyaan juri yang bertubi-tubi dan mencoba mengunci mulutku. Aku tetap kukuh atas jawabanku dan kulihat para juri sudah mulai menilai penampilanku tadi. Setelah mengucap salam, tepukan tangan membahana memenuhi ruangan. Aku kembali duduk dan meluruskan nafasku yang tadi sedikit tertahan akibat rasa gugupku. Wajahku merah padam, tapi hatiku tenang dan lega setelah tampil.
Satu persatu peserta mempresentasikan hasil karya ilmiahnya. Mega nampaknya membuat para juri terpukau dengan KIR tentang ”Pemanpaatan Ketepeng Cina Sebagai Pengawet Alami”, dan Risma tentang ’’Pemuda Di Era Globalisasi” yang mengundang banyak perhatian juri dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
Pera Mahasiswa/i tidak kalah menarik materi yang mereka presentasikan. Aku sedikit pesimis dengan karyaku. Tapi, ya sudahlah. Aku hanya dapat memasrahkan segalanya di tangan Allah semua keputusan yang terbaik. Tiba giliran Reza, memprsentasikan KTIRnya di hadapan juri. Nomor peserta 11, menarik perhatianku. Anak yang beruntung. Itu angka favoritku. Dia menyampaikan karyanya dengan santun dan hati-hati, tampak oleh indera visualku kegugupan menyelimutinya tap, aku kagum dengan usahanya yang cukup tenang dalam mempresentasikan dan menjawab pertanyaan juri. Karyanya bermuatan ”pergaulan para remaja sekarang menurut pandangan agama” cukup fantastic bagiku, karena di jaman yang mengglobal seperti sekarang jaramg ada remaja yang berpandangan kritis yang berlandaskan hukum agama yang hakiki. Aku benar-benar terpesona. Bukan karena jahirnya yang tampan tapi, karena ketampanan akhlaknya yang menarik hormon pubertasku bekerja. Dia sudah jadi magnet bagi hatiku._^
Pengumumanpun tiba. Jam telah menunjukkan pukul 12.20 WIB. Panitia memanggil para peserta yang beruntung menjadi sang juara. Mega menjadi juara pertama, aku juara ke 2 ,dan Risma juara ke 3 LKTIR Putri dan teryata cowok bernama Reza Wahyu Firdau yang sejak tadi menyita perhatianku menjadi juara 1 putra. ”Hm...boleh juga nih cowok. Nanti aku ininmengucapkan selamat deh.” kataku tulus membatin.
Aku setengah berlari menghampiri Reza, cowok itu tampak heran dengan tingkahku yang memanggil namanya dengan setengah berteriak. Dengan spontan ku ulurkan tanganku ke hadapannya dan mengucapkan ”selamat ya!” dengan tulus dan bersemangat. Dia malah tersenyum simpul seraya merapatkan tangannya ke dada dan membungkuk. ”terima kasih” katanya singkat seraya tersenyum dan berlalu pergi meninggalkanku. Perasaanku benar-benar campur aduk, antara kagum, kesal, dan bingung dengan sikap dan perilakuku sendiri. Teman-teman dan beberapa juri, serta panitia yang menyaksikan kejadian itu tersenyum dan malah ada yang tertawa gelak. Aku benar-benar malu. Bila di pikir secara logis , aku benar-benar tidak punya malu dan pikiran yang realistis atas tindakan yang barusan terjadi. Aku serang wanita berjilbab dari MAN Model di permalukan oleh akhlak mulia seorang laki-laki dari STM yang nyata-nyata pendidikan agamanya sedikit di banding sekolahku. Aku benar-benar kalah telak dan tidak dapat berkutik. ” Aku benci cowok yang bernama Reza Washyu Firdaus!” teriak batinku yang sedikit nyilu.
Sepanjang perjalanan menuju mesjid STAIN aku mengerutu. Mega menjadi pendengar setiaku yang tidak henti-hentinya tertawa oleh ekspresi kemarahan yang aku luapkan untuk Reza. Sesampainya aku di mesjid STAIN ku ambil air wudu yang menyejukkan hati dan pikiranku. Rumah Allah telah melenyapkan semua amarah yang membuat mata hatiku mati. Nuraniku benar-benar tercemar tadi dan terbasuh oleh butiran air yang ku usapkan ke bagian anggota wudu, menyentuh kulit dan meresap ke dalam hatiku yang tersembunyi di balik jeruji raga.
Seusai sholat, Mega di jemput. Aku berjalan sendiri menelusuri jalan di depan mesjid sampai akhirnya kak Bariah yang tadi mendapat juara 3 pidato menawarkan tumpangan sepeda motornya kepadaku. Dengan senang hati aku mengiyakan tawarannya. Diperjalanan handphoneku bergetar. Tertera nama cowok yang tadi sempat kubenci di layar Motorola L6 ku. Kubaca perlahan barisan kalimat yang berbaris rapi.

tDi aQ mlHtmU di mEsjid....Slmt atas kemenangan Qm!..thAnk’s atS ucPnmU tDi...

jari jemariku dengan lincah membalas SMS itu dengan deretan huruf yang lebih santun dari gerutuku ketika amarah mamatikan mata hatilu, melenyapkan nurani di kalbu. ”Dia teryata tidak seburuk yang aku pikirkan. Aku sudah su’uzon menuduhnya yang tidak-tidak. Aku akan memperbaiki pandanganku terhadapnya. Semoga ukhuah terjalin saat ini menjadi hubungan yang baik selamanya.” suara batinku seraya tersenyum tulus. Angin yang menerpa kulitku mengiyakan keputusanku.^_^

Minggu, 04 Juli 2010

Pantun



Rajin-rajinlah mencari kayu
Hati yang gundah bawa ke batang
Rajin-rajinlah menuntut ilmu
Supaya mudah laduni datang


Kebatang turun bukan sembarang
Kalau tidak kuat mengemban
Laduni dating bukan sembarang
Kalau tidak kuat ibadah dan sembahyang…

Kalau ada pohon bambu
Jangan di potong berkarat-karat
Kalau ada kesalahanku…
Mohon maaf dunia akhirat…

Itu Aku


Dari jauh aku memandangmu…
Lewat semua mata hatiku..
Dari jauh aku mengagumimu
Lewat semua nada suaramu…

Dari jauh aku mengkhayalmu…
Lewat beragam bunga tidurku
Dari jauh aku mendo’akanmu
Walau kau tak pernah tahu…

Untuk bicara cinta bibir ini tertutup rapat…
Untuk bicara rindu lidah ini terasa kelu…
Kini yang kulakukan hanya termangu…
Menunggu….
Menantikan datangnya sang waktu…
Tuk’ satukan hati yang rindu…

Suhuf Cintaku



Cintaku tergores di suhuf-suhuf dengan tintah emas…
Rangkaian kalimatnya mengukir setiap cerita yang menjelma…
Berlegenda dan penuh petuah yang bermakna…
Namun, kebenaran bisik hati membuatku khauf akan rasa cinta yang bertahta…
Tatkala sang rama tak’ jua bersua kepada sang sinta…

Hidup tanpa cinta



Cinta……
Tak habis ia dibagikan…
Tak kurang ia di berikan…
Tak lenyap ia di curahkan…
Justru ia berkelipatan…

Tanpanya aku hanya sayap-sayap patah…
Yang tiada guna dan lemah…
Tanpanya aku hanya daun berguguran
Yang rindu akan nyanyian hujan..

Tanpanya aku hanya kering pepohonan…
Yang gersang tanpa kehidupan
Tanpanya aku hanya keras bebatuan
Yang lapuk karena kesepian…

Maka berikanlah aku cinta…
Yang tak lekang oleh masa…
Tak lapuk di makan usia…
Karena ia selalu sejati…
Tulus murni dan abadi…

ALWAYS REMEMBER
LOVE WILL FIND YOU
IF YOU TRY

Tangis Bisu Ayah



Dahulu kau tampak gagah dan perkasa
Kau bekerja tanpa banyak bicara
Sekarang engkau mulai menua…
Tak’ dapat bekerja sekeras waktu muda
Kau tampak keriput
Namun semangatmu tak’ mudah larut
Kau bagaikan batu karang
Yang selalu kuat walau tak’ sedikit ombak menerjang…
Di mataku engkau sang pahlawan
Rela berkorban untuk kami sekeluarga makan…
Impianmu sungguh tinggi
Memacu kami untuk meraih mimpi
Di hening yang menyapamu…
Tetes bening, hangat jatuh di pipimu….
Terdengar lemah suamu….
“Anakku, berjuanglah demi masa depanmu”

Gadis Berkerudung Putih



Dari kejauhan terlihat seorang gadis berkerudung putih…
Wajah dan perangainya memancarkan sinar ketakwaan…
Bibirnya senantiasa dihiasi indah senyuman….
Lidahnya terjaga tak’ banyak bicara…

Oh…gadis berkerudung putih
Engkau bagaikan bunga melati yang wangi
Bersih dan berseri di taman hati

Begitu banyak kumbang menggoda
Namun, kau tetap terjaga
Walau tak’ jarang kau terluka oleh tajam duri dunia

Selamatlah engkau hai bunga surga…
Mekar mewangi sepanjang masa…

Rabu, 28 April 2010

愛に希望(Harapan pada sebuah CINTA)


WATASHI WA ANATA WO USHINAI TAKU WA ARI MASE..
aku tidak mau kehilangan kamu..

AISHI TE I MASU...
aku cinta kamu... 

ANATA GA WATSHI WO KIZUTSUKE TE IRU TO OMOI MASU...
aku takut kamu menyakiti aku... 

WA WATASHI WO NOKOSHI NAI...
jangan pernah tinggalkan aku... 


私たちの愛は永遠に続く...願って二人と! 
aku harap cinta kita akan abadi selamanya...bersama berdua!

Sabtu, 24 April 2010

 aku enggak tahu apa aku ini benar atau salah...atau aku berada antara keduanya?...aku sungguh mencintainya dalam semua ketebatasanku...aku merindunya di semua getir hatiku...apa aku salah???...aku dan dia saling mengucap "CINTA"tapi tak berani saling bersua kala nyata menjelma....aku dan dia sangat berbeda jauh...rasanya tidak sekufu...dia terlalu sempurna untuk kumiliki...perpedaan diantara kami begitu trasparan secara visual...karena cinta aku bisa dekat dengannya, namun kecemasan mencampakkanku jauh darinya...TIDAK!!!aku tidak rela...mungkin aku egois tapi sungguh ku pikir ini logis...AKU BUTA KARENA CINTANYA....

Minggu, 11 April 2010

OSIS BARU

Senin, 29 Maret 2010, di penghujung bulan Maret ada satu agenda penting dalam kepengurusan organsiasi siswa intra sekolah yaitu pelantikan ketua dan anggota baru masa bakti 2010-2011 hasil pemilihan bulan sebelumnya.Pelantikan dilaksanakan selesai upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap Senin pagi.

Pelantikan ini menandai permulaan bekerjanya pengurus dan anggota baru dan purna bakti pengurus dan anggota lama dalam OSIS. banyak wajah-wajah baru yang muncul dalam organisasi ini. Pesan singkat kepala Madrasah pada acara ini adalah agar mereka dapat bekerja semaksimal dan seefisien mungkin dalam memajukan OSIS yang pada akhirnya membawa nama baik sekolah.

Agenda lainnya setelah UN adalah pelaksaanaan ujian praktek UN bagi anak kelas XII yang dilaksanakan secara bergiliran antar mata pelajaran sehingga tidak terjadi tabrakan jadwal antar satu bidang studi dan lainnya. Para siswa tetap antusias melaksanakan rangkaian ujian ini.

Selamat bekerja pada pengurus baru,semoga lebih banyak lagi sumbangsih kalian pada sekolah tercinta ini.Untuk anaka kelas XII,semoga kalian dapat berhasil seperti yang diharapkan. Amien.

Lomba Sekolah Sehat



Hari yang ditunggu-tunggu untuk penilaian Lomba Sekolah Sehat tingkat nasional yang diwakili oleh dua sekolah: SD SANTA MARIA dan MAN Model, yang sama-sama terletak di jalan Tjilik Riwut ini akhirnya tiba juga. Persiapan yang selama ini dilakukan mencapai titik puncaknya pada hari ini 1 Juli 2009. Sejak pagi kegiatan sekolah dimulai walaupun sebenarnya menurut kalender akademik ini merupakan hari libur.Tapi syukurlah,seluruh jajaran anggota MAN Model dari siswa,guru, kepala Sekolah,TU serta petugas kebersihan sudah standby di sekolah untuk melaksanakan aktivitas masing-masing sesuai perannya masing-masing.

Pukul 9.20 WIB, rombongan tim penilai lomba sekolah sehat tiba di gerbang MAN Model dan disambut dengan tari pencak silat dengan membuka lawang sakepeng, kemudiankelompok paduan suara dan kelompok drumband di halaman sekolah.Acara penyambutan di lanjutkan di dalam Auditorium dimana para hadirin disuguhi dengan berbagai tampilan termasuk hidangan pro rakyat (rebusan kacang tanah.pisang,jagung dan ubi jalar) dengan dipandu oleh 2 orang MC berbahasa Indonesia dan B.inggris.

Acara pertama adalah tarian hadrah dengan lagu-lagu islami,kemudian pengajian Alqur'an,Mars MAN Model,sambutan dari Kepala Madrasah dan Ketua Tim Lomba sekolah sehat yaitu ibu Lilis dari Depag Pusat. Kurang lebih 40 orang hadir dalam acara ini termasuk Kakandepag P.Raya, Drs.H.Masrani dan jajarannya.Terlihat juga dari Dispora dan jajarannya Drs. irus.Juga perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, dari Pemkot serta provinsi .

Selesai acara di auditorium tim penilai berkeliling melihat hampir seluruh ruangan yang ada di lingkungan MAN Model terutama yang terkait langsung dengan kesehatan lingkungan yaitu WC,kualitas air , saluran pembuangan, ruang dan aktifitas UKS serta beberapa laboratorium.Jugataman TOGA yang terletak di bagian belakang sekolah.

Saat azan dhuzur,Tim penilai dilepas oleh jajaran MAN Model di gerbang sekolah diiringi oleh mars drumband MAN Model P.Raya.Selamat kepada MAN Model yang telah menunaikan amanat ini. Semoga kerja keras untuk mensukseskan program ini membuahkan hasil yang maksimal dan tentunya budaya hidup sehat dilingkungan sekolah ini akan terus dapat dipertahankan. Kepada tim penilai selamat jalan dan semoga selamat sampai tujuan. Halimah

Selasa, 23 Maret 2010

CURHATKU


Kalau mau jujur, sebenarnya aku paling tidak suka yang namanya menulis. Tapi, aku paling suka memikirkan banyak sekali hal-hal yang menurutku cukup layak untuk di katakan jenius. Yah, seperti warna dan bunga kesukaanku, kuning yang identik dengan orang yang pemikir dan melati yang berbentuk kecil namun harumnya sangat semerbak, malah sering di gunakan dalam acara adat yang sangat ritual.hehe....Otakku seakan seperti benda yang dimana didalamnya terdapat miliaran atom yang kapan saja dapat meledak dahsyat.Jadi, bisa dibilang aku ini seseorang yang bebas dan menyukai kebebasan dalam berimajinasi.
Aku seorang yang pembosan dan jarang sekali betah pada pekerjaan yang monoton. Aku orang yang bisa dikatakan cewek tangguh yang di dalamnya cengeng, tapi aku bukanlah seorang wanita yang gampang menyerah apabila sudah ada niat yang mendalam di dalam hatiku terhadap apa yang aku kerjakan.
Aku adalah wanita yang paling tidak suka menunggu, menjadi bawahan, apalagi kalah. Aku sesalu berusaha menjadi yang terbaik terhadap apa yang menjadi tanggung jawabku. My be, aku tergolobg orang yang egois, tapi menurutku ini logis. Aku mencintai diriku yang tangguh, bukan wanita yang lemah dan bergantung pada orang lain.
Selain menyandang pangkat sebagai anak tertua di keluargaku, aku adalah murid yang cukup berpotensi di sekolahku. Yah, bisa di katakan akua adalah murid yang tidak pinta tapi juga tidak bego.hehehE...yang jelas aku selalu ingin menjadi yang terbaik, karena aku adalah harapan keluargaku....Ayah, Ibu, dan adik-adikku.

I WILL TO BE A WINNER AT ALL EVENT!

Dua Malaikatku




Letih dan keriput hiasi wajah yang mulai menua
Sengal nafas dan getir langkahmu kian nampak terlihat
Namun bibirmu tak pernah luput dari manis senyuman
Luka fisik dan jiwa tersembunyi di balik jeruji raga
Yang menjelma hanya kesempurnaan yang nyata

Dimata masa mudaku kau terlihat angkuh saat kumulai salah melangkah
Keras teriakan nasehatmu tak lagi ku dengar
Yang terbersit di benakku hanyalah sesuatu yang beda pada perubahan Era

Butir air bening di sudut matamu mengaburkan penglihatan
Meleleh membasahi pipimu yang kian lelah
Tapi aku tak jua terenyuh...
Aku malah meneriakimu ”TIDAK ADIL!” dengan kasar
Saat materi yang ku minta tak dapat kau penuhi
Kini, kau tak bisa berargumentasi lagi kepadaku
Suaramu yang dulu lantang kini sayup tak terdengar
Kau hanya bisa berbaring lemah di ujung penantian
Pucat pasi kini menyelubungi air wajahmu

Rapuh….
Renyuh…
Lambungkan asa di dada saat dua malaikatku tak lagi bergeming
Hening sesaat kemudian pecah dengan tangisan yang meronta
Jiwaku tergoncang akibat rasa yang terhempas tiba-tiba

Aku menyesal hingga tak mampu bersua
Aku tak sempat berkata ”MAAF” di ujung pertemuanku
Ampuni aku....
Ampuni kelalaianku..
Aku pudar dan gamang tersentak menerima realita yang ada
Dua malaikatku di jemput Yang Kuasa...

Story Love About He and Me!!!

Cahaya yang mula –mula menyusup diantara gelapnya ruang hati, kini mulai redup kembali….raga tidak bisa lagi menari di iringi nyayian yang mendadak sepi…kalbuku yang semula bersonata kini diam tak bergeming…sayup terdengar isak tangis dari hatiku…sesuatu telah pergi….

I.“It’s Me””

Perkenalkan namaku Nurpah sari, nama panggilanku Nurpah atau singkatanya Nuri. Aku
lahir di Balikpapan, hari sabtu, 11 juli 1992. Zodiakku cancer dan shioku monyet. Aku anak sulung dari empat bersaudara. Saudara dan saudariku bernama Ahmad Husin Nafarin, Nur Zaidah, dan yang bungsu Siti Aisyah. Nama ayahku adalah H. Syarifuddin dan ibukuku bernama Ny. Rifah. Dari kecil aku sudah dididik oleh orang tuaku untuk hidup mandiri. Bahkan saat pergi ke sekolahpun aku harus memberanikan diri berangkat sendiri setelah beberapa hari masuk sekolah.
Mungkin tidak ada yang menarik dalam hidupku yang sering menjadi orang perantau. Selain disamping sikapku yang cenderung tertutup, menjadi orang perantau menyebabkan aku tidak punya teman tetap, hingga pada akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang seakan mengubah hidupku dari hitam kelabu menjadi warna yang penuh pelangi kecewa, tangis, bahagia, cinta, impian, dan tawa. Dan di kota cantik Palangka Rayalah menjadi saksi bisu kisah ini di mulai...

II. ”SDN PALANGKA-16 PALANGKA RAYA”

Kisah ini bermula ketika aku dan keluargaku pindah dari kota Martapura, kalimantan selatan ke kota Palangka Raya, kalimantan tengah. Kepindahan yang di putuskan secara sepakat oleh keluargaku terbilang tergesa-gesa bagiku. Mengapa tidak, saat itu aku baru berumur 6 tahun dan telah duduk di kelas 1B di sekolah SDN Keraton 9 Martapura.
Pada hari keberangkatanku ialah saat aku menunggu hari – hari pembagian rapor caturwulan 1 dan akibatnya kami pindah ke kota palangka raya ini tanpa menggetahui hasil belajarku selama 1 caturwulan atau selama 4 bulan. Nampaknya, ke datangan kami yang sangat tergesa–gesa di kota ini berakibat fatal bagi pendidikanku di kota perantauan, kota palangka raya.
Selama hampir 1 caturwulan atau 3 bulan aku tidak dapat bersekolah seperti teman–teman sebayaku di sekitar komplek tempat tinggalku, komplek pertokoan Rajawali induk. Hal ini karena setiap sekolah yang ayah datangi menolak menerimaku sebagai murid baru mereka berdalih aku tidak mempunyai rapor, dan surat keterangan pindah dari sekolahku terdahulu, selain itu mereka beralasan bahwa berat bagi mereka menerima siswa baru di pertengahan caturwulan 2 yang sebentar lagi akan memulai ulangan bersama. Mungkin mereka beranggapan bahwa siswa baru tidak akan bisa cepat menyesuaikan diri dan pelajaran di sekolah.
Ayah merupakan seorang panutan bagi anak-anaknya. Beliau memiliki sifat yang selalu berusaha keras dan pantang baginya menyerah demi suatu tujuan yang mulia. Yah, berkat buah usahanya yang mengagumkan itu, kini aku dapat bernafas lega dapat bersekolah.
SDN Palangka-16 jalan kutilang merupakan SDN yang menyelamatkanku dari kebodohan. Sekolah ini menerimaku sebagai murid baru dengan syarat bahwa aku hanya sebagai murid yang hanya ikut belajar, kata kepala sekolah hal ini sebagai suatu proses untuk menyesuaikan diri di sekolah ini dan aku harus mengambil resiko tidak dapat naik kelas karena sebulan lagi sudah ulangan caturwulan ke-2 di sekolahku. Ayah dan aku menyetujui persyaratan tersebut. Bagiku bersekolah kembali merupakan suatu anugrah terindah dari Tuhan. ”Thank’s to Allah!” kataku membatin.
☺☺☺

Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah, aku bahagia sekali. Dari subuh aku telah mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Ayah dan mama tersenyum melihat tingkahku yang begitu riang.
”Ayo makan dulu, mama sudah siapkan sarapan buatmu”. kata Mama dari arah dapur.
”Iya ma, sebentar lagi kok. Ini nurpah lagi merapikan rambut dulu”. Sahutku
”Ya sudah, cepat ya. Itu ayah sudah siap mengantar nurpah”.
”Ya ma!”.jawabku riang
☺☺☺
Ayah mengantarku dengan mobil ke sekolahku yang baru. Aku begitu bahagia. Setelah sampai di gerbang sekolah, ayah mengantarku ke ruang kepala sekolah.
”Selamat Pagi bu. Saya ingin mengantar anak saya”kata ayahku
”Oh iya, selamat pagi dan silahkan duduk”kata ibu kapsek
”Terima kasih”jawab ayahku seraya duduk
”Ayo perkenalkan diri”. Perintah ayah
”Selamat pagi bu, saya nurpah sari”. Ujarku
”Ya selamat pagi, Anak yang manis. Semoga nurpah bisa cepat menyesuaikan diri dan dapat mendapat teman yang baru ya”. Kata ibu Rampai.S.Pd., kepala sekolahku dengan ramah.
”Iya bu”jawabku tertunduk agak malu-malu
”Ya sudah bu, saya pamit pulang dulu. Saya titip anak saya”. Kata ayahku berpamitan seraya bersalaman dengan ibu kapsek.
”Silahkan pak. Kami akan menjaga anak bapak”. Sahut ibu kapsek seraya tersenyum ramah.
”Nah, nurpah belajar yang benar ya. Taati perintah ibu dan bapak guru di sekolah. Ayah pulang dulu, ada banyak pekerjaan di mebel. Ayah yakin nurpah bisa, Jangan nakal ya”.kata ayah kepadaku lembut.
”Tapi ayah, nurpah takut sendiri”. Jawabku ketakutan
“Tidak usah takut, kan ada ibu di sini menemani nurpah”kata bu kapsek menenangkanku.
”Iya. Nanti pulang sekolah ayah jemput”.kata ayahku lagi
Aku hanya bisa terdiam dalam ketakutanku di tinggal ayah di sekolah yang asing bagiku. Namun ibu Rampai.S.Pd., ibu kapsek menyadari ketakutan yang ku rasakan.
”Nak nurpah jangan takut. Kan disini ada ibu. Nah, sebentar lagi kelas di mulai. Mari ibu antar ke kelas nurpah”. Kata ibu kapsek ramah
Aku hanya terdiam dan mengikuti gendengan tangan yang lebut oleh bu kapsek ke arah kelasku yang baru. Kelas-kelas bayak yang telah kami lewati, nampaknya proses belajar mengajar telah di mulai. Setelah beberapa saat kami sampai pada sebuah kelas. Ibu kepsek pun mengetuk pintu.
”Selamat pagi bu. Boleh saya mengganggu sebentar”. Kata bu kapsek kepada ibu yang sedang mengajar.
”Selamt Pagi bu. Silahkan masuk”jawab bu guru
Seraya aku dan ibu kapsek masuk kelas seorang anak perempuan berdiri dan memimpin teman teman yang lain untuk member salam.
”Beri salam” kata anak itu dengan lantang
”Selamat pagi bu!” seru serentak anak-anak di kelas.
”Selamat Pagi anak-anak”. Jawab ibu kapsek sambil tersenyum.
”Nah, pada hari ini kalian mempunyai teman baru. Dia pindahan dari martapura, kalimantan selatan. Ibu harap kalian dapat berteman baik dengan teman kalian yang baru ini. Ayo nurpah kamu perkenalkan diri kepada teman-temanmu yang baru”. Kata ibu lantang di depan kelas.
”Perkenalkan nama saya nurpah sari, panggil saja saya nurpah. Saya tinggal di jalan Rajawali induk, ruko mebel marina. Salam kenal”. Kataku memperkenalkan diri.
”Salam kenal!”Jawab teman-teman baruku serempak.
”Silahkan duduk di bangku sebelah Fenny”.perintah ibu guru.
”Iya bu. Terima kasih”ujarku
”Baiklah ibu saya pamit dulu ya”kata ibu kepala sekolah kepada ibu guru ramah.
Ibu kepala sekolahpun berbalik menghadap kami seraya berkata ”selamat pagi anak-anak, rajin-rajinlah belajar dan perhatikan penjelasan ibu guru ya”.
”Selamat pagi ibu”jawab anak-anak serempak
Sepeninggal ibu kepala sekolah, maka ibu guru melanjutkan pelajarannya.
☺☺☺
Bulan demi bulan telah terlewati dan tidak terasa ujian caturwulan 3 mendekati akhirnya. Sungguh, aku sangat merasakan kesulitan dari pelajaran muatan lokal yaitu pelajaran bahasa dayak yang tidak aku kuasai. Maklum saja aku adalah anak perantau yang tidak menetap tinggalnya, sehingga kurang menguasai bahasa ditempat aku tinggal. Bahasa sehari- hari yang aku gunakan ialah bahasa indonesia.
Tidak naik kelas merupakn pil pahit yang harus ku teguk dengan susah payah. Mengapa tidak, di samping persyaratan yang diajukan pihak sekolah kepada ayah ternyata benar dugaanku, nilai pelajaran muatan lokal merah sehingga aku harus rela di ejek teman- temanku karena tidak naik kelas. Sungguh aku malu sekali dan rasanya aku ingin menangis saja. Tapi aku percaya, kalau aku tetap berusaha maka masalah ini dapat ku hadapi dengan lapang dada. ”Aku pasti bisa!” tekadku dalam hati.
Hari-hari kulalui bersama teman-teman baruku di kelas. Mereka sangat baik, terutama ketua kelasku Madia F. Resa. Dia sahabat yang paling kukagumi, perangaingainya yang ceria dan penuh canda tawa membuatku tidak lagi merasa sendiri. Dia teman yang baik bagiku.
Selain Rasa aku juga mempunyai teman lainnya antara lain Tini, Rudy, Happy, Nabella, Hadijah, Anto, Atika, M.Shorry, Agus, Herman, dsb. Aku juga mengagumi kakak kelas 3 yang bernama Andy, dia seorang pemain sepak bola yang paling aktif dan gesit. Tapi sayang, dia pindah ke desanya karena urusan keluarga. Yah... bisa di bilang dia adalah cowok pertama yang membuat aku terpesona pada kaum adam.
Hari- hari kulalui bersama teman- teman dengan penuh suka cita, Sampai akhirnya saat kami menginjak tahun ajaran kelas 3. kami mendengar bahwa sekolah kami akan di pindakan ke tempat lain yang cukup jauh oleh DIKNAS jadi gedung kami bersekolah di pindah fungsikan kepada SDN Palangka -3 yang terletak persis di sebelah sekolah kami, mau tidak mau kami semua murid SDN Palangka-16 di pindahkan ke SDN Palangka-3. Sedih memang tidak dapat kubendung lagi, apalagi mengingat bahwa aku sangat dekat dan sayang kepada guru-guru SDN Palangka-16 terutama ibu agama islam yang dengan penuh kesabaran mengajari kami membaca Al IQRA dan belajar shalat.

III. ”SDN PALANGKA-3 PALANGKA RAYA”

Setelah beberapa pekan kami resmi bersekolah di SDN Palangka-3, banyak yang menggundurkan diri untuk mencari sekolah lain. Mereka beralasan tidak dapat bersekolah di SD ini karena susahnya pelajaran yang di ajarkan dan kedisiplinan yang amat sangat di junjung tinggi. Alhasil hampir 80% sekelas denganku yang berasal dari pindahan SDN Palangka-16 menggundurkan diri. Sekali lagi aku merasa kehilangan. Di SDN Palangka-3 ini aku bagaikan mengulang masa-masa waktu aku menjadi murid baru. Ada rasa takut, sedih, dan sepi tidak berkawan. Namun, aku yakin dan percaya sesulit apapun pelajarannya dan sedisiplin apapun peraturannya akan ku hadapi dan teryata terbukti semua jerih payahku terbayar saat pembagian rapor kenaikan kelas. Selama aku sekolah, baru pertama kali aku mendapat rangking. Aku sangat bahagia walaupun aku hanya mendapat rangking 4 saat kenaikkan kelas 4. Aku sangat bersyukur atas nikmat ini.
☺☺☺

IV. ”PERSAINGAN NURPAH VS DEDY”

”Back to school. I’M COMMING!!!” teriakku dalam hati saat memasuki gerbang sekolah dengan tergesa-gesa. Maklum pada hari itu adalah hari senin maka secepat tenaga ku berlari-lari agar tidak terlambat mengikuti upacara bendera.
Di kelas 4 semester genap ini aku tidak mau kalah dengan siapapun. ”Aku harus bisa bersaing di nilai akademik dan non akademik. ”Aku pasti bisa!” gumamku semangat. Saingan terberatku adalah Dedy ia pintar sekali matematika. Dia benar-benar saingan yang berpengetahuan luas menurutku. Dengan sekuat kemampuan akhirnya semester genap dengan hasil akhir yang sangat membuatku bersemangat. Aku mendapat rangking 3.1. (rangking 3 dari 1 orang) dan dedy rangking 3. Nilaiku dengannya beda tipis sehingga sempat membuat binggung para guru dalam menentukan rangking, namun berkat kesepakatan para guru maka inilah hasil akhir kami mengakhiri semester genap ini.
Semester ganjil kelas 4, aku mulai dengan senyuman. Sembari kulangkahkan kaki ini memasuki kelas ku amati sekeliling kelas yang baru itu dengan seksama. ”Tidak terasa sudah semester genap. Sebentar lagi aku akan menjadi anak kelas 5. yah sebentar lagi...aku akan berusaha lebih keras lagi untuk semester ini” batinku membara.Hari demi hari kulewati dengan optimisme dan ketekunan agar mendapat nilai yang lebih baik lagi.

V. ”MURID BARU”

Hari ini tampak agak berbeda dari biasanya. Dari tadi pagi ku mendengar para siswa dan siswi tampak berisik dan agak centil dari biasanya. Sempat heran melihat gelagat aneh dari mereka namun, aku tidak bertanya apa yang membuat mereka menjadi berperangai aneh hari ini.
Lonceng tanda masuk telah berbunyi. Ibu guru datang dengan seorang anak laki-laki yang berseragam rapi. Nampaknya dia anak baru. Seketika saja aku melihat ke sekeliling dan alhasil terlihat pemandangan yang sangat menggelitik perutku. Mereka menatap murid baru itu tanpa berkedip. Terutama para siswinya, nampak mata mereka begitu berbinar memperhatikan murid baru itu memperkenalkan diri.
”Selamat pagi, perkenalkan nama saya fara satya adika putra, saya pindahan dari Jogyakarta. Kalian bisa panggil saya adi. Saya tinggal di jalan kutilang”.Kata anak itu tersenyum.
”Baiklah adi, silahkan kamu duduk”kata ibu guru
”Terima kasih ,bu”kata adi sopan.
Entah apa yang membuat para siswi dari kelas 3 sampai kelas 6 jadi ribut membicarakan adi si murid baru itu dan bagi siswanya hanya dapat menggelegeng-geleng kepala melihat tabiat aneh para siswi yang terlihat tidak wajar setelah kedatanggan murid baru itu. Aku sih tidak peduli, walaupun dia berwajah tampan, pintar dan modis bagiku dia biasa saja. Yang ku pikirkan hanyalah ingin memperbaiki nilai yang masih kurang.
Semester ganjil sudah terlewati dan hari ini adalah hari pembagian rapor yang ku tunggu. Kekecewaan muncul menyelubungi wajahku setelah ku tahu bahwa aku menjadi peringkat 4 namun teryata kekecewaanku sedikit berkurang setelah ku tahu bahwa nilaiku melesat lebih baik dari pada semester genap. Yang pasti aku bahagia aku telah naik kelas 5. Hore!!!.

VI. ”He is my friend!”

Hari yang cerah awali hari ini. Kulangkahkan kaki ini menuju kelas yang baru. Kelas V. Kulihat satu persatu bangku yang masih kosong dan pilihanku jatuh pada kursi barisan nomor dua di sebelah pojok dekat meja guru.
Disampingku kini tersenyum manis Seorang wanita berambut hitam panjang yang lurus. Aku kenal dia, namun aku tidak begitu mengenalnya lebih dekat, mungkin ini karena aku cenderung tertutup dan lebih suka bergaul dengan teman laki-laki. Namanya Chairulnisa, gadis manis yang suka dandan dan terkenal cerewet. Dia seorang yang modis dan sangat feminim, berbeda jauh dengan penampilanku yang cenderung terlihat cansual, tomboy, dan pendiam atau yang sering teman-temanku bilang ”cool”.
Aku sering mengenakan jaket kaos dan levis. Rambut panjang nan bergelombang selalu rapi ku ikat kuncir ke atas. Tinggi tubuh yang semampai sejajar dengan tinggi laki-laki di kelasku dan berkulit sawo matang. Gaya berjalan dan berpakaian, aku lebih memilih gaya yang sporty. sekilas mirip seorang laki-laki namun, rambut yang pajanglah menjadi bukti kuat aku seorang perempuan.
Dulu, aku pernah menyamar sebagai cowok dengan menggulung rambutku ke dalam topi yang kututupi topi jaket. Ternyata mereka yang melihatku terkelabui oleh penyamaran itu, sungguh lucu melihat mereka yang nampak bingung. Apa gue emang ganteng ya kalau jadi cowok?hehe...Cape deh!!!.
Bel tanda masuk berdentang membuyarkan lamunanku. Ibu wali kelas kami masuk. Ibu guru Niah. Beliau memberitahukan jadwal pelajaran dan struktur kepemimpinan kelas dan Ari yesika yang terpilih menjadi ketua, wanita berbadan padat, berkulit putih, dan berambut sebahu hitam yang lurus. Sekilas ia nampak seperti wanita cina yang manis. Sungguh sempurna! Batinku.
Hari-hari ku lewati dengan bahagia. Akupun mulai akrab dengan teman sebangkuku, nisa. Walau dia cerewet namun kebaikan dan setia kawannya patut di acungi jempol.
Setidaknya aku mempunyai teman akrab selain tini, wanita dayak yang mungil dan manis. Nabela, wanita banjar yang pintar, mungil, dan cantik. Dijah, tante mudaku yang merangkap sebagai kawan dan lawan dalam setiap kompetisi baik akademik maupun non akademik. Jujur bila dibanding aku Dijah terlihat lebih, dia berbadan padat berisi, kulit sawo matang, mata bulat yang di hiasi bulu dan alis mata yang lebat serta prestasi yang bersaing ketat denganku. Happy, wanita dayak yanng anggun, dewasa, dan kadang suka narsis sendiri, serta Mira , anak guru yang berbadan padat berisi, pintar dan ramah kepada siapa saja.
Jam pelajaran pertama telah dimulai. Hari ini adalah ibu bahasa Indonesia yang terkenal killer dalam mengajar. Ibu menatap tajam kearah belakang. Nampak terlihat adi sedang santai bercakap dan bersenda gurau dengan teman sebangkunya Yanwar cahya permadi, cowok yang kerap kali pindah ikut orang tuanya di pindah tugaskan ke berbagai kota di Indonesia. Adi dan Yanwar adalah teman akrab. Terlihat dari asiknya mereka berbicara.
Sebenarnya aku dan Yanwar adalah teman baik bahkan kami masih tetangga. Kami sering kali menghabiskan waktu bermain di sore hari dengan bermain sepeda dan layang-layang bertiga dengan dijah di lapangan komplek dekat rumah kami. Namun, aku tidak begitu akrab dengan adika. Entahlah, semenjak kedatangannya sebagai murid baru pindahan Jogyakarta yang banyak membuat sensasi sehingga digilai para wanita, membuatku ilfil dan tidak ingin mengenalnya lebih jauh. Takut banyak fans club-nya marah besar. Ih takut!!!.
Pasalnya wanita itu kalau marah akan lebih sadis dari marahnya kaum cowok. Kalau marahnya kaum cowok biasanya hanya diajak berantem satu lawan satu atau keroyokan yang mengorbankan fisik saja. Tapi lain halnya kalau kaum wanita, mulut bertemu mulut akan menghasilkan gunjingan dan gosip yang lebih sakit menusuk hati dan akhirnya spikis kita pun mulai terganggu. Ih seram!.
”Adi, kenapa kamu berbicara pada jam pelajaran ibu?” tegas ibu guru lantang
”Maaf bu”. Jawab adi takut.
”Alasan saja!sudah, kamu pindah saja ke depan sini. Dekat meja ibu. Supaya kamu tidak bicara lagi”perntah ibu guru setengah membentak.
”Iya bu”jawab adi seadanya.
Adipun menurut dengan perintah ibu guru. Kini teman didepan bangkuku dengan rela menyerahkan kursi miliknya yang juga kosong kepada adi. Dendy, cowok lugu, ramah yang sering sakit-sakitan. Kadang aku kasihan dengannya. Karena penyakit dan sifatnya yang agak tertutup menjadikannya tidak mempunyai teman yang akrab.
Sekarang adi si cowok ”sok keren” duduk berada tepat di depan bangkuku. Sebelum duduk di bangku barunya dia tersenyum manis kepadaku dan mengucapkan kata ”hai” yang membuat cewek-cewek lain cemburu kepadaku. ”Masa bodo!”pikirku acuh.
Seusai pelajaran adi mengajak ngobrol aku dengan begitu akrab. Tentu saja hal ini membuat para fans adi jadi cemburu berat karenanya. Mereka jadi berpikir yang tidak-tidak. Mereka menyebarkan gosip bahwa aku berpacaran dengan adi, ada pula yang bilang aku merebut pangeran mereka, aku sok manislah, sok cantiklah, dsb. Yang membuat kupingku menjadi panas dan darah mendidih. Tapi adi malah tidak peduli. Dia seakan tebal muka dan telinga terhadap gosip murahan itu. Tentu saja hal ini membuatku semakin marah dan tidak enak di musuhi oleh cewek-cewek lain yang berpandangan sinis terhadapku. Adi malah semakin mendekatkan dirinya dan mencoba akrab denganku. Hal ini menjadi bola bumerang api kecemburuan fans adi semakin membara. Mati aku!!!batinku berteriak.
”Enak ya sekarang duduknya dekat adi. Pasti senang kan?”komentar ari sinis.
”Ye..siapa juga yang seneng. Biasa aja tuh”.jawabku dingin
”Huh, ini gara-gara cowok tengik itu sok akrab denganku. Aku deh yang kena getahnya. Dasar!”teriakku membatin.
Adi datang dan duduk mengadap ku dengan bibir yang menyunggingkan senyum semanis mungkin namun tidak merubah wajah geramku kepadanya.
”Ada apa sih kok wajahnya cemberut gitu. Jelek tau!”semprotnya sambil ketawa lucu.
”Ada apa?...ada apa?...enak banget kamu bilang gitu ama aku setelah kamu membuatku menjadi korban tak berdosa karena ulahmu”jawabku kesal.
”Hah, memang apa salahku...rasanya aku enggak ada membuat ulah ke kamu kok. Kita kan hanya sekedar ngobrol dan mengakrabkan diri. Terus apa salahnya dong?”tanggap adi kebingungan.
”Tuh, tanya sama cewek-cewek yang lagi sinis ngeliatin kita ngobrol”. jawabku sekenanya.
Tiba-tiba saja adi melayangkan sorotan mata elangnya keseluruh penjuru kelas yang jelas nampak terlihat semua mata cewek yang semula melotot melihat keakraban kami ngobrol menjadi gelabakan sendiri setelah di pandang adi dengan mata tajamnya. Mereka menjadi salah tingkah.
Setelah menyapu pandangan ke seluruh penjuru kelas adi pun menatapku lucu dengan senyum kemenangan.
”Oh jadi karena mereka kamu jadi marah-marah kayak gini sama aku ya?...hahaha dasar cewek . Pikirannya sempit.”katanya di selanggi tawa yang semakin menjadi-jadi.
”Ih, kamu ini telmi baget seh. Masa hal besar kayak begini baru nyadar sekarang. Aku jadi korban tau. Enggak enak banget di musuhin cewek-cewek sekolah ini. Aku enggak mau cari musuh. Aku merasa menderita. Kamu seh enak Cuma bisa ketawa melihat tingkah konyol mereka. Nah aku? Aku hanya bisa sakit hati Di!”semprotku menghentikan tawanya dan berubah jadi serius.
”OK, aku minta maaf. Sudah, kamu jangan pikirkan gosip dan kata-kata yang enggak bermutu dari mereka. Toh, kita hanya berteman dan kita hanya bersenda gurau kan? Kecuali...”katanya terputus.
”kecuali apa Di?”tanyaku penasaran.
”hehe beneran enggak marah neah kalau aku terusin kalimatku? Entar aku di tinju lagi ama waper kayak kamu”tanyanya sambil mencibir lucu.
”Ih apaan seh bikin orang penasaran aja...hm...ya enggak apa-apa sih lanjutin aja. yah paling-paling kena tonjok aja sekali kalau kamu bicaranya ngawur...hehe. ok deh...monggo bang!”jawabku sedikit becanda.
”Ih kamu mah gitu”kata adi pura-pura ngambek.
”duh cepat aja deh. Entar ku tonjok beberan neah!..oya waper tu apapan seh? aku enggak ngerti neah...jelasin dong!rengekku manja.
”ok..”waper” tu artinya.....WANITA PERKASA”. Mendengar itu aku langsung cubit lengannya. Adi pun mengaduh kesakitan.
”Tu kan bener kamu tu ”warper”. Ku pelototin matanya dan..
”iya deh kulanjutin kalimatku...kecuali... Diam beberapa saat dan memandangku tajam. Membuat jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. ”Oh Tuhan...kenapa ini?!”pekikku dalam hati seraya mencoba tenang kemudian dia melanjutkan...”Kita beneran pacaran”lanjutnya sendu. kami berdua terdiam sejenak dan pandangan kami beradu sesaat.
”kamu ini becanda melulu deh” buyarku sambil mencubit lengannya dan tertawa bersama, di iringi sorot mata cemburu dan iri berat oleh seluruh penghuni kelas. Terlebih para fans adi. ”Merah semua!!! tu nahan kentut, apa marah ya?”batinku.
Sebenarnya seh, adika sempat membuat hatiku tergocang kuat dengan gempa 5,5 skala liter. Dahsyat banget. Dan menurutku dia tipe cowok yang patut di perhitungkan. Wajah yang khas jogyakarta, berkulit hitam manis, hair style spay mirip To Ming Se lader genk di film Meteor Garden, Berpakaian rapi dengan jaket yang selalu berganti-ganti, tinggi dan bentuk badan yang ideal, serta dia adalah tipe cowok yang periang, humoris, misterius, ramah, dan suka hal-hal yang mistis melengkapi jati diri yang selama ini melekat erat dari sorot pandangku padanya. Ia juga seorang teman yang peduli dan setia kawan serta cowok yang doyan banget makan.hehe... Yah, menurutku apa salahnya aku menyerah pada pandangan negatif padanya selama ini dan berganti menjadi lebih berpikir positif atas dirinya. Yah, apa salahnya di coba. Aku sebenarnya juga suka tapi aku malu mengatakannya. Takut dia besar kepala nantinya. Ih, ogah banget!”khayalku melayang.
Hari demi hari kami lewati dengan penuh suka cita dan gelak tawa yang meyelingi canda dan obrolan yang rutin kami lakukan seusai pelajaran atau ketika jam pelajaran kosong. Alhasil, seiring berjalannya waktu kami aku, adi, nisa, dan dendy menjadi akrab. Terutama kami berdua. Aku dan adi.
”Nur, kamu ada punya HP enggak?”tanya adi.
”ada.memang ada apa?”tanyaku heran
”Boleh minta enggak?”katanya lagi
”Boleh seh, nie nomornya 08..........tapi di, itu bukan HP aku sepenuhnya. Jadi kemungkinan basar ada sama ayah”jawabku lagi
”Enggak apa-apa kok...hm...ntar aku telepon ya”jawabnya girang
”Ehem...ehem....Hei, jadi Cuma nomor Hp nurpah neah yang di tanya...Aku enggak...?”kata nisa tiba-tiba ikut bicara.
”He-eh...oya nomor HP kamu berapa nis, natar kapan-kapan aku telepon deh”Jawab adi sekenanya
”Nah gitu dong...ini nomornya 08........”kata nisa cepat.
”OK thanks ya...”kata adi penuh bahagia.
Teryata adi tidak bohong adi menelpon nisa dan aku beneran dengan HP baru yang di belikan oleh mamanya. Ternyata adi berniat untuk mengerjai kami dengan HP barunya. Setelah puas mengerjai nisa maka aku adalah sasaran terakhir yang ingin dia kerjai. Namun, sayang yang mengangkat telepon adalah ayahku dan hubungan teleponpun terputus seketika saat ayah berkata ”hallo ini siapa ya?”tanya ayah dengan suara agak berat. Hehe ternyata adi takut dengan suara ayah yang terdengar berat dan keras. Makanya jangan suka mengerjain orang tau rasa kan?!!. Kataku dalam hati.
Suatu hari temanku menyuruhku mengisi diarynya dengan mengisi lengkap biodataku. Mulai dai nama sampai cowok idaman. Setelah selesai menulis lengkap biodataku, adi langsung mengambil paksa dari tanganku dan serius membacanya. Ya tentu saja aku cegah, namun sia-sia. Adi telah habis membaca seluruh tulisanku itudengan air muka yang serius. Entah apa yang sedang dipikirkan anak itu. Aneh sekali!!gumamku.
Adi adalah cowok penggemar hal-hal mistis. Dia sering bermain jelangkung, bercerita hal-hal gaib, dsb. Yang membuat temanku nisa merasa ketakutan setengah mati karena adi. Namun, adi hari ini nampak beda sekali. Dia terlihat lebih rapi dan tenang. Adi datang dengan mata yang setenang telaga dan duduk manis menghadapku dengan menyunggingkan senyum semanis madu. Tiba –tiba dia berkata....
”Aku tobat pah, aku enggak bakal lagi melakukan hal-hal seperti dulu”katanya tenang dan sendu.
”memangnya ada apa di, kok tiba-tiba kamu berubah? tidak seperti biasanya?”tanyaku heran
Adi malah tersenyum penuh arti menanggapi pertanyaanku. Hal ini membuatku semakin heran. Pikirkupun kini mulai menerka-nerka. apa adi berubah setelah membaca kreteria cowok idamanku di biodataku ya?...sholeh, pengertian, perhatian dan penyayang...akh, apa mungkin?tapi, boleh dong kalau aku sedikit geer.batinku sambil tersenyum malu.
Waktu terus berputar. Tidak terasa ulangan semestergenap telah kami lewati dan rapor telah di bagikan. Nilaiku bertambah tinggi namun aku harus rela rangkingku menurun menjadi rangking 6. Yah, apa boleh buat sainganku semakin berat lagi pula pelajaranpun semakin sulit. Aku harus puas dengan apa yang aku peroleh.

VII. Kau suka aku, apa dia???

Huah...aku kucek kedua mataku saat bangun tidur. Kulihat jam dinding yang terus berputar.Oh My God, hampir telat. Aku harus cepat-cepat bergegas mandi dan sarapan dengan cepat. ”Ukh..kenapa seh enggak ada yang bangunin aku?”gerutuku kesal.”Nurpah kan sudah besar, masa bagun tidur sendiri tidak bisa?”elak mama tidak mau di salahkan. Membuatku bertambah kesal saja. setelah mencium punggung tangan dan ke dua belah pipi mama dan ayah aku berangkat sekolah. Aku berlari sekencang dan semampu mungkin keluar dari gang dan mencari angkutan umum di jalan raya. Setelah sampai di jalan raya, aku menstop sebuah angkutan umum yang kebetulan lewat.
“Ya Allah, aku mohon semoga aku tidak terlambat”do’aku tulus pada Allah.
Setelah sampai dan membayar jasa angkutan maka aku bergegas lari sekencang yang ku bisa saat masuk gerbang yang hendak ditutup oleh guru. Dengan penuh kekuatan,dan kegesitan berebut masuk dengan siswa dan siswi yang senasib denganku akhirnya kini aku dapat bernafas lega.”uh...untung aku tidak terlambat”kataku mengatur nafas yang tersengal-sengal.
Jalanku kini mulai sedikit ku perlambat dari sebelumnya. Aku melangkah ringan ke kelas. Di semester genap di kelas V ini aku baru saja pindah dari Jln.Rajawali induk ke jln.sakan V. Orang tuaku membuka cabang yang baru untuk mengembangkan usaha mebelnya. Sebagai anak aku hanya dapat menuruti ke mana ayah dan mama berjalan. Namun, karena asiknya menyiapkan segala sesuatu untuk sekolah esok harinya, aku sampai lipa mengatur waktu berangkat kesekolah dengan tepat. Sehingga kata ”terlambat” hampir saja menjaringku dalam masalah besar.
Aku duduk di kursiku yang sama seperti pada semester ganjil. Wajah adi pun membayang seketika itu juga di kelopak mataku. Sudah hampir sebulan aku tidak bertemu dengannya dan jujur aku sangat merindukan saat-saat kami bersama.
Mataku pun menyapu seluruh ruangan kelas berharap sosok itu muncul untuk membayar lunas rasa rinduku. Kulihat tas hitam bergaris jingga dan merah ditengahnya tersandar pasrah tak berdaya di bangku dan itu artinya adi sudah datang sebelum aku. ”Lalu kemana dia?”pikirku penasaran.
Dengan santai sesosok cowok yang aku cari-caripun mencul dengan senyuman yang menggoda.
”lagi cari aku ya?”godanya.
”ih, jangan geer ya. Aku Cuma ingin memastikan kamu masih hidup apa enggak. Kok dari tadi tidak kelihatan?”jawabku ketus, menutupi rasa malu.
”ah masa seh? dari tadi ku lihat kamu celingak-celinguk seperti anak ayam kehilangan induk. Seperti cacing kepanasan tau.kagen ya sama aku?”jawabnya menyindir.
”Ih geer banget kamu!”jawabku tersipu malu yang di iringi gelak tawa dari adi yang semakin menjadi-jadi. Repleks saja aku mencubit pinggangnya supaya adi menghentikan tawanya.
”Duh...sakit nih. Kamu kasar amat sama aku kan Cuma bercanda. Masa gitu saja marah?”.kata adi sambil mengaduh kesakitan.
”Ih, kamu juga seh kayak gitu sama aku”jawabku sedikit iba.”hm..maaf deh...sakit ya? sini biar aku liat parah apa enggak?”kataku kemudian.
”Habisnya wajah kamu itu lucu kalau lagi malu, merah tau...hehe enggak apa-apa kok enggak terlalu sakit...iya aku maafin kok. Apa seh yang enggak buat kamu”.katanya lagi.
”Adi!!”teriakku gemas.
”Eh..ampun-ampun”katanya sambil merapatkan kedua tangannya ke depan dadanya tanta minta ampun.
Hari-hari yang kami lewati begitu menyenangkan. Namun entah sejak kapan aku baru menyadari di saat aku berbicara dengan adi yang menghadap ke bangkuku, aku melihat sorot mata elangnya kini menatap lekat kedada seorang wanita yang duduk di deretan belakang dan aku tahu persis siapa wanita yang sedang adi tatap diam-diam itu? Ya, itu adalah tante mudaku sendiri.
Aku pernah melihat gelagat dijah yang juga salah satu pengagum cowok hitam manis ini. Namun, dijah sangat pintar menyembunyikan perasaannya sehingga dia tidak begitu menonjol di bandingkan fans-fans adi yang lain. Seperti tini misalnya, pernah ingin bunuh diri dengan mengacungkan sekeping silet di atas urat nadinya karena tidak di tanggapi adi pernyataan cinta yang ku yakin amat sangat tulus keluar dari mulut mungil tini. Namun, tentu saja hal itu hanya sabotase belaka dari akal bulus tini untuk merebut perhatian adi yang menolak mentah-mentah cintanya. Dan akhirnya aksi bunuh diri yang hanya bohong-bohongan itu berakhir sia-sia karena adi sama sekali tidak memperdulikannya ”kalau mau bunuh diri ya bunuh diri saja, tapi jangan di sekolahan”.katanya cuek.uh dasar adi dingin amat sama cewek.”sok cakep kamu”kataku dalam hati.
Akupun memberanikan diri untuk bertanya agar rasa penasaranku terjawab.
”Hm...kamu suka ya sama tanteku dijah? Dia cantik lho...mustahil kamu tidak suka ...malah akhir-akhir ini aku perhatikan kamu sering curi-curi pandang padanya?udah jujur deh !”tanyaku hati-hati.
”Enggak kok...aku gak suka..kamu apaan sih pah, ada-ada aja...jangan ngawur deh!”kata adi gelabakan.
Ada sinar aneh yang terpancar dari mata adi. Suatu sinar yang berusaha menutupi kebohongan. Yah, aku yakin adi pasti berbohong. ”Oh Tuhan, sekarang hatiku telah terjadi erosi besar-besaran. Kenyataan pahit yang tidak ingin terjadi. Adi menyukai wanita lain, yang paling menyakitkan wanita itu adalah tanteku sendiri”. Batinku mengerang. Sungguh sakit Aku cemburu!.

Cahaya yang mula –mula menyusup diantara gelapnya ruang hati, kini mulai redup kembali….raga tidak bisa lagi menari di iringi nyayian yang mendadak sepi…kalbuku yang semula bersonata kini diam tak bergeming…sayup terdengar isak tangis dari hatiku…sesuatu telah pergi….

Hatiku yang tiba-tiba terasa nyeri kupaksa untuk tersenyum di hadapan adi. Karena aku tahu percuma aku mempertahankan perasaan yang mulai tumbuh ini. Yang ada di pikiranku hanyalah kebahagian yang membuat adi tersenyum untuk selamanya. Maka dari itu, ku mencoba untuk membunuh rasa yang ada di hatiku dan membulatkan tekat membiarkan adi meraih cintanya. Karena bahagianya adalah termometer kebahagiaanku juga.
Kulewati hari-hariku yang tersisa di semester ini dengan menyibukkan diri lebih fokus ke pelajaran agar rasa yang mengekangku berkurang dan harapku mati seketika. Aku tidak mau mati akan rasa yang tidak pasti. Jadi persahabatan yang aku dan adi jalin tetap terjaga dan rasa ini hanya menjadi rasa ”teman” yang pasti tidak ada rasa cinta...yah never!!!
Hore!!!ulangan semester genap sudah berakhir dan hari ini aku mendapatkan raporku dengan air muka yang bahagia. Nilaiku makin bagus dan mendapat rangking 4. Ternyata ada hasil dari usahaku belajar yang tekun berbuah manis, yah walau awalnya adalah sebuah pelampiasan kekecewaan hati yang tersembunyi di antara persahabatan yang aku dan adi jalin bersama. ”Tapi bagus juga kan hasilnya!”kataku sambil tersenyum getir.

VIII. Kapur melayang, heppypun sempoyongan!

Wuih...kelas enam nih!!! Buku baru, tas baru, sepatu baru, pokoknya semuanya deh...dan yang paling penting nih, welcome to new class. Duh, tak terkira senangnya hatiku. Aku berharap dengan kelas baru, aku bisa menemukan suasana yang baru. Aku ingin cepat-cepat mengubur perasaan ”suka” ini menjadi perasaan yang ”biasa saja”.
Kulihat sekeliling kelas seraya mencari bangku yang kosong dan aku menemukan bangku yang masih kosong di barisan pojok paling belakang. Disana duduk seorang gadis berambur ikal sebahu dengan tahi lalat yang besar di samping kanan hidungnya. Dia Eva Setiawati. Wanita itu tersenyum manis dan berkata”Hai” kepadaku dan ku balas pula kata ”hai” kepadanya. Di depanku kini duduk seorang laki-laki berparas dayak dengan tubuh yang atletis. Dilihat dari perawakannya tampak dia seorang yang gemar olah raga, terutama karate. Namanya endy. Dan di sebelahnya seorang wanita yang tidak asing lagi bagiku, wanita anggun dan dewasa yang kadang suka narsis sendiri dan kata cowok-cowok seh dia termasuk anak yang ”cerewet”, siapa lagi kalau bukan heppy.
Teman-temanku yang baru membuatku merasa bahagia. Hari-hariku terasa menyenangkan. Endy tipe cowok pembosan yang haus akan hiburan, Oleh karena itu biasanya eva yang merupakan saudara sepupunya, dan aku di suruhnya menyanyi guna menghiburnya dan ujung-ujungnya kami di kasih uang. Emang dia kira kami lagi ngamen apa?tapi ga apa-apalah. Lulayang gope . bisa buat beli permen. Namun, endy tidak mau kalau heppy yang bernyayi, kata endy ”suara kamu tuh cempreng. Enggak enak baget didengar”kata endy jutek setengah bercanda dan di respon heppy yah merajuk sambil mencubiti pinggang endy dengan manja. Ya ela!!
Dan adi kini semakin akrab dengan ade kurniawan teman sebangkunya dan tentunya dijah yang tidak jaun dari tempat duduknya. Sekilas, pernah ke melihat. Dia mencuri pandang saat kami berempar aku,eva,endy,dan heppy yang sedang bersenda gurau dan tertawa lapas bersama. Aku melihat ada tatapan iri dan kosong di sana. ”Akh, apakah adi merindukan saat-saat kami kelas V ya? Di saat kami bebas ngobrol dan tertawa bersama? Apa iya? Ya Tuhan semoga apa yang aku duga adalah benar”. Ucapku membatin.
☺☺☺
Hari ini matahari bersinar sangat cerah. Udarapun ikut panas dan pada hari itu kebetulan ibu guru yang mengajar lagi berhalangan hadir dan pelajaran kosong dengan di tinggakan beberapa tugas dari guru yang tidak mengajar tersebut.
Heppy bercerita padaku katanya hari minggu kemarin dia sakit jantung dan terpaksa masuk rumah sakit. Tapi, hari ini dia boleh pulang karena kondisi badanya sudah fit lagi. Jadi hari ini dia bisa cerewet seperti biasanya dengan volume yang memang agak mengganggu. Adi nampaknya terganggu dengan kebisingan suara heppy yang berisik sehingga mengganggu konsentrasinya terpecah untuk fokus pada tugas yang dia kerjakan.
Setelah beberapa kali ia menegur heppy yang nampaknya tidak menghiraukan teguran yang meluncur dari mulut adi maka kesabaran adi kini berada di puncaknya. Adi mengambil beberapa kapur dengan kasar di dekat meja guru dan sekuat tenaga dan dengan teriakan yang lantang menyebut nama ”heppy” maka kapur tulis yang di lempar adi mendarat mulus di dahi heppy dengan keras dan tepat. Tiba- tiba heppy memegang kepalanya dan sempoyongan tubuh jangkungnya lunglai dan jatuh dengan sukses di lantai.
Aku tertawa karena ku kira heppy bercanda. Tetapi, setelah ku gerakkan badan heppy maka, tidah ada respon yang menandakan bahwa heppy bercanda. Perlahan tapi pasti ringai tawa yang mengalun dari mulutku tiba-tiba berubah menjadi panik dan bening air di sudut mata tidak dapat lagi ku bendung. Aku menangis sejadi-jadinya.
Dengan geram tanganku menunjuk lurus ke arah adi yang masih beku terdiam melihat responku. Dengan amarah yang semakin tidak terkendali aku berteriak ”Kau jahat Di, heppy sakit. Dia baru keluar dari rumah sakit. Jantungnya masih belum stabil, tega-teganya kau membuatnya seperti ini. Kau harus bertanggung jawab, Di!”. kataku histeris dan seluruh ruangan menjadi sepi.
”Ayo panggil ibu guru. Heppy harus di bawa ke uks”.kata endy memecah ketegangan.
”O iya. Biar aku yang panggil ibu guru ”ujar seseorang, entah siapa.
Tidak lama kemudian para guru-guru berdatangan dengan segera. Di periksanya heppy secara intensif.
”Heppy hanya pingsan, bawa dia ke uks. Ayo bantu itu mengangkat badan heppy ke uks”kata ibu guru tegas. Beberapa cowok mengangkat badan heppy dengan bergotong-royong. Lalu ibi guru yang lain berucap ”Siapa yang membuat heppy jatuh pingsan?”tanya ibu guru.
”Seketika saja adi mengangkat tangannya dan mengakui kesalahannya ”saya bu. Saya siap menrima hukuman dan bertanggung jawab”.kata adi tegas.
”Baiklah, mari ikut ibu”.kata ibu guru melunak.
Sepeninggal heppy dan adi di uks aku masih menangis tersedu-sedu dan siswi-siswi yang lain mencoba menenangkanku. Sementara siswanya hanya bisa terdiam dam memandang prihatin terhadapku. Ini adalah pertama kalinya sang ”waper” julukan yang di berikan mereka kepadaku menangis pilu seperti wanita kebanyakan. Aku terlihat sangat lemah jauh dari kesan tomboy yang melekat pada karakterku sehari-hari. Aku sungguh malu.
☺☺☺
Bel istirahat berbunyi dan ku langkahkan kakiku secepat mungkin menuju uks untuk menjenguk heppy. Kulihat heppy terbaring di kasur dengan selimut putih yang menutupi peparuh tubuhnya. Di wajahnya nampak jelas terukir senyum yang sangat bahagia dan pipinya bersemu merah, sekilas nampak seperti tidak sakit sama sekali, kontras sekali pada saat dia jatuh pingsan tadi pucat dan kaku.
”Hei, masih sakit,py?”kataku pelan
”Hm...sudah baikan kok. Terima kasih ya”.katanya ceria
”Kamu kenapa seh senyum-senyum kayak orang stes?jangan-jangan kamu terbentur kepalanya ya makanya jadi orang gila kayak gini”.kataku panik.
”Hus...ngawur kamu...ya tidaklah, aku masih waras kok.aku lagi senang aja soalnya lagi dapat durian runtuh”.katanya berapi-api.
”Durian runtuh apaan seh? jelasin donk?aku enggak ngerti nih?”tanggapku kebingungan.
”Ih kamu ini enggak nyambung deh, sini biar ku jelasin ya sayang. Tadi, adi datang kesini dan kayaknya dia nungguin aku sampai siuman dan saat aku sadar dia langsung minta maaf tulus banget sama aku. Duh, ganteng banget deh dia. Pokoknya romantis banget”. Ceritanya mengebu-gebu.
”Hah!!!jadi itu kata kamu yang durian runtuh???!!duh, heppy dengar ya. Adi itu udah buat kamu pinsan. Bukannya marah eh malah muji-muji dia enggak jelas kayak gini. Tau enggak aku panik setengah mati ngeliat kamu pingsan tadi tahu enggak? Aku nagis sejadi-jadinya, saat kamu di gotong mereka endy ke uks”.kataku kesal.
”Hah, endy mengangkat aku?!duh senangnya.hari ini adalah hari keberuntunganku”.kata heppy dengan mata berbinar-binar.
”Akh, dah syaraf kali ya, kamu ini. Aku pusing!aku kembali ke kelas aja ya. Aku mau menenangkan diri. Dari pada aku lama-lama di sini bisa stess betulan aku kayak kamu. Ih ogah akh, bye heppy!”kataku bergelidik sambil keluar uks.
”Dasar, enggak bisa liat temen seneng. Ya udah deh, bye”.jawab heppy merengut.
Setelah aku keluar dari uks aku menggerutu sepanjang perjalanan ke kelas. Sesampainya di kelas, aku duduk rileks menenangkan urat syarafku yang mendadak menegang karena kepanikanku tadi. Tiba-tiba terdengar derak langkah pelan menuju mejaku dan sesosok cowok dengan tampang penuh penyesalan ”Adi!!”desisku. Adi tersenyum getir menatap wajahku. ”boleh duduk di sini”. Ujarnya kemudian.”Hm...boleh”.kataku heran.”kok tumben ya anak ne mendatangi aku. Ada apa nih?”kataku membatin.
”Aku benar-benar menyesal atas perbuatanku tadi.aku benar-benar emosi dan semua itu kulakukan begitu saja...”katanya menggantung.
”Terus kamu mau apa?”Tanyaku penuh selidik.
”Aku benar–benar khawatir melihat kamu menagis waktu itu. Baru pertama kali aku melihat kamu menangis sehisteris itu...”katanya penuh penyesalan.
”lalu kamu ingin mentertawakan kebodohanku karena menagis didepan umum, begitu?”. kataku mulai emosi.
”Bukan itu maksudku pah, aku benar-benar menyesal dan ingin minta maaf karena telah membuatmu panik dan menangis!”katanya meyakinkan.
Aku terhenyak oleh kata-katanya. Kini mata kami sedang beradu. Entah apa arti tatatan sendu itu. Seketika saja hatiku terenyuh dan menunduk lunglauai.
”Kenapa kau berikan tatapan itu lagi, Di? Aku hampir bisa membunuh rasa yang ada di hatiku ini. Sekarang, kau malah sirami tunas yang ”rasa” yang hampir mati karena kemarau kekecewaan?”batinku ngilu.
”Lalu kenapa kau malah minta maaf denganku?kenapa tidak dengan heppy saja?kan kamu yang telah membuatnya pingsan dan membuatku bertingkah aneh?”semprotku tajam.
”aku sudah minta maaf dengannya dan sekarang akau khawatir denganmu. Aku peduli denganmu pah, bukankah kita Teman?!”.tegasnya balas menatapku tajam.
”Teman? Hanya itu yang kau rasakan adi? Apakah kata ”Teman” yang mendasari kau peduli denganku. Lalu apa arti senyumanmu, tawamu, kelakarmu, dan arti hadirmu yang mulai merasuk dalam sukmaku? Apakah aku tidak boleh berharap lebih dari sekedar ”Teman”? apa aku tidak pantas atas posisi special itu?”batinku mengerang.
”Yah, aku mengerti.aku memaafkanmu, adi”.kataku nanar.
”Terimakasih pah, kamu benar-benar tenanku yang paling baik. Kini aku merasa lega”. Ujar adi gembira, diiringi senyum kecut dari bibirku.
☺☺☺

ADIKA AKU CINTA KAMU!!!

Akankah diriku mati atas rasa ini??...
Dan apakah ku harus tinggalkan perasaan tulus ini begitu saja?..
Ingin rasanya ku berlari dari kenyataan pahit ini..tapi apa dayaku...?
Karang yang kokohpun rasanya telah terkikis...
Akibat rasa yang terhempas...

Andai sedikit saja kau menatapku mungkin aku tak sesakit ini...
Ku telah berusaha memendamnya ke dalam kalbuku yang paling dalam...
Untuk menekan rasa yang bergejolak di hati hingga jiwaku tergoncang...

Cara apa lagi yang mesti ku tempuh untuk membunuh rasa ini?
Ini perkara yang membuatku dilema sepajang masa...
Namun, apa jawabmu???...kau hanya diam membisu!!!
Tidakkah kau merasa iba pada diriku yang tercabik– cabik perasaannya?
Apa kau kira aku tak sakit setelah kau beriku harapan yang fatamorgana?

Kau kejam....!!! tanpa menoleh kau berpaling begitu saja...
Aku seakan tersungkur di antara lautan api yang membara..
Murkaku akan kau dan rasa yg menggumpal bagai bara yang terbakar...
Untukmu kini hanya sesal yang tertiggal....



Ku banting pulpen yang tidak bersalah itu dengan kasar di atas goresan tinta yang tersusun rapi. Ini adalah salah satu hobbyku yang tidak banyak di ketahui orang. Curhat dengan buku berwarna ungu yang bernuansa batik!. Didalam diary itu terdapat sekumpulan puisi, lirik lagu, sketsa gambaran, dan curhat tentang hari-hari indah yang kulalui bersama teman-teman dan terutama ”adi” yang kerap kali menjadi topik utama saat aku curhat dengan diaryku yang pasrah ku goreskan kata demi kata dengan tinta hitamku yang tersusun apik didalamnya.
Entah apa yang akan dikatakan adi jika dia melihal hal yang aku lakukan. Terbayang dia akan tertawa geli sambil berkata ”waper” kayak kamu mana pantas menulis diary. Duh, jangan membual dong. Kamu ini bisa saja bertingkah hal-hal yang konyol. Itu kan bertolak belakang sekali dari gaya hidup yang selama ini melekat pada dirimu”. Khayalku bekerja. ”Ukh, kenapa sih mesti wajah dia yang membayang di kelopak mataku. Enggak bakal deh, aku mesti membunuh ”rasa” ini”. Gumamku membara.

IX. Ini cinta atau Hanya ”rasa” Sementara?

Suasana yang lenggang menyambutku ketika aku dan sepeda balapku masuk halaman sekolah. ”apa aku datang terlalu pagi ya?”pikirku. Aku lihat jam di tanganku.”akh, rasanya ini tidak pagi-pagi banget. Sudah jam 06.15 WIB”.batinku heran.
Aku parkir sepeda balapku di parkiran sekolah yang ternyata cukup banyak sepeda dengan beragam merek tersusun di sana. Itu mengartikan orang-orang cukup banyak di sekolah, bukan Cuma aku. Ku langkahkan kakiku ke kantin dekat ruang guru dan kelasku. Tiba-tiba saja seekor lebah menggigit telingaku hingga memerah dan dengan singgap aku usir lebah yang menggigitku lagikat.”Ukh, apaan nih?”aku kesal yang diiringi rasa nyut-yutan di telingaku.
”Itu lebah non, hati-hati nanti di gigit. Bengkak lho nanti. Di ruang guru ditemukan sarang lebah dan serangga yang lain. Karena membahayakan bagi murid-murid makanya ibu kepala sekolah memindahkan siswa siswi kelas V dan IV ke kelas yang baru di bangun itu”. Informasi ibu penjaga kantin lembut yang tiba-tiba menyelutuk.
”Iya, terima kasih infonya ya bu, terus apa enggak takut nih jualan dekat padang serangga begini. Ntar ibu kesengat lho kayak saya”. Kataku menanggapi.
”Habis mau bagaimana lagi non, wong tempatnya sudah disini. Ya apa boleh buat. Duh non, kesengat ya?cepat gih kasih minyak dan obat di uks agar sengatannya tidak membesar”. Kata ibu itu prihatin.
”Terima kasih ya bu, saya permisi dulu. Takut telat masuk kelas”. Kataku sambil berpamitan
”Ya sudah, hati-hati ya, non!”.kata ibu penjaga kantin itu sambil menatap kepergianku.
☺☺☺
Kulangkahkan kakiku menuju kelas yang di informasikan ibu kantin tadi dengan langkah yang lebar-lebar, bahkan bisa di bilang setengah berlari. Akupun masuk ke dalam kelas yang nampak terlihat jelas bahwa bangunan itu sangatlah baru didirikan. Tembok dan keramik serta bangku dan kursi yang nampak bersih dah kokoh. Beda sekali dengan pemandangan di kelasku yang lagi di isolasi. Meja dan kursi yang mulai reot bertanda betapa dewasa sepasang meja dan kursi itu selain itu goresan tip-x yang tidak luput dari pandangan tersusun kata-kata yang sangat tidak penting sehingga terlihat kotor serta keramik dan dinding yang mulai kusam dan berdebu akibat kemalasan murid-murid yang berjadwal piket kebanyakan terlambat dan tidak melaksanakan tugas. Sungguh ironis.
Ku ambil tempat deduk yang masih tersisa. Barisan kedua dekat pintu dengan tenang. Tidak lama ibu guru masuk dan mulai menerangkan pelajaran dan setelah itu meninggalkan kami karena ada urusan yang penting di ruang guru dengan beberapa tugas dan dengan tegas beliau berpesan bahwa kami harus menyelesaikan tugas itu hari ini juga dan mengumpulkannya di meja guru. Kamipun menurut dengan patuh.
Dasar ABG, baru di tinggal oleh ibu guru sudah ribut seperti pasar ikan. Kulihat tugasku sudah selesai. Dengan tersenyum puas kulangkahkan kakiku menuju meja guru untuk menggumpulkan tugas tersebut.Tapi, memang dasar aku seorang pengkhayal dan kadang suka lupa diri. Setelah menaruh tugas tadi di meja guru aku malah berjalan dengan mata fokus ke papan tulis. Aku sangat tertarik akan sedikit goresan penjelasan yang di tinggalkan ibu dan alhasil aku dan adi saling bertabrakan dan hampir jatuh terguling berdua.
Aku langsung memperbaiki posisiku saat teman-teman sekelas bersorak riang melihat adegan yang menurut mereka fantastis itu. Rona merah pipiku tidak dapat kututupi lagi. Aku sungguh malu. Sebaliknya, adika malah cengenggesan dengan tawa penuh kelucuan. Aku semakin geram namun, dia hanya tersenyum jahil. Akupun duduk kembali ke bangkuku untuk sekedar menstabilkan debar jantung yang sangat keras akibat insiden beberapa detik tadi. Kata teman-teman wanitaku, aku memperoleh informasi bahwa adi sengaja melakukan hal memalukan itu untuk mencari perhatiannku yang dari tadi terlihat sangat pendiam. ”Ukh, dasar cowok jahil. Awas nanti!”.teriakku dalam hati penuh amarah.
☺☺☺

Hari ini nampaknya sang mentari dengan tekun menyinari bumi yang masih pagi dengan cahayanya yang hangat. Hari ini jam pelajaran olah raga yang aku gemari. Namun, hari ini tema olah raga kami menggurangi semangatku untuk berolah raga. softball!. Ukh, terbayang olehku pukulan keras yang di layangkan para kaum cowok. Lagipula aku sangat tidak mengerti cara permainan bola kecil ini. ”Sungguh ribet”.pikirku.
Aku masuk tim yang kena giliran berjaga yang di kapteni oleh sutrisno, cowok jawa yang berkulit hitam manis yang juga menjadi ketua kelas dan lader bagi para cowok-cowok di kelasku. Seperti bos saja tingkahnya. Aku hanya menurut patuh atas perintahnya untuk berjaga di base 2 yang terletak dekat tiang bendera.
Sepertinya bola tidak pernah singgah di tanganku dengan malas aku duduk saja karena lelah tersengat matahari. Kugambari tanah di sekitarku dengan gambar wanita yang lagi tersenyum. Tiba-tiba di sampingku terdengar nafas orang yang tersengal-sengal kecapean. Bukannya malah berlari dia malah ikut duduk di sampingku sambil tersenyun dan berkata ”hai” . Aku bengong seketika akibat ulahnya .kemudian terdengar seruan kapten tim adi yang menyuruh adi untuk terus berlari. Adipun bangkit dan terus berlari sekencang mungkin ke base yang lain untuk melakukan the steal. Sebelum berlari sempat ku lihat bibirnya tersenyum lebar sambil berkata ”jangan melamun ya”.
”Ya Allah, apa yang sedang di lakukannya? Tingkahnya yang akhir-akhir ini terlihat aneh untuk merebut perhatiannku semakin memupuk ”rasa” yanng ada di hatiku. Apakah aku tidak boleh berharap lebih bahwa dia juga merasakan ”rasa” yang sama denganku? Ini cinta atau hanya ”rasa” sementara?” batinku penuh harap.


Rasa ini ada tanpa kuminta…
Dan rasa ini tumbuh dengan cepatnya…
Salahkah bila kau bersemayam di memori?...
Hiasi mimpi dan anganku yang terus menggulma....
Maaf bila ku tak dapat menghapus jejakmu...
Karena kau abadi bagai dinasti surgawi...



☺☺☺

”Anak - anak hari ini ibu ingin mengumumkan bahwa akan ada ekstrakulikuler tari yang di buka di sekolah ini. Nah,bagi siswa dan siswi yang berminat dapat mendaftar dengan ibu”.kata ibu lantang.
”Hm... bisa juga nih, aku mau coba akh. Siapa tau aku berbakat”.batinku. akupun ikut mendaptarkan diri dan bersiap pada sore hari untuk latihan di sekolah.
Aku mulai menikmati dengan aktivitasku yang baru. Giat dan tekun aku terapkan dalam menjalani latihan menari.
Hari yang terasa panas seakan membakar kulitku. Walau kami berada di dalam ruang tari namun, panas matahari tetap menggerogoti dan hasilnya peluhpun membasahi pakaian kami.
”karena sebentar lagi ada rapat guru se-palangka di SD kita maka kita mendapat keppercayaan penuh untuk menjadi pengisi acara dalam acara tersebut. Maka dari itu, kakak akan membagi kalian menjadi 2 kelompok.”. jelas kakak pelatih tari semangat.
Seusai pembagian 2 kelompok tari maka kakak pelatih menguji kepandaian kami menari dengan kelompok yang telah di bagi tadi. Kata kakak siapa yang bagus menarinya maka kelompok tersebut yang akan tampil.
Tari giring-giring yang kami bawakan teryata cukup sukses kami tampilkan. Kakak pelatih menggiring kami keluar ruangan dan menari lagi di halaman sekolah. Dengan patuh kami pun menuruti perintah tersebut.
”Selamat, kalian terpilih untuk tampil untuk acara nanti. Nah pertahankanlah kelincahan tarian kalian ya”. Ujar kakak pelatih seraya bertepuk tangan.
Walaupun terlambat kami menyadari, kami yang di selimuti rasa binggung akhirnya bersorak sorai atas keberhasilan kelompok kami.
Hari yang di dinantikanpun tiba. Hari ini kami akan tampil di hadapan ratusan guru SD. Wajah yang telah tersapuh mac-up, baju dayak yang indah mebalut tubuh kami, dan ikat kepala yang ada bulu burung mengiasi kepala kami dengan rambut tergerai.”cantik”.kataku membatin saat melihat pantulan wajahku di cermin.
Sebelum kami tampil orang-orang yang menata rias dan pihak orang tua memphoto kami bergantian. Rasanya sudah seperti putri KALTENG.hehe_<
Waktu penampilan kami sudah di depan mata. Suara musik kecapi mengalun indah mengiringi lincah gerakan kami. Para guru yang hadir terpukau atas penampilan kami. Seusai acara kami merasa bahagia. Akhirnya selesai juga tugas kami dengan baik.

X. Me In Between 3 Heart

Semester ganjil di kelas 6 sudah di mulai. Dengan hati yang gembira ku sambut hari dengan langkah yang ringan ke sekolahku yang sangat ku cinta.
Eva seperti biasa telah datang lebih dulu di banding aku yang terkenal sebagai ”Ratu Terlambat”, beruntung hari ini pintu gerbang belum di tutup sehingga aku tidak usah repot-repot masuk secara diam-diam lewat pintu di samping sekolah.
Jujur, aku kurang puas akan hasil semester genap kemarin. Aku hanya mendapat peringkat 6 di kelasku. Memang seh, nilai yang aku peroleh tidak ada yang mengecewakan, tapi rasanya aku telah kehilangan sesuatu yang menjadi targetku selama ini, menjadi juara kelas. Tapi aku masih merasa bangga akan hasil yang ku peroleh. Aku harus puas dan bersyukur atas anugerah tersebut.
☺☺☺


Mentari yang redup di telan kegelapan malam kini mulai menapakkan sinarnya di balik bentang cakrawala...melelehkan salju abadi yang menyelubungi hatiku dengan dingin yang tak terkira...melepaskanku dari jerat kegelapan...dan menggantikannya dengan semerbak indah senyuman...



Ibu walikelas masuk untuk memberi pelajaran. Namun, nampaknya Ibu Rikawati ingin mengubah struktur bangku yang kami tempati. ”Supaya kalian tidak merasa jenuh”. Itu alasan yang terlontar dari bibir ibu guru. Kami menuruti perintah ibu dan ternyata aku dan eva di tempatkan tepat di belakang bangku adika dan ade. Pertama-tama aku kaget dan heran atas apa yang ada di depan mataku. Posisi ini, SAMA DENGAN WAKTU KELAS 5!!! Aku duduk di bangkuku dengan tenang. Padahal aku dari tadi berusaha keras menyembunyikan perasaan bahagiaku yang meledak-ledak dalam hatiku. Adi hanya terenyum manis melihat tingkahku yang mendadak salting dan canggung saat aku di pandang dengan mata elangnya.
Hari-hari ku lewati dengan penuh bahagia. Pertemanan kami menjadi sangat seru. Kami jadi semakin akrab berempat. Adi dan ade sering sekali membuat lelucon tentang eva yang suka menyanyi dan ber tahi lalat besar di sebelah hidungnya. Tentunya hanya bercanda dan berakhir dengan gelak tawa yang lepas, bebas!sungguh tiada hari tanpa tawa, canda, dan bahagia.
Aku tahu teryata adi telah menjalin hubungan dengan adik kelas 5 yang bernama Yenny. Seorang gadis yang berbakat dan sering muncul di TVRI KALTENG sebagai penyanyi cilik. Sungguh sempurna. Tadinya aku merasa kecewa dan sakit hati, namun setelah melihat senyuman dan raut wajah yang bahagia saat adi menjalin hubungan dengan yenny aku merasa ikut bahagia. Aku akan lebih merasa tersakiti apabila adi menjadi pemurung atau bersedih. Aku rela tersakiti perasaanku demi melihat adi tersenyum bahagia. Namun, rumornya Adi dan Yenny melakukan hubungan yang putus-nyambung.”Aneh sekali! sebenarnya mereka serius enggak seh?”. batinku heran.
☺☺☺
Entah sejak kapan 2 cowok yang selama ini tidak begitu akrab denganku memperhatikanku secara diam-diam. Ada rasa kagum di mata mereka. Aku yang sedikit misterius menggundang hasrat 2 cowok ini yang terkenal dengan kepopuleran dan kekuasaannya di sekolah dan khususnya di kelasku bersimpati dan berempati denganku. M. Sutrisno dan M. Dhedy Faisal berjuang mendapatkan perhatianku. Ukh, membuat aku dan orang lain yang melihat risih.
Mereka memperlakukanku sebagai cewek ”special” mereka. Apalagi setelah adi mempunyai pacar, menurut mereka peluang untuk PDKT denganku semakin besar. Dengan berbagai usaha, mulai dari sekedar rayuan kacangan sampai perlakuan romantis bak Ratu Cleopatra mereka persembahkan untukku. Ih enggak banget deh. Risih banget aku. Sekilas aku pernah memcuri pandang melihat apa reaksi adi atas yang aku alami. Namun, yang terlihat hanya tatapan mata kosong yang penuh misteri menatapku lekat yang di kerunmuni sutrisno dan dhedy. Tunggu!apa dia cemburu?!. Semoga saja!.
Hari ini ada pelajaran agama. Kami pindah ke kelas agama. Kebetulan ibu guru terlambat masuk kelas, sehingga pelajaran belum juga di mulai. Sutrisno dengan senyum misteriusnya berjalan perlahan ke arah bangkuku. Tangannya terlipat kebelakang, entah apa yang di sembunyikan di balik badannya. Tiba-tiba sutrisno berlutut dan mempersembahkan seikat dedaunan yang terangkai rapi. ”Tunggu...!Rangkaian daun?!!apa maksudnya?”.tanyaku membatin dengan dahi berkerut.
”Aku cinta kamu nurpah. Aku benar-benar suka sama kamu. Apakah kamu mau jadi pacar aku?oya,terimalah bunga ini sebagai tanda cintaku”.katanya penuh keyakinan
”Apa?!!emang aku kambing jadi harus makan daun?..ini daun bukannya bunga.Hm...maaf neah, aku tidak bisa menerima pernyataan dari kamu. Bukan karena rangkkaian daun kamu tapi aku ingin kita berteman saja. Kamu mau kan?”jawabku tegas.
”Baiklah, apabila itu keputusanmu. Kamu akan menyesal menolakku”katanya sedikit emosi.
”Maafkan aku”.jawabku sendu.
Dedy menatapku lekat dan mencoba mendekat kearahku.
”Maaf De, aku juga tidak bisa menerima kamu. Jadi sebaiknya kamu mulai sekarang tidak lagi mengharapkanku...karena aku...”
”Sudahlah, tidak apa. Yang penting kita masih berteman kan? Dekat bersamamu saja sudah membuatku bahagia.”jawabnya tegar.
”Terima kasih De, kamu memang teman yang baik”.tanggapku lega.
Setelah penolakkanku atas pernyataan cinta sutrisno dan Dedi beberapa hari kemudian,nampaknya mereka sudah mendapatkan pasangan yang baru. Suttrisno berpacaran dengan Lala dan Dedi dengan Mira. Mereka nampak bahagia dengan pasangan masing-masing. Aku bahagia akhirnya mereka menemukan cinta yang baru. Aku bahagia saat ku melihat mereka bahagia.

XI. 4 sahabat jadi 1(NE A2)


Senyap, saat semua siswa dan siswi masuk ruangan. Hari ini pelajaran kelas 6 semester genap telah di mulai. Ini adalah bulan-bulan penentuan bagi kami. Pasalnya ini adalah bulan-bulan terakhir kami menjadi murid SDN Palangka -3 karena beberapa bulan lagi setelah pengumuman kelulusan, kami resmi menyandang predikat anak SMP yang berseragam biru putih.
Semester lalu aku masih bisa mempertahankan nilaiku sehingga rangking 6 masih melekat menghiasi raporku. Walau begitu kadang kala hatiku cemas akan ujian Nasional nanti. Takutnya kalau nanti tidak lulus. Namun, aku mencoba meyakinkan hati ini agar lebih optimis menghadapi segala kemungkinan.
Senyum jahil dari bibir adi begitu membuatku merasa aneh. ”kenapa lagi anak ini?lagi demam kale ya”.Pikirku bingung.
”Kenapa senyam-senyum, aneh banget”
”Hm...enggak kok, kamu aja yang kegeEran”
”Ya udah, nyantai aja kale bicaranya, enggak usah salting gitu. Curiga aku”
”Lama ya, udah enggak ngobrol lagi. Hehe”
”Apaan seh...enggak penting tau”
”Oya, aku ada punya buku dongeng sedunia yang baru aku beli saat aku pergi berlibur ke Yogyakarta. Kamu mau baca?”
”Wah beneran...?aku mau banget. Mana?biar kubaca habis tuh buku”kataku tak sabar.
”Ini”seraya mengeluarkan buku besar dengan gambar yang menarik dan menyerahkannya kepadaku.
”Wah...aku senang banget...aku pinjam ya, Di”
”Boleh, asal jangan sampai rusak aja tuh buku”
”Tenang, enggak bakal rusak kok cuman lecet aja dikit”
”Huh dasar...awas ya kalau beneran rusak”ancamnya setengah bercanda.
”Idih ...ngapain nih seru banget”tanggap eva dan ade berbarengan.
”Ini ...adi baru beli buku cerita dongeng sedunia...seru banget deh”.
”Wah...yang benar?aku boleh minjam enggak, Di?”
”Tanya dulu sama yang pertama minjam...kalau aku sih ngebolehin kok, asal jangan sampai rusak aja”
”Habis kamu , aku lagi ya, Pah?”rengek eva manja
”Boleh. Asal sabar aja nunggu aku baca ini buku sampai habis”
”Asik...thank’s ya nurpah...tapi, usahain dong jangan sampai lama bacanya. Cepetin dikit kek, ngebut gitu bacanya”
”Mank aku ojek yang bisa ngebut”.
”Hahaha”adi, ade, eva, dan aku tertawa lepas bersama.

Semenjak hari itu suasana yang sempat kaku mulai mencair di antara kami berempat, aku, eva, ade, dan adi mulai akrab lagi satu sama lain. Kami sering bercanda, dan berbagi cerita bersama, kadang kala saat pelajaranpun kami berkerjasama dalam menyelesaikan soal. Kasihan eva, seringkali dia dijadikan sasaran untuk candaan adi dan ade, tawapun pecah dan rengutan manja wajah eva menjadi akhir dari candaan mereka, terpaksalah peranku di mainkan sebagai pembujuk agak muka masam akibat candaan adi dan ade berubah menjadi senyum merekah. Keakraban dan kekompakan kami berempat menjadi dasar persahabatan yang terbina dengan baik. Kami sungguh bahagia.

XII. Rasa Itu Tumbuh Lagi

Aku sedang asik meniikmati deretan huruf yang berbaris rapi di buku. Tanganku kiriku tergeletak pasrah di samping buku yang ku baca dan tangan kananku tengah memainkan Tip-X dengan lincah di dalam laci meja , tiba-tita sebuah tangan meraba mejaku dan mendarat tepat menyentuh tangan kiriku. Aku terkejut bukan kepalang akibat sentuhan hangat yang menggetarkan hatiku dengan dahsyat walau sesaat. Sang pemilik tangan ternyata tak kalah kagetnya akan apa yang barusan terjadi, dia berbalik menatapku lurus. Seketika saja aku dan dia menjadi salting yang hebat.

”Adi” desisku tertahan. ”Apa yang kau lakukan tadi” kataku gugup
”Oh...maaf...maaf banget...aku tidak sengaja...aku hanya bermaksud igin meminjam tip-X mu, tapi aku malah...duh aku beneran minta maaf, aku tidak sengaja. Sweer!”katanya salting
”Ih...amit-amit. Pegang-pegang tangan aku. Najis tau”kataku ketus seraya membersihkan tanganku”
”Ih...siapa juga yang mau pegang tangan kamu. Geer banget. Aku Cuma ingin pinjam tip-X kok. Gitu aja sewot. Ukh dasar”rengutnya berubah kesal
”Ya udah bilang dong...jangan asal meraba aja kayak orang mati lampu. Nih, tip-X nya”. Jawabku cepat
Beberapa saat kemudian...
”Nih, aku kembalikan. Thank’s ya”.katanya dengan wajah yang masih cemberut
”Iya sama-sama”kataku dingin.
Setelah itu aku dan adi saling diam dan menyibukkan diri dengan kerjaan masing-masing.

Sebenarnya seh, adika sempat membuat hatiku tergocang kuat dengan gempa 5,5 skala liter tadi, Saat dia pegang tanganku tadi. Dahsyat banget!Masih terasa hangat jari tangannya menyentuh tanganku walau sesaat. Aku sangat senang, tapi ku tutupi rasa saltingku dengan perlakuan dingin kepadanya tadi agar dia tidak tahu apa yang aku rasa,. Aku takut dia besar kepala karena kegugupanku atas peristiwa tadi.”Apa Adi merasakan apa yang aku rasa, ya?”pikirku melayang seraya memandang kokoh punggungnya dengan lekat. ”Semoga iya, aku sungguh menyukaimu Adi, Walau kamu enggak tahu, rasa ini akan kusimpan selamanya”. Batinku tulus.


Kesungguhan cinta yang memuncak…membara dalam panasnya jiwa…lebur diantara rindu dan mengeras di dalamnya relung hati...mataku berekspedisi keseluruh labirin kepastian...limbung dalam kekecewaan dan mati di atas cinta yang ku agungkan...Salahkah apabila aku ingin tetap bernafas tatkala oksigen harapan hadir memberiku nyawa?!...aku ingin mencoba sekali lagi...membangun cinta yang sudah rapuh dengan tanganku...aku ingin merengkuh kembali rasa yang sempat sirna dengan keyakinan yang baru...Ya Allah, tolong aku!...beri aku jalan agar aku bisa merekatkan kembali keping hatiku yang berserak ini dengan kasih dari-Mu Ya Allah...karena aku sungguh mencintainya..beri aku kesempatan untuk mencintainya!...


XIII. Persiapan Ujian

Ibu Rikawati memasuki kelas dengan anggun. Beliau merupakan guru yang bijaksana dan terkenal penyayang.
”Selamat pagi anak-anak”.
”Selamat pagi, bu”.
”Ibu ingin memberitahukan informasi penting untuk kalian. Mulai hari ini ibu harap, kalian harus lebih serius untuk belajar, karena tidak lama lagi kalian akan menempuh ujian. Jangan anggap remeh setiap mapel yang kalian terima. Jadi, untuk lebih fokus dalam menyerap mapel yang kalian terima, ibu dan ibu Belcewati sepakat akan melakukan les tambahan secara bergantian untuk kalian. Setuju anak-anak”.
”Setuju bu”Jawab anak-anak serempak.
Setiap jam 3 sore anak-anak berkumpul dirumah ibu Rikawati yang dekat sekolahan dan di sekolah pada mapel ibu Belcewati.”HAJAR!” harus belajar...merupakan semangat belajar yang membara didiri kami, untuk mencapai predikat lulus dengan nilai yang terbaik menjadi yang tak pernah menyusut tertanam dalam benak kami. Masa depan kami berada sekarang, di jenjang dasar pendidikan sekolah ini, kami akan berusaha disini agar cita-cita yang kami impikan ada di genggaman.
Ku kayuh dengan cepat sepeda yang aku naiki. Dengan cepat sepedaku kini melaju di aspal dengan mulus walau lubang dan gundukan tanah seringkali menghalangi kemulusan sepedaku melaju dengan cepat. Sebentar lagi aku sampai di rumah ibu Rikawati, tempat lesku sore ini.
”Stop...”Tangan terbentang nampak tak takut tertabrak laju sepedaku melaju.
”CietTt....”suara gesekan ban sepedaku dengan aspal dengan kuat.
”Adi...!!!kamu mau mati ya...?kalau sepedaku tidak cakram berhenti, kamu bisa mati konyol aku tabrak tau”. Kataku geram
”Eh...hehe...sorry friend!becanda tau gitu aja sewot. Oya, boleh minjam sepedanya enggak?please!”. pintanya memelas
”Hus becanda...becanda...kamu ini kuga banget seh...enggak akh, natar sepedaku rusak lagi kalau kamu pinjam”.
”Ah...sebemtar saja, tidak bakalan rusak kok.”bujuknya setengah memaksa.
Akupun dengan rela menyerahkan sepadaku kepada adi dan dengan perasaan gembira langsung dinaikkinya sepedaku seraya berkata kepada teman-teman yang lain
”Ayo kita balapan!” teriaknya girang.
”Adi!”teriakku melengking namun sia-sia si bengal itu bersama teman-temannya yang lain sudah jauh melaju di aspal dengan sepeda mereka masing-masing.
”Ukh dasar kampret tuh Adi!”kataku kesal
”Sudahlah lebih baik kita masuk saja dulu kerumah ibu siap-siap belajar”. Kata Feli bijaksana
”Ya sudah, ayo”kataku pasrah.
Hari berikutnya kami les lagi di temat ibu Rikawati untuk membahas materi mapel yang belum kami pahami di sekolah. Hari- hari ujian telah dekat. Jadi, materi yang harus di pahami menjadi semakin banyak.
Aku telah sampai di depan gang jalan ke rumah ibu Rika, kumelihat adi, sutrisno dan teman-teman yang lain sedang mengolok-olek anjing di dekat gang tempat kami akan les sore ini. Nampaknya, anjing itu telah geram dengan tingkah konyol mereka mengoloknya. Hal terbesar dan yang paling tidak disadari mereka ialah anjing tersebut hari ini teryayata di tidak diikat dan terkurung di balik pagar rumah tuannya. Segera saja mereka lari pontang panting di kejar anjing tersebut, yang lucunya sendal mereka tertinggal di dekat rumah yang anjingnya tengah mereka perolok tadi saking takut dan kagetnya. Mereka kembali mengambil sendal mereka dan kembali berlari secepat mungkin dari kejaran amukan anjing tersebut. Untung saja sang pemilik anjing tersebut cepat datang mengendalikan hewan peliharaannya itu. kalau tidak jadi apa mereka adi, sutrisno dan yang lainnya di gigit anjing yang terlihat ganas tersebut.
”Hahaha...rasain!siapa siruh jahil dengan binatang. Sekarang tahukan akibatnya”.kataku lantang seraya tertawa twrpingkal-pingkal melihat tabiat konyol mereka.
”Dasar sadis, temen lagi kesusahan malah di tertawakan, bukannya menolong”.kata mereka tidak puas atas reaksiku.

Hari Ini giliran les mapel matematika dengan ibu belcewati di sekolah. Cuaca nampak buruk hari ini. Mendung, membuat suasana menjadi agak gelap. Tapi, tidak sedikitpun menyurutkan niat kami untuk belajar. Seusai les selesai deras hujan membasahi bumi yang kerontang. Kami bingung ingin pulang kerumah. Namun dasar pemikiran anak-anak, sudah tahu hujan deras masih saja memaksakan diri untuk pulang dengan peralatan seadanya. Untung aku selalu bawa jaket, kebentangkan jaketku dengan lebar keatas kepala untuk melindungiku dari butiran air hujan. Saat kulangkahkan kakiku ternyata Adi mengikutiku dan ikut dalah naungan jaketku yang sempit untuk dua orang. Aku terkesima sesaat sambil memandangi wajahnya yang sangat dekat dengan wajahku lalu Adi tersenyum jahil
”Maaf numpang sebentar ya”. Pintanya
Aku masih syok dan tak bergeming lalu...
”Ih, apaan seh...aku enggak mau berdua satu naungan jaket sama kamu tau”.kataku judes
”Hm...ya sudah”.katanya sambil tersenyum jahil dan segera mencari tempat berteduh terdekat.
”Aku percepat langkah menuju parkiran sepadaku dan dengan segera kukayuh dengan cepat sepedaku membelah deras hujan yang membasahi saatku melaju. Tapi, aku tidak memperdulikan diriku yang basah kuyup oleh hujan. Hatiku telah tumbuh tunas baru yang membuatku seakan menjadi gila. Ya cinta!rasa itu yang kuyakini benar telah berakar kuat menembus akal sehatku. Aku gila karena ”rasa” yang membuncah. ”Ya Allah aku jatuh cinta!”.Teriakku di dalam hati sambil tersenyum sepanjang jalan.

XIV. OMG...Ujian!

Titik-titik embun membasahi dedaunan di taman sekolah. Segar udara merasuk melalui pori-pori kulitku. Ku hela nafas sedikit berat dan mencoba menenagkan hatiku yang bimbang. Ku gengam erat kartu tanda peserta ujian dengan erat seraya memasuki kelas ujian.”Ok, aku sudah siap. Aku akan berusaha sebaik mungkin”.kataku meyakinkan diriku sendiri.
Kini mataku sibuk mencari bangku yang bertuliskan nomor ujian yang sama dengan KPU di tanganku. Setelah yakin dan menyamakan nomor KPU milikku, segera saja ku duduki bangku itu dengan perasaan yang mulai tenang. Mataku terus berputar mengenali nama teman-teman yang ada di dekatku dan tidak asing lagi seorang cowok manis duduk di belakang bangkuku sambil tersenyum ramah.
”Hai”.
”Eh, Reza. Kamu duduk disini ya. Wah kebetulan sekali, nanti kalau aku enggak tau jawaban soal ujian ntar aku nyontek ya”.kataku bercanda.
”Boleh, asal bayar oke”.
”Ih, pelit amat seh”.kataku sambil tertawa
Reza fauzan, dia adalah teman sekelasku yang agak pendiam tapi apabila sudah bercanca kocaknya enggak ketulungan deh. Rame abis. Orangnya baik dan tidak sombang, sifat itulah yang membuatku menjadi akrab dengannya.
Hari-hari ujian aku lalui dengan perasaan yang bahagia. Kadang, kalau aku tidak punya penghapus atau alat menulisku lagi rusak, dengan senag hati reza menawarkan dan meminjamkan peralatan sekolahnya kepadaku. Dia benar-benar teman yang baik menurutku.
Ujian telah selesai. Aku dan teman-teman merasa bahagia yang beselimut rasa deg-deg kan. Mengapa tidak pengumuman kelulusan belum di umumkan. Kami semua berharap dapat lulus dengan nilai yang terbaik agar dapat masuk SMP yang kami inginkan.
Hari pengumumanpun tiba. Aku diantar ayah pergi kesekolah dengan mobil hari ini. Didalam perjalanan aku terus-terusan berdoa agar aku dapat lulus dengan nilai yang terbaik.
Semua siswa dan siswi kelas 6 berkumpul di depan ruang kepala sekolah. Disana tergantung sebuah papan tulis berukuran sedang yang bertuliskan

Pengumuman

Semua murid kelas 6
LULUS semua!
Hari ini langsung cap tiga jari di ruangan kepala sekolah.




Sorak sorai bergema memekakkan telinga. Kami berloncat dan saling berpelukan gembira saat melihat pengumuman tersebut. Aku langsung berlari mencari ayah yang tengah duduk menungguku sediri.

”Ayah, nurpah lulus...nurpah lulus ayah”.kataku terisak gembira saat bertemu ayah.
”Benarkah?Ayah bangga denganmu. Ayo kita pulang dan beritakan kabar baik ini kepada seluruh keluarga”. Kata ayah dengan bangga dan ikut terharu.
”Tidak ayah, nurpah masih ada kegiatan di sekolah. Hari ini langsung cap tiga jari di ruang kepala sekolah. Jadi, dari pada ayah menunggu lama, ayah pulang duluan saja mengabari keluarga dirumah. Nurpah bisa pulang sendiri kok”.
”Baiklah, ayah mengerti. Ayah pulang duluan ya. Nurpah langsung pulang setelah cap tiga jari kerumah. Jangan kelayapan dijalan”.
”Iya ayah, nurpah mengerti. Assalamualaikum”.kataku seraya mencium punggung tangan ayah lembut.
”Walaikum salam sayang. Hati-hati dan ingat pesan ayah”.
”Iya ayah”.

Mobil ayah kembali melaju di jalan. Aku menatap bangga seiring bayang mobil ayah lenyap di tikungan.”Aku akan berusaha mempertahankan senyun indahmu ayah. Aku akan berusaha menjadi anak yang ayah dapat banggakan. Nurpah janji ayah”.kataku dalam hati seiring jatuhnya bulir bening di sudut mataku.
Kembali aku berlari menghampiri teman-temanku yang sudah berbaris rapi masuk satu persatu keruang kepala sekolah dengan tertib untuk melakukan cap tiga jari di atas ijasah yang selama 6 tahun ini kami nantikan.Kami sungguh bahagia.

XV.See You my friend…See You Honey.

Hari perpisahan sebentar lagi, para siswa dan siswi anak kelas 6 di suruh turun kesekolah oleh kepala sekolah. Kata beliau kami harus menjadi penyumbang atraksi apapun yang kami bisa untuk dipersembahkan pada hari perpisahan yang rencananya akan dilaksanakan di Tangkiling. Aku mendapat tugas untuk menampilkan tarian giring-giring bersama teman-teman, 3 laki-laki dan 3 perempuan. Aku di tugasi untuk mengajari mereka agar menjadi lincah dalam melakukan setiap gerakan seperti waktu pementasan kelas 5 tahun lalu di hadapan para guru-guru se-kota Palangka Raya. Aku sungguh tersanjung atas kepercayaan yang sangat besar di berikan oleh guru-guru kepadaku.
Kami berlatih dengan giat di rumah mira setiap sore hari. Kami menari berpasangan. Aku berpasangan dengan sutrisno, mira berpasangan dengan dedy dan Ijah berpadangan dengan adi.kami berlatih dengan giat dan semuanyapun telah menghapal gerakan dengan lincah. Sampai akhirnya aku mendapat keputusan yang tidak baik dari orang tuaku. Ayah dan ibu tidak mengijinkanku untuk pergi ke tangkiling. Mereka khawatir akan keselamatanku disana. Aku harus menelan pil pahit di akhir perjumpaanku dengan teman-temanku disekolah. Sebagai anak aku harus menuruti apapun perintah orang tuaku terlebih hal tersebut demi kebaikanku sendiri. Aku harus taat dan patuh pada perintah itu.
Teman-teman serta guru tentu kecewa atas ketidakikut sertaanku pada hari perpisahan itu. Namun, mereka mencoba mengerti posisiku dan segera pengganti diriku dalam melakukan tarian sebelum hari H-nya.
Teryata felling ayah dan ibu benar. Setelah hari perpisahan di tangkiling mereka bercerita ke padaku di seklah, mereka ari, ijah dan kawan-kawan tersesat di hutan bukit tangkiling. Semua peserta yang ikut hari perpisahan itu ikut panik dan mencari mereka Ari dan kawan-kawan. Beruntung, Ari dan kawan-kawan berhasil di temukan berkat bantuan pendaki bukit yang kebetulan lewat. Akibat hilangnya Ari dan kawan-kawan, acara perpisahan menjadi sedikit tertunda dan terpaksa di laksanakan dengan sederhana menginggat waktu yang banyak terbuang. Aku prihatin akan kejadian tersebut sekaligus bersyukur atas selamatnya aku dari kesesatan di hutan bukit tangkiling.” Allah bebar-benar baik, terima kasih telah memberiku dua orang malaikat yang selalu menyayangi dan memperhatikanku”.kataku membatin
Hari ini adalah hari puncaknya. Pada hari ini ijasah resmi di serahkan oleh kepala sekolah kepada orang tua murid atau wali murid.Sebelum acara itu di laksanakan, pada pagi hari semua siswa dan siswi dan guru-guru berkumpul melaksanakan makan bersama di kelas sebelum kami benar-benar berpisah dan melanjutkan ke SMP yang kami inginkan.
Aku duduk dengan tenang di bangkuku seraya menikmati nasi goreng buatanku sendiri. Tiba-tiba adi langsung duduk menghadapku dengan senyum manis nan jahil.

”Ih, nagapain kamu lihat-lihat?kurang kerjaan tau”.semprotku sewot
”Hm...enggak kok. Aku Cuma mau ngeliatin kamu aja. Enggak boleh?”
”Enggak banget tau.udah pergi kamu. Malu tau”.
”Eh, apaa tuh?..nasi goreng ya?wah aku suka banget. Minta dong!”. rengeknya manja
”Ih, enggak boleh, kalau mau buat sendiri dong”.
”Wah, bener nih kamu masak sendiri?rajin baget. Jadi pengen ngecobain nich”. Katanya seraya merebut tempat nasiku.
”Ih, kamu ini kurang kerjaan banget seh”.kataku geram
”Ciyee...lagi pdkt nieh ye”.goda Ari kepada kami.
”Eh, hehehe”.adi cengegesan
”Apaan seh”.elakku
”Emangnya pdkt tu apa ri,?”tanyaku penasaran
”Tuh tanya aja sama adi, pasti dia tahu”.
Seketika saja aku menatap tajam wajah adi yang masih tertawa cengegesan
”Serius ,DI. Apaan tuh pdkt?”tanyaku penasaran
”Hm...beneran enggak tahu neh?”.katanya manja
”Beneran...!kalau kamu tidak kasih tahu nanti aku tonjok mau?.”
”Iya iya...galak amat, pdkt tu....pendekatan!”.
”What?! Idih amit-amit deh”.kataku menutupi malu
”Ya udah kalau gitu”.katanya sambil berlalu pergi

Jujur aku merasa malu setengah mati atas sindiran Ari tadi. Aku sebenarnya sungguh senang tapi karena egoku yang terlalu besar, aku tetap menyembunyikan rasa ini lebih dalam. Aku takut Adi tahu bahwa aku sungguh menyukainya.
Sepeninggal adi, eva tersenyum manis kepadaku seraya menyerahkan segulungan kertas berukuran A4.

”Apa ini ,va?”.tanyaku heran
”Bukalah”.
Gulungan itu ku buka perlahan dan aku terdiam terkesima.
”Kamu suka hadiahku?”.tanyanya hati-hati
”Aku sungguh menyukainya.Apakah kau sendiri yang membuatnya?”.kataku berbinar
”Iya, walau lukisanku tidak begitu bagus kuharap kau menyimpanya sebagai kenang-kenangan persahabatan kita”.
”Kamu sungguh baik, va. Aku sungguh beruntung berteman denganmu. Aku akan menyimpannya.terima kasih sobat. Lukisan kita berdua yang bergandengan ini sungguh hadiah yang indah”.kataku terharu.

Saat yang dinantikan pun tiba. Kepala sekolah memanggil orang tua dan wali murid berpasangan masuk ke ruangannya untuk mengambil ijasah kami. Nama ayah dipanggil dan hal yang paling mengjutkan pada saat itu ayah masuk bersama ibunya Adi.OMG, ayah dan ibu Adi bersalaman sebelum masuk bersama mengambil ijasah kami. Seketika saja teman-teman sekelas bersorak-sorai dan adapula yang bersiul kepada kami dan berkata berbarengan ”Ciye...calon camer nih ye!”kata mereka ramai. Sungguh aku malu sekali, rona merah di pipiku tidak dapat ku tutupi lagi., sekilas aku melihat ke arah adi yang juga ikutan salting dan malu. Mata kami beradu dan segera ku berpaling menghindari tatapan elangnya. ”Aduh apaan seh. Kenapa jadi begini kejadiannya?”.runtukku dalam hati.
Tidak beberapa lama ayah dan Ibu adi keluar dengan air muka yang cerah.

”Bagaimana ayah hasilnya?”.tanyaku penasaran
”Nilaimu bagus ayah bangga padamu...ayo kita segera pulang ke rumah!”ajak ayahku.
”Tunggu sebentar ayah aku ke kelas dahulu mengambil tas”.
Segera ku berlari ke kelas dan mengambil tasku. Adi mengikutiku dari belakang dengan pandangan yang lekat.
Dengan gembira aku berteriak di depan kelas.
”Selamat tinggal teman-teman. Sampai jumpa lain hari. Terima kasih atas segalanya dan selamat tinggal”.seruku lantang

Mataku berekspedisi ke seluruh penjuru kelas dan wajah teman-teman sebelum ku pergi, dan wajah dan sosok yang terakhir ku lihat adalan Adika Putra. Teman, musuh, sekaligus cinta pertamaku di SDN Palangka-3. Aku tersenyum lembut seraya menatapnya lekat. Adi hanya terdiam tak bersua balik menatapku lekat. Setelah selesai aku berkata dan menatap semuanya. Aku segera melangkahkan kakiku menemui ayah dan pergi kerumah dengan menaiki mobil. Cinta, dan kisahku terbang bersama angin hangat yang berhembus siang itu. Namun, didasar hatiku yang paling dalam aku akan tetap mencintaimu Adi. Aku yakin kita akan bertemu pada saat yang indah dimana masa depan yang cerah ada di genggaman kita. Aku percaya akan hal itu. Aku selalu mencintaimu ADIKA!.


Ku merindumu di sela denyut nadiku…
Ku mengagungkanmu di dalam tahta hatiku…
Ku memujamu dalam setiap detak jantungku...
Kala ku terlelap....
Kala ku tersadar....
Selalu ada bayangmu menjelma....
Aku selalu mencintaimu...
Walau kau tak pernah tahu...!