Selasa, 23 Maret 2010

CURHATKU


Kalau mau jujur, sebenarnya aku paling tidak suka yang namanya menulis. Tapi, aku paling suka memikirkan banyak sekali hal-hal yang menurutku cukup layak untuk di katakan jenius. Yah, seperti warna dan bunga kesukaanku, kuning yang identik dengan orang yang pemikir dan melati yang berbentuk kecil namun harumnya sangat semerbak, malah sering di gunakan dalam acara adat yang sangat ritual.hehe....Otakku seakan seperti benda yang dimana didalamnya terdapat miliaran atom yang kapan saja dapat meledak dahsyat.Jadi, bisa dibilang aku ini seseorang yang bebas dan menyukai kebebasan dalam berimajinasi.
Aku seorang yang pembosan dan jarang sekali betah pada pekerjaan yang monoton. Aku orang yang bisa dikatakan cewek tangguh yang di dalamnya cengeng, tapi aku bukanlah seorang wanita yang gampang menyerah apabila sudah ada niat yang mendalam di dalam hatiku terhadap apa yang aku kerjakan.
Aku adalah wanita yang paling tidak suka menunggu, menjadi bawahan, apalagi kalah. Aku sesalu berusaha menjadi yang terbaik terhadap apa yang menjadi tanggung jawabku. My be, aku tergolobg orang yang egois, tapi menurutku ini logis. Aku mencintai diriku yang tangguh, bukan wanita yang lemah dan bergantung pada orang lain.
Selain menyandang pangkat sebagai anak tertua di keluargaku, aku adalah murid yang cukup berpotensi di sekolahku. Yah, bisa di katakan akua adalah murid yang tidak pinta tapi juga tidak bego.hehehE...yang jelas aku selalu ingin menjadi yang terbaik, karena aku adalah harapan keluargaku....Ayah, Ibu, dan adik-adikku.

I WILL TO BE A WINNER AT ALL EVENT!

Dua Malaikatku




Letih dan keriput hiasi wajah yang mulai menua
Sengal nafas dan getir langkahmu kian nampak terlihat
Namun bibirmu tak pernah luput dari manis senyuman
Luka fisik dan jiwa tersembunyi di balik jeruji raga
Yang menjelma hanya kesempurnaan yang nyata

Dimata masa mudaku kau terlihat angkuh saat kumulai salah melangkah
Keras teriakan nasehatmu tak lagi ku dengar
Yang terbersit di benakku hanyalah sesuatu yang beda pada perubahan Era

Butir air bening di sudut matamu mengaburkan penglihatan
Meleleh membasahi pipimu yang kian lelah
Tapi aku tak jua terenyuh...
Aku malah meneriakimu ”TIDAK ADIL!” dengan kasar
Saat materi yang ku minta tak dapat kau penuhi
Kini, kau tak bisa berargumentasi lagi kepadaku
Suaramu yang dulu lantang kini sayup tak terdengar
Kau hanya bisa berbaring lemah di ujung penantian
Pucat pasi kini menyelubungi air wajahmu

Rapuh….
Renyuh…
Lambungkan asa di dada saat dua malaikatku tak lagi bergeming
Hening sesaat kemudian pecah dengan tangisan yang meronta
Jiwaku tergoncang akibat rasa yang terhempas tiba-tiba

Aku menyesal hingga tak mampu bersua
Aku tak sempat berkata ”MAAF” di ujung pertemuanku
Ampuni aku....
Ampuni kelalaianku..
Aku pudar dan gamang tersentak menerima realita yang ada
Dua malaikatku di jemput Yang Kuasa...

Story Love About He and Me!!!

Cahaya yang mula –mula menyusup diantara gelapnya ruang hati, kini mulai redup kembali….raga tidak bisa lagi menari di iringi nyayian yang mendadak sepi…kalbuku yang semula bersonata kini diam tak bergeming…sayup terdengar isak tangis dari hatiku…sesuatu telah pergi….

I.“It’s Me””

Perkenalkan namaku Nurpah sari, nama panggilanku Nurpah atau singkatanya Nuri. Aku
lahir di Balikpapan, hari sabtu, 11 juli 1992. Zodiakku cancer dan shioku monyet. Aku anak sulung dari empat bersaudara. Saudara dan saudariku bernama Ahmad Husin Nafarin, Nur Zaidah, dan yang bungsu Siti Aisyah. Nama ayahku adalah H. Syarifuddin dan ibukuku bernama Ny. Rifah. Dari kecil aku sudah dididik oleh orang tuaku untuk hidup mandiri. Bahkan saat pergi ke sekolahpun aku harus memberanikan diri berangkat sendiri setelah beberapa hari masuk sekolah.
Mungkin tidak ada yang menarik dalam hidupku yang sering menjadi orang perantau. Selain disamping sikapku yang cenderung tertutup, menjadi orang perantau menyebabkan aku tidak punya teman tetap, hingga pada akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang seakan mengubah hidupku dari hitam kelabu menjadi warna yang penuh pelangi kecewa, tangis, bahagia, cinta, impian, dan tawa. Dan di kota cantik Palangka Rayalah menjadi saksi bisu kisah ini di mulai...

II. ”SDN PALANGKA-16 PALANGKA RAYA”

Kisah ini bermula ketika aku dan keluargaku pindah dari kota Martapura, kalimantan selatan ke kota Palangka Raya, kalimantan tengah. Kepindahan yang di putuskan secara sepakat oleh keluargaku terbilang tergesa-gesa bagiku. Mengapa tidak, saat itu aku baru berumur 6 tahun dan telah duduk di kelas 1B di sekolah SDN Keraton 9 Martapura.
Pada hari keberangkatanku ialah saat aku menunggu hari – hari pembagian rapor caturwulan 1 dan akibatnya kami pindah ke kota palangka raya ini tanpa menggetahui hasil belajarku selama 1 caturwulan atau selama 4 bulan. Nampaknya, ke datangan kami yang sangat tergesa–gesa di kota ini berakibat fatal bagi pendidikanku di kota perantauan, kota palangka raya.
Selama hampir 1 caturwulan atau 3 bulan aku tidak dapat bersekolah seperti teman–teman sebayaku di sekitar komplek tempat tinggalku, komplek pertokoan Rajawali induk. Hal ini karena setiap sekolah yang ayah datangi menolak menerimaku sebagai murid baru mereka berdalih aku tidak mempunyai rapor, dan surat keterangan pindah dari sekolahku terdahulu, selain itu mereka beralasan bahwa berat bagi mereka menerima siswa baru di pertengahan caturwulan 2 yang sebentar lagi akan memulai ulangan bersama. Mungkin mereka beranggapan bahwa siswa baru tidak akan bisa cepat menyesuaikan diri dan pelajaran di sekolah.
Ayah merupakan seorang panutan bagi anak-anaknya. Beliau memiliki sifat yang selalu berusaha keras dan pantang baginya menyerah demi suatu tujuan yang mulia. Yah, berkat buah usahanya yang mengagumkan itu, kini aku dapat bernafas lega dapat bersekolah.
SDN Palangka-16 jalan kutilang merupakan SDN yang menyelamatkanku dari kebodohan. Sekolah ini menerimaku sebagai murid baru dengan syarat bahwa aku hanya sebagai murid yang hanya ikut belajar, kata kepala sekolah hal ini sebagai suatu proses untuk menyesuaikan diri di sekolah ini dan aku harus mengambil resiko tidak dapat naik kelas karena sebulan lagi sudah ulangan caturwulan ke-2 di sekolahku. Ayah dan aku menyetujui persyaratan tersebut. Bagiku bersekolah kembali merupakan suatu anugrah terindah dari Tuhan. ”Thank’s to Allah!” kataku membatin.
☺☺☺

Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah, aku bahagia sekali. Dari subuh aku telah mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Ayah dan mama tersenyum melihat tingkahku yang begitu riang.
”Ayo makan dulu, mama sudah siapkan sarapan buatmu”. kata Mama dari arah dapur.
”Iya ma, sebentar lagi kok. Ini nurpah lagi merapikan rambut dulu”. Sahutku
”Ya sudah, cepat ya. Itu ayah sudah siap mengantar nurpah”.
”Ya ma!”.jawabku riang
☺☺☺
Ayah mengantarku dengan mobil ke sekolahku yang baru. Aku begitu bahagia. Setelah sampai di gerbang sekolah, ayah mengantarku ke ruang kepala sekolah.
”Selamat Pagi bu. Saya ingin mengantar anak saya”kata ayahku
”Oh iya, selamat pagi dan silahkan duduk”kata ibu kapsek
”Terima kasih”jawab ayahku seraya duduk
”Ayo perkenalkan diri”. Perintah ayah
”Selamat pagi bu, saya nurpah sari”. Ujarku
”Ya selamat pagi, Anak yang manis. Semoga nurpah bisa cepat menyesuaikan diri dan dapat mendapat teman yang baru ya”. Kata ibu Rampai.S.Pd., kepala sekolahku dengan ramah.
”Iya bu”jawabku tertunduk agak malu-malu
”Ya sudah bu, saya pamit pulang dulu. Saya titip anak saya”. Kata ayahku berpamitan seraya bersalaman dengan ibu kapsek.
”Silahkan pak. Kami akan menjaga anak bapak”. Sahut ibu kapsek seraya tersenyum ramah.
”Nah, nurpah belajar yang benar ya. Taati perintah ibu dan bapak guru di sekolah. Ayah pulang dulu, ada banyak pekerjaan di mebel. Ayah yakin nurpah bisa, Jangan nakal ya”.kata ayah kepadaku lembut.
”Tapi ayah, nurpah takut sendiri”. Jawabku ketakutan
“Tidak usah takut, kan ada ibu di sini menemani nurpah”kata bu kapsek menenangkanku.
”Iya. Nanti pulang sekolah ayah jemput”.kata ayahku lagi
Aku hanya bisa terdiam dalam ketakutanku di tinggal ayah di sekolah yang asing bagiku. Namun ibu Rampai.S.Pd., ibu kapsek menyadari ketakutan yang ku rasakan.
”Nak nurpah jangan takut. Kan disini ada ibu. Nah, sebentar lagi kelas di mulai. Mari ibu antar ke kelas nurpah”. Kata ibu kapsek ramah
Aku hanya terdiam dan mengikuti gendengan tangan yang lebut oleh bu kapsek ke arah kelasku yang baru. Kelas-kelas bayak yang telah kami lewati, nampaknya proses belajar mengajar telah di mulai. Setelah beberapa saat kami sampai pada sebuah kelas. Ibu kepsek pun mengetuk pintu.
”Selamat pagi bu. Boleh saya mengganggu sebentar”. Kata bu kapsek kepada ibu yang sedang mengajar.
”Selamt Pagi bu. Silahkan masuk”jawab bu guru
Seraya aku dan ibu kapsek masuk kelas seorang anak perempuan berdiri dan memimpin teman teman yang lain untuk member salam.
”Beri salam” kata anak itu dengan lantang
”Selamat pagi bu!” seru serentak anak-anak di kelas.
”Selamat Pagi anak-anak”. Jawab ibu kapsek sambil tersenyum.
”Nah, pada hari ini kalian mempunyai teman baru. Dia pindahan dari martapura, kalimantan selatan. Ibu harap kalian dapat berteman baik dengan teman kalian yang baru ini. Ayo nurpah kamu perkenalkan diri kepada teman-temanmu yang baru”. Kata ibu lantang di depan kelas.
”Perkenalkan nama saya nurpah sari, panggil saja saya nurpah. Saya tinggal di jalan Rajawali induk, ruko mebel marina. Salam kenal”. Kataku memperkenalkan diri.
”Salam kenal!”Jawab teman-teman baruku serempak.
”Silahkan duduk di bangku sebelah Fenny”.perintah ibu guru.
”Iya bu. Terima kasih”ujarku
”Baiklah ibu saya pamit dulu ya”kata ibu kepala sekolah kepada ibu guru ramah.
Ibu kepala sekolahpun berbalik menghadap kami seraya berkata ”selamat pagi anak-anak, rajin-rajinlah belajar dan perhatikan penjelasan ibu guru ya”.
”Selamat pagi ibu”jawab anak-anak serempak
Sepeninggal ibu kepala sekolah, maka ibu guru melanjutkan pelajarannya.
☺☺☺
Bulan demi bulan telah terlewati dan tidak terasa ujian caturwulan 3 mendekati akhirnya. Sungguh, aku sangat merasakan kesulitan dari pelajaran muatan lokal yaitu pelajaran bahasa dayak yang tidak aku kuasai. Maklum saja aku adalah anak perantau yang tidak menetap tinggalnya, sehingga kurang menguasai bahasa ditempat aku tinggal. Bahasa sehari- hari yang aku gunakan ialah bahasa indonesia.
Tidak naik kelas merupakn pil pahit yang harus ku teguk dengan susah payah. Mengapa tidak, di samping persyaratan yang diajukan pihak sekolah kepada ayah ternyata benar dugaanku, nilai pelajaran muatan lokal merah sehingga aku harus rela di ejek teman- temanku karena tidak naik kelas. Sungguh aku malu sekali dan rasanya aku ingin menangis saja. Tapi aku percaya, kalau aku tetap berusaha maka masalah ini dapat ku hadapi dengan lapang dada. ”Aku pasti bisa!” tekadku dalam hati.
Hari-hari kulalui bersama teman-teman baruku di kelas. Mereka sangat baik, terutama ketua kelasku Madia F. Resa. Dia sahabat yang paling kukagumi, perangaingainya yang ceria dan penuh canda tawa membuatku tidak lagi merasa sendiri. Dia teman yang baik bagiku.
Selain Rasa aku juga mempunyai teman lainnya antara lain Tini, Rudy, Happy, Nabella, Hadijah, Anto, Atika, M.Shorry, Agus, Herman, dsb. Aku juga mengagumi kakak kelas 3 yang bernama Andy, dia seorang pemain sepak bola yang paling aktif dan gesit. Tapi sayang, dia pindah ke desanya karena urusan keluarga. Yah... bisa di bilang dia adalah cowok pertama yang membuat aku terpesona pada kaum adam.
Hari- hari kulalui bersama teman- teman dengan penuh suka cita, Sampai akhirnya saat kami menginjak tahun ajaran kelas 3. kami mendengar bahwa sekolah kami akan di pindakan ke tempat lain yang cukup jauh oleh DIKNAS jadi gedung kami bersekolah di pindah fungsikan kepada SDN Palangka -3 yang terletak persis di sebelah sekolah kami, mau tidak mau kami semua murid SDN Palangka-16 di pindahkan ke SDN Palangka-3. Sedih memang tidak dapat kubendung lagi, apalagi mengingat bahwa aku sangat dekat dan sayang kepada guru-guru SDN Palangka-16 terutama ibu agama islam yang dengan penuh kesabaran mengajari kami membaca Al IQRA dan belajar shalat.

III. ”SDN PALANGKA-3 PALANGKA RAYA”

Setelah beberapa pekan kami resmi bersekolah di SDN Palangka-3, banyak yang menggundurkan diri untuk mencari sekolah lain. Mereka beralasan tidak dapat bersekolah di SD ini karena susahnya pelajaran yang di ajarkan dan kedisiplinan yang amat sangat di junjung tinggi. Alhasil hampir 80% sekelas denganku yang berasal dari pindahan SDN Palangka-16 menggundurkan diri. Sekali lagi aku merasa kehilangan. Di SDN Palangka-3 ini aku bagaikan mengulang masa-masa waktu aku menjadi murid baru. Ada rasa takut, sedih, dan sepi tidak berkawan. Namun, aku yakin dan percaya sesulit apapun pelajarannya dan sedisiplin apapun peraturannya akan ku hadapi dan teryata terbukti semua jerih payahku terbayar saat pembagian rapor kenaikan kelas. Selama aku sekolah, baru pertama kali aku mendapat rangking. Aku sangat bahagia walaupun aku hanya mendapat rangking 4 saat kenaikkan kelas 4. Aku sangat bersyukur atas nikmat ini.
☺☺☺

IV. ”PERSAINGAN NURPAH VS DEDY”

”Back to school. I’M COMMING!!!” teriakku dalam hati saat memasuki gerbang sekolah dengan tergesa-gesa. Maklum pada hari itu adalah hari senin maka secepat tenaga ku berlari-lari agar tidak terlambat mengikuti upacara bendera.
Di kelas 4 semester genap ini aku tidak mau kalah dengan siapapun. ”Aku harus bisa bersaing di nilai akademik dan non akademik. ”Aku pasti bisa!” gumamku semangat. Saingan terberatku adalah Dedy ia pintar sekali matematika. Dia benar-benar saingan yang berpengetahuan luas menurutku. Dengan sekuat kemampuan akhirnya semester genap dengan hasil akhir yang sangat membuatku bersemangat. Aku mendapat rangking 3.1. (rangking 3 dari 1 orang) dan dedy rangking 3. Nilaiku dengannya beda tipis sehingga sempat membuat binggung para guru dalam menentukan rangking, namun berkat kesepakatan para guru maka inilah hasil akhir kami mengakhiri semester genap ini.
Semester ganjil kelas 4, aku mulai dengan senyuman. Sembari kulangkahkan kaki ini memasuki kelas ku amati sekeliling kelas yang baru itu dengan seksama. ”Tidak terasa sudah semester genap. Sebentar lagi aku akan menjadi anak kelas 5. yah sebentar lagi...aku akan berusaha lebih keras lagi untuk semester ini” batinku membara.Hari demi hari kulewati dengan optimisme dan ketekunan agar mendapat nilai yang lebih baik lagi.

V. ”MURID BARU”

Hari ini tampak agak berbeda dari biasanya. Dari tadi pagi ku mendengar para siswa dan siswi tampak berisik dan agak centil dari biasanya. Sempat heran melihat gelagat aneh dari mereka namun, aku tidak bertanya apa yang membuat mereka menjadi berperangai aneh hari ini.
Lonceng tanda masuk telah berbunyi. Ibu guru datang dengan seorang anak laki-laki yang berseragam rapi. Nampaknya dia anak baru. Seketika saja aku melihat ke sekeliling dan alhasil terlihat pemandangan yang sangat menggelitik perutku. Mereka menatap murid baru itu tanpa berkedip. Terutama para siswinya, nampak mata mereka begitu berbinar memperhatikan murid baru itu memperkenalkan diri.
”Selamat pagi, perkenalkan nama saya fara satya adika putra, saya pindahan dari Jogyakarta. Kalian bisa panggil saya adi. Saya tinggal di jalan kutilang”.Kata anak itu tersenyum.
”Baiklah adi, silahkan kamu duduk”kata ibu guru
”Terima kasih ,bu”kata adi sopan.
Entah apa yang membuat para siswi dari kelas 3 sampai kelas 6 jadi ribut membicarakan adi si murid baru itu dan bagi siswanya hanya dapat menggelegeng-geleng kepala melihat tabiat aneh para siswi yang terlihat tidak wajar setelah kedatanggan murid baru itu. Aku sih tidak peduli, walaupun dia berwajah tampan, pintar dan modis bagiku dia biasa saja. Yang ku pikirkan hanyalah ingin memperbaiki nilai yang masih kurang.
Semester ganjil sudah terlewati dan hari ini adalah hari pembagian rapor yang ku tunggu. Kekecewaan muncul menyelubungi wajahku setelah ku tahu bahwa aku menjadi peringkat 4 namun teryata kekecewaanku sedikit berkurang setelah ku tahu bahwa nilaiku melesat lebih baik dari pada semester genap. Yang pasti aku bahagia aku telah naik kelas 5. Hore!!!.

VI. ”He is my friend!”

Hari yang cerah awali hari ini. Kulangkahkan kaki ini menuju kelas yang baru. Kelas V. Kulihat satu persatu bangku yang masih kosong dan pilihanku jatuh pada kursi barisan nomor dua di sebelah pojok dekat meja guru.
Disampingku kini tersenyum manis Seorang wanita berambut hitam panjang yang lurus. Aku kenal dia, namun aku tidak begitu mengenalnya lebih dekat, mungkin ini karena aku cenderung tertutup dan lebih suka bergaul dengan teman laki-laki. Namanya Chairulnisa, gadis manis yang suka dandan dan terkenal cerewet. Dia seorang yang modis dan sangat feminim, berbeda jauh dengan penampilanku yang cenderung terlihat cansual, tomboy, dan pendiam atau yang sering teman-temanku bilang ”cool”.
Aku sering mengenakan jaket kaos dan levis. Rambut panjang nan bergelombang selalu rapi ku ikat kuncir ke atas. Tinggi tubuh yang semampai sejajar dengan tinggi laki-laki di kelasku dan berkulit sawo matang. Gaya berjalan dan berpakaian, aku lebih memilih gaya yang sporty. sekilas mirip seorang laki-laki namun, rambut yang pajanglah menjadi bukti kuat aku seorang perempuan.
Dulu, aku pernah menyamar sebagai cowok dengan menggulung rambutku ke dalam topi yang kututupi topi jaket. Ternyata mereka yang melihatku terkelabui oleh penyamaran itu, sungguh lucu melihat mereka yang nampak bingung. Apa gue emang ganteng ya kalau jadi cowok?hehe...Cape deh!!!.
Bel tanda masuk berdentang membuyarkan lamunanku. Ibu wali kelas kami masuk. Ibu guru Niah. Beliau memberitahukan jadwal pelajaran dan struktur kepemimpinan kelas dan Ari yesika yang terpilih menjadi ketua, wanita berbadan padat, berkulit putih, dan berambut sebahu hitam yang lurus. Sekilas ia nampak seperti wanita cina yang manis. Sungguh sempurna! Batinku.
Hari-hari ku lewati dengan bahagia. Akupun mulai akrab dengan teman sebangkuku, nisa. Walau dia cerewet namun kebaikan dan setia kawannya patut di acungi jempol.
Setidaknya aku mempunyai teman akrab selain tini, wanita dayak yang mungil dan manis. Nabela, wanita banjar yang pintar, mungil, dan cantik. Dijah, tante mudaku yang merangkap sebagai kawan dan lawan dalam setiap kompetisi baik akademik maupun non akademik. Jujur bila dibanding aku Dijah terlihat lebih, dia berbadan padat berisi, kulit sawo matang, mata bulat yang di hiasi bulu dan alis mata yang lebat serta prestasi yang bersaing ketat denganku. Happy, wanita dayak yanng anggun, dewasa, dan kadang suka narsis sendiri, serta Mira , anak guru yang berbadan padat berisi, pintar dan ramah kepada siapa saja.
Jam pelajaran pertama telah dimulai. Hari ini adalah ibu bahasa Indonesia yang terkenal killer dalam mengajar. Ibu menatap tajam kearah belakang. Nampak terlihat adi sedang santai bercakap dan bersenda gurau dengan teman sebangkunya Yanwar cahya permadi, cowok yang kerap kali pindah ikut orang tuanya di pindah tugaskan ke berbagai kota di Indonesia. Adi dan Yanwar adalah teman akrab. Terlihat dari asiknya mereka berbicara.
Sebenarnya aku dan Yanwar adalah teman baik bahkan kami masih tetangga. Kami sering kali menghabiskan waktu bermain di sore hari dengan bermain sepeda dan layang-layang bertiga dengan dijah di lapangan komplek dekat rumah kami. Namun, aku tidak begitu akrab dengan adika. Entahlah, semenjak kedatangannya sebagai murid baru pindahan Jogyakarta yang banyak membuat sensasi sehingga digilai para wanita, membuatku ilfil dan tidak ingin mengenalnya lebih jauh. Takut banyak fans club-nya marah besar. Ih takut!!!.
Pasalnya wanita itu kalau marah akan lebih sadis dari marahnya kaum cowok. Kalau marahnya kaum cowok biasanya hanya diajak berantem satu lawan satu atau keroyokan yang mengorbankan fisik saja. Tapi lain halnya kalau kaum wanita, mulut bertemu mulut akan menghasilkan gunjingan dan gosip yang lebih sakit menusuk hati dan akhirnya spikis kita pun mulai terganggu. Ih seram!.
”Adi, kenapa kamu berbicara pada jam pelajaran ibu?” tegas ibu guru lantang
”Maaf bu”. Jawab adi takut.
”Alasan saja!sudah, kamu pindah saja ke depan sini. Dekat meja ibu. Supaya kamu tidak bicara lagi”perntah ibu guru setengah membentak.
”Iya bu”jawab adi seadanya.
Adipun menurut dengan perintah ibu guru. Kini teman didepan bangkuku dengan rela menyerahkan kursi miliknya yang juga kosong kepada adi. Dendy, cowok lugu, ramah yang sering sakit-sakitan. Kadang aku kasihan dengannya. Karena penyakit dan sifatnya yang agak tertutup menjadikannya tidak mempunyai teman yang akrab.
Sekarang adi si cowok ”sok keren” duduk berada tepat di depan bangkuku. Sebelum duduk di bangku barunya dia tersenyum manis kepadaku dan mengucapkan kata ”hai” yang membuat cewek-cewek lain cemburu kepadaku. ”Masa bodo!”pikirku acuh.
Seusai pelajaran adi mengajak ngobrol aku dengan begitu akrab. Tentu saja hal ini membuat para fans adi jadi cemburu berat karenanya. Mereka jadi berpikir yang tidak-tidak. Mereka menyebarkan gosip bahwa aku berpacaran dengan adi, ada pula yang bilang aku merebut pangeran mereka, aku sok manislah, sok cantiklah, dsb. Yang membuat kupingku menjadi panas dan darah mendidih. Tapi adi malah tidak peduli. Dia seakan tebal muka dan telinga terhadap gosip murahan itu. Tentu saja hal ini membuatku semakin marah dan tidak enak di musuhi oleh cewek-cewek lain yang berpandangan sinis terhadapku. Adi malah semakin mendekatkan dirinya dan mencoba akrab denganku. Hal ini menjadi bola bumerang api kecemburuan fans adi semakin membara. Mati aku!!!batinku berteriak.
”Enak ya sekarang duduknya dekat adi. Pasti senang kan?”komentar ari sinis.
”Ye..siapa juga yang seneng. Biasa aja tuh”.jawabku dingin
”Huh, ini gara-gara cowok tengik itu sok akrab denganku. Aku deh yang kena getahnya. Dasar!”teriakku membatin.
Adi datang dan duduk mengadap ku dengan bibir yang menyunggingkan senyum semanis mungkin namun tidak merubah wajah geramku kepadanya.
”Ada apa sih kok wajahnya cemberut gitu. Jelek tau!”semprotnya sambil ketawa lucu.
”Ada apa?...ada apa?...enak banget kamu bilang gitu ama aku setelah kamu membuatku menjadi korban tak berdosa karena ulahmu”jawabku kesal.
”Hah, memang apa salahku...rasanya aku enggak ada membuat ulah ke kamu kok. Kita kan hanya sekedar ngobrol dan mengakrabkan diri. Terus apa salahnya dong?”tanggap adi kebingungan.
”Tuh, tanya sama cewek-cewek yang lagi sinis ngeliatin kita ngobrol”. jawabku sekenanya.
Tiba-tiba saja adi melayangkan sorotan mata elangnya keseluruh penjuru kelas yang jelas nampak terlihat semua mata cewek yang semula melotot melihat keakraban kami ngobrol menjadi gelabakan sendiri setelah di pandang adi dengan mata tajamnya. Mereka menjadi salah tingkah.
Setelah menyapu pandangan ke seluruh penjuru kelas adi pun menatapku lucu dengan senyum kemenangan.
”Oh jadi karena mereka kamu jadi marah-marah kayak gini sama aku ya?...hahaha dasar cewek . Pikirannya sempit.”katanya di selanggi tawa yang semakin menjadi-jadi.
”Ih, kamu ini telmi baget seh. Masa hal besar kayak begini baru nyadar sekarang. Aku jadi korban tau. Enggak enak banget di musuhin cewek-cewek sekolah ini. Aku enggak mau cari musuh. Aku merasa menderita. Kamu seh enak Cuma bisa ketawa melihat tingkah konyol mereka. Nah aku? Aku hanya bisa sakit hati Di!”semprotku menghentikan tawanya dan berubah jadi serius.
”OK, aku minta maaf. Sudah, kamu jangan pikirkan gosip dan kata-kata yang enggak bermutu dari mereka. Toh, kita hanya berteman dan kita hanya bersenda gurau kan? Kecuali...”katanya terputus.
”kecuali apa Di?”tanyaku penasaran.
”hehe beneran enggak marah neah kalau aku terusin kalimatku? Entar aku di tinju lagi ama waper kayak kamu”tanyanya sambil mencibir lucu.
”Ih apaan seh bikin orang penasaran aja...hm...ya enggak apa-apa sih lanjutin aja. yah paling-paling kena tonjok aja sekali kalau kamu bicaranya ngawur...hehe. ok deh...monggo bang!”jawabku sedikit becanda.
”Ih kamu mah gitu”kata adi pura-pura ngambek.
”duh cepat aja deh. Entar ku tonjok beberan neah!..oya waper tu apapan seh? aku enggak ngerti neah...jelasin dong!rengekku manja.
”ok..”waper” tu artinya.....WANITA PERKASA”. Mendengar itu aku langsung cubit lengannya. Adi pun mengaduh kesakitan.
”Tu kan bener kamu tu ”warper”. Ku pelototin matanya dan..
”iya deh kulanjutin kalimatku...kecuali... Diam beberapa saat dan memandangku tajam. Membuat jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. ”Oh Tuhan...kenapa ini?!”pekikku dalam hati seraya mencoba tenang kemudian dia melanjutkan...”Kita beneran pacaran”lanjutnya sendu. kami berdua terdiam sejenak dan pandangan kami beradu sesaat.
”kamu ini becanda melulu deh” buyarku sambil mencubit lengannya dan tertawa bersama, di iringi sorot mata cemburu dan iri berat oleh seluruh penghuni kelas. Terlebih para fans adi. ”Merah semua!!! tu nahan kentut, apa marah ya?”batinku.
Sebenarnya seh, adika sempat membuat hatiku tergocang kuat dengan gempa 5,5 skala liter. Dahsyat banget. Dan menurutku dia tipe cowok yang patut di perhitungkan. Wajah yang khas jogyakarta, berkulit hitam manis, hair style spay mirip To Ming Se lader genk di film Meteor Garden, Berpakaian rapi dengan jaket yang selalu berganti-ganti, tinggi dan bentuk badan yang ideal, serta dia adalah tipe cowok yang periang, humoris, misterius, ramah, dan suka hal-hal yang mistis melengkapi jati diri yang selama ini melekat erat dari sorot pandangku padanya. Ia juga seorang teman yang peduli dan setia kawan serta cowok yang doyan banget makan.hehe... Yah, menurutku apa salahnya aku menyerah pada pandangan negatif padanya selama ini dan berganti menjadi lebih berpikir positif atas dirinya. Yah, apa salahnya di coba. Aku sebenarnya juga suka tapi aku malu mengatakannya. Takut dia besar kepala nantinya. Ih, ogah banget!”khayalku melayang.
Hari demi hari kami lewati dengan penuh suka cita dan gelak tawa yang meyelingi canda dan obrolan yang rutin kami lakukan seusai pelajaran atau ketika jam pelajaran kosong. Alhasil, seiring berjalannya waktu kami aku, adi, nisa, dan dendy menjadi akrab. Terutama kami berdua. Aku dan adi.
”Nur, kamu ada punya HP enggak?”tanya adi.
”ada.memang ada apa?”tanyaku heran
”Boleh minta enggak?”katanya lagi
”Boleh seh, nie nomornya 08..........tapi di, itu bukan HP aku sepenuhnya. Jadi kemungkinan basar ada sama ayah”jawabku lagi
”Enggak apa-apa kok...hm...ntar aku telepon ya”jawabnya girang
”Ehem...ehem....Hei, jadi Cuma nomor Hp nurpah neah yang di tanya...Aku enggak...?”kata nisa tiba-tiba ikut bicara.
”He-eh...oya nomor HP kamu berapa nis, natar kapan-kapan aku telepon deh”Jawab adi sekenanya
”Nah gitu dong...ini nomornya 08........”kata nisa cepat.
”OK thanks ya...”kata adi penuh bahagia.
Teryata adi tidak bohong adi menelpon nisa dan aku beneran dengan HP baru yang di belikan oleh mamanya. Ternyata adi berniat untuk mengerjai kami dengan HP barunya. Setelah puas mengerjai nisa maka aku adalah sasaran terakhir yang ingin dia kerjai. Namun, sayang yang mengangkat telepon adalah ayahku dan hubungan teleponpun terputus seketika saat ayah berkata ”hallo ini siapa ya?”tanya ayah dengan suara agak berat. Hehe ternyata adi takut dengan suara ayah yang terdengar berat dan keras. Makanya jangan suka mengerjain orang tau rasa kan?!!. Kataku dalam hati.
Suatu hari temanku menyuruhku mengisi diarynya dengan mengisi lengkap biodataku. Mulai dai nama sampai cowok idaman. Setelah selesai menulis lengkap biodataku, adi langsung mengambil paksa dari tanganku dan serius membacanya. Ya tentu saja aku cegah, namun sia-sia. Adi telah habis membaca seluruh tulisanku itudengan air muka yang serius. Entah apa yang sedang dipikirkan anak itu. Aneh sekali!!gumamku.
Adi adalah cowok penggemar hal-hal mistis. Dia sering bermain jelangkung, bercerita hal-hal gaib, dsb. Yang membuat temanku nisa merasa ketakutan setengah mati karena adi. Namun, adi hari ini nampak beda sekali. Dia terlihat lebih rapi dan tenang. Adi datang dengan mata yang setenang telaga dan duduk manis menghadapku dengan menyunggingkan senyum semanis madu. Tiba –tiba dia berkata....
”Aku tobat pah, aku enggak bakal lagi melakukan hal-hal seperti dulu”katanya tenang dan sendu.
”memangnya ada apa di, kok tiba-tiba kamu berubah? tidak seperti biasanya?”tanyaku heran
Adi malah tersenyum penuh arti menanggapi pertanyaanku. Hal ini membuatku semakin heran. Pikirkupun kini mulai menerka-nerka. apa adi berubah setelah membaca kreteria cowok idamanku di biodataku ya?...sholeh, pengertian, perhatian dan penyayang...akh, apa mungkin?tapi, boleh dong kalau aku sedikit geer.batinku sambil tersenyum malu.
Waktu terus berputar. Tidak terasa ulangan semestergenap telah kami lewati dan rapor telah di bagikan. Nilaiku bertambah tinggi namun aku harus rela rangkingku menurun menjadi rangking 6. Yah, apa boleh buat sainganku semakin berat lagi pula pelajaranpun semakin sulit. Aku harus puas dengan apa yang aku peroleh.

VII. Kau suka aku, apa dia???

Huah...aku kucek kedua mataku saat bangun tidur. Kulihat jam dinding yang terus berputar.Oh My God, hampir telat. Aku harus cepat-cepat bergegas mandi dan sarapan dengan cepat. ”Ukh..kenapa seh enggak ada yang bangunin aku?”gerutuku kesal.”Nurpah kan sudah besar, masa bagun tidur sendiri tidak bisa?”elak mama tidak mau di salahkan. Membuatku bertambah kesal saja. setelah mencium punggung tangan dan ke dua belah pipi mama dan ayah aku berangkat sekolah. Aku berlari sekencang dan semampu mungkin keluar dari gang dan mencari angkutan umum di jalan raya. Setelah sampai di jalan raya, aku menstop sebuah angkutan umum yang kebetulan lewat.
“Ya Allah, aku mohon semoga aku tidak terlambat”do’aku tulus pada Allah.
Setelah sampai dan membayar jasa angkutan maka aku bergegas lari sekencang yang ku bisa saat masuk gerbang yang hendak ditutup oleh guru. Dengan penuh kekuatan,dan kegesitan berebut masuk dengan siswa dan siswi yang senasib denganku akhirnya kini aku dapat bernafas lega.”uh...untung aku tidak terlambat”kataku mengatur nafas yang tersengal-sengal.
Jalanku kini mulai sedikit ku perlambat dari sebelumnya. Aku melangkah ringan ke kelas. Di semester genap di kelas V ini aku baru saja pindah dari Jln.Rajawali induk ke jln.sakan V. Orang tuaku membuka cabang yang baru untuk mengembangkan usaha mebelnya. Sebagai anak aku hanya dapat menuruti ke mana ayah dan mama berjalan. Namun, karena asiknya menyiapkan segala sesuatu untuk sekolah esok harinya, aku sampai lipa mengatur waktu berangkat kesekolah dengan tepat. Sehingga kata ”terlambat” hampir saja menjaringku dalam masalah besar.
Aku duduk di kursiku yang sama seperti pada semester ganjil. Wajah adi pun membayang seketika itu juga di kelopak mataku. Sudah hampir sebulan aku tidak bertemu dengannya dan jujur aku sangat merindukan saat-saat kami bersama.
Mataku pun menyapu seluruh ruangan kelas berharap sosok itu muncul untuk membayar lunas rasa rinduku. Kulihat tas hitam bergaris jingga dan merah ditengahnya tersandar pasrah tak berdaya di bangku dan itu artinya adi sudah datang sebelum aku. ”Lalu kemana dia?”pikirku penasaran.
Dengan santai sesosok cowok yang aku cari-caripun mencul dengan senyuman yang menggoda.
”lagi cari aku ya?”godanya.
”ih, jangan geer ya. Aku Cuma ingin memastikan kamu masih hidup apa enggak. Kok dari tadi tidak kelihatan?”jawabku ketus, menutupi rasa malu.
”ah masa seh? dari tadi ku lihat kamu celingak-celinguk seperti anak ayam kehilangan induk. Seperti cacing kepanasan tau.kagen ya sama aku?”jawabnya menyindir.
”Ih geer banget kamu!”jawabku tersipu malu yang di iringi gelak tawa dari adi yang semakin menjadi-jadi. Repleks saja aku mencubit pinggangnya supaya adi menghentikan tawanya.
”Duh...sakit nih. Kamu kasar amat sama aku kan Cuma bercanda. Masa gitu saja marah?”.kata adi sambil mengaduh kesakitan.
”Ih, kamu juga seh kayak gitu sama aku”jawabku sedikit iba.”hm..maaf deh...sakit ya? sini biar aku liat parah apa enggak?”kataku kemudian.
”Habisnya wajah kamu itu lucu kalau lagi malu, merah tau...hehe enggak apa-apa kok enggak terlalu sakit...iya aku maafin kok. Apa seh yang enggak buat kamu”.katanya lagi.
”Adi!!”teriakku gemas.
”Eh..ampun-ampun”katanya sambil merapatkan kedua tangannya ke depan dadanya tanta minta ampun.
Hari-hari yang kami lewati begitu menyenangkan. Namun entah sejak kapan aku baru menyadari di saat aku berbicara dengan adi yang menghadap ke bangkuku, aku melihat sorot mata elangnya kini menatap lekat kedada seorang wanita yang duduk di deretan belakang dan aku tahu persis siapa wanita yang sedang adi tatap diam-diam itu? Ya, itu adalah tante mudaku sendiri.
Aku pernah melihat gelagat dijah yang juga salah satu pengagum cowok hitam manis ini. Namun, dijah sangat pintar menyembunyikan perasaannya sehingga dia tidak begitu menonjol di bandingkan fans-fans adi yang lain. Seperti tini misalnya, pernah ingin bunuh diri dengan mengacungkan sekeping silet di atas urat nadinya karena tidak di tanggapi adi pernyataan cinta yang ku yakin amat sangat tulus keluar dari mulut mungil tini. Namun, tentu saja hal itu hanya sabotase belaka dari akal bulus tini untuk merebut perhatian adi yang menolak mentah-mentah cintanya. Dan akhirnya aksi bunuh diri yang hanya bohong-bohongan itu berakhir sia-sia karena adi sama sekali tidak memperdulikannya ”kalau mau bunuh diri ya bunuh diri saja, tapi jangan di sekolahan”.katanya cuek.uh dasar adi dingin amat sama cewek.”sok cakep kamu”kataku dalam hati.
Akupun memberanikan diri untuk bertanya agar rasa penasaranku terjawab.
”Hm...kamu suka ya sama tanteku dijah? Dia cantik lho...mustahil kamu tidak suka ...malah akhir-akhir ini aku perhatikan kamu sering curi-curi pandang padanya?udah jujur deh !”tanyaku hati-hati.
”Enggak kok...aku gak suka..kamu apaan sih pah, ada-ada aja...jangan ngawur deh!”kata adi gelabakan.
Ada sinar aneh yang terpancar dari mata adi. Suatu sinar yang berusaha menutupi kebohongan. Yah, aku yakin adi pasti berbohong. ”Oh Tuhan, sekarang hatiku telah terjadi erosi besar-besaran. Kenyataan pahit yang tidak ingin terjadi. Adi menyukai wanita lain, yang paling menyakitkan wanita itu adalah tanteku sendiri”. Batinku mengerang. Sungguh sakit Aku cemburu!.

Cahaya yang mula –mula menyusup diantara gelapnya ruang hati, kini mulai redup kembali….raga tidak bisa lagi menari di iringi nyayian yang mendadak sepi…kalbuku yang semula bersonata kini diam tak bergeming…sayup terdengar isak tangis dari hatiku…sesuatu telah pergi….

Hatiku yang tiba-tiba terasa nyeri kupaksa untuk tersenyum di hadapan adi. Karena aku tahu percuma aku mempertahankan perasaan yang mulai tumbuh ini. Yang ada di pikiranku hanyalah kebahagian yang membuat adi tersenyum untuk selamanya. Maka dari itu, ku mencoba untuk membunuh rasa yang ada di hatiku dan membulatkan tekat membiarkan adi meraih cintanya. Karena bahagianya adalah termometer kebahagiaanku juga.
Kulewati hari-hariku yang tersisa di semester ini dengan menyibukkan diri lebih fokus ke pelajaran agar rasa yang mengekangku berkurang dan harapku mati seketika. Aku tidak mau mati akan rasa yang tidak pasti. Jadi persahabatan yang aku dan adi jalin tetap terjaga dan rasa ini hanya menjadi rasa ”teman” yang pasti tidak ada rasa cinta...yah never!!!
Hore!!!ulangan semester genap sudah berakhir dan hari ini aku mendapatkan raporku dengan air muka yang bahagia. Nilaiku makin bagus dan mendapat rangking 4. Ternyata ada hasil dari usahaku belajar yang tekun berbuah manis, yah walau awalnya adalah sebuah pelampiasan kekecewaan hati yang tersembunyi di antara persahabatan yang aku dan adi jalin bersama. ”Tapi bagus juga kan hasilnya!”kataku sambil tersenyum getir.

VIII. Kapur melayang, heppypun sempoyongan!

Wuih...kelas enam nih!!! Buku baru, tas baru, sepatu baru, pokoknya semuanya deh...dan yang paling penting nih, welcome to new class. Duh, tak terkira senangnya hatiku. Aku berharap dengan kelas baru, aku bisa menemukan suasana yang baru. Aku ingin cepat-cepat mengubur perasaan ”suka” ini menjadi perasaan yang ”biasa saja”.
Kulihat sekeliling kelas seraya mencari bangku yang kosong dan aku menemukan bangku yang masih kosong di barisan pojok paling belakang. Disana duduk seorang gadis berambur ikal sebahu dengan tahi lalat yang besar di samping kanan hidungnya. Dia Eva Setiawati. Wanita itu tersenyum manis dan berkata”Hai” kepadaku dan ku balas pula kata ”hai” kepadanya. Di depanku kini duduk seorang laki-laki berparas dayak dengan tubuh yang atletis. Dilihat dari perawakannya tampak dia seorang yang gemar olah raga, terutama karate. Namanya endy. Dan di sebelahnya seorang wanita yang tidak asing lagi bagiku, wanita anggun dan dewasa yang kadang suka narsis sendiri dan kata cowok-cowok seh dia termasuk anak yang ”cerewet”, siapa lagi kalau bukan heppy.
Teman-temanku yang baru membuatku merasa bahagia. Hari-hariku terasa menyenangkan. Endy tipe cowok pembosan yang haus akan hiburan, Oleh karena itu biasanya eva yang merupakan saudara sepupunya, dan aku di suruhnya menyanyi guna menghiburnya dan ujung-ujungnya kami di kasih uang. Emang dia kira kami lagi ngamen apa?tapi ga apa-apalah. Lulayang gope . bisa buat beli permen. Namun, endy tidak mau kalau heppy yang bernyayi, kata endy ”suara kamu tuh cempreng. Enggak enak baget didengar”kata endy jutek setengah bercanda dan di respon heppy yah merajuk sambil mencubiti pinggang endy dengan manja. Ya ela!!
Dan adi kini semakin akrab dengan ade kurniawan teman sebangkunya dan tentunya dijah yang tidak jaun dari tempat duduknya. Sekilas, pernah ke melihat. Dia mencuri pandang saat kami berempar aku,eva,endy,dan heppy yang sedang bersenda gurau dan tertawa lapas bersama. Aku melihat ada tatapan iri dan kosong di sana. ”Akh, apakah adi merindukan saat-saat kami kelas V ya? Di saat kami bebas ngobrol dan tertawa bersama? Apa iya? Ya Tuhan semoga apa yang aku duga adalah benar”. Ucapku membatin.
☺☺☺
Hari ini matahari bersinar sangat cerah. Udarapun ikut panas dan pada hari itu kebetulan ibu guru yang mengajar lagi berhalangan hadir dan pelajaran kosong dengan di tinggakan beberapa tugas dari guru yang tidak mengajar tersebut.
Heppy bercerita padaku katanya hari minggu kemarin dia sakit jantung dan terpaksa masuk rumah sakit. Tapi, hari ini dia boleh pulang karena kondisi badanya sudah fit lagi. Jadi hari ini dia bisa cerewet seperti biasanya dengan volume yang memang agak mengganggu. Adi nampaknya terganggu dengan kebisingan suara heppy yang berisik sehingga mengganggu konsentrasinya terpecah untuk fokus pada tugas yang dia kerjakan.
Setelah beberapa kali ia menegur heppy yang nampaknya tidak menghiraukan teguran yang meluncur dari mulut adi maka kesabaran adi kini berada di puncaknya. Adi mengambil beberapa kapur dengan kasar di dekat meja guru dan sekuat tenaga dan dengan teriakan yang lantang menyebut nama ”heppy” maka kapur tulis yang di lempar adi mendarat mulus di dahi heppy dengan keras dan tepat. Tiba- tiba heppy memegang kepalanya dan sempoyongan tubuh jangkungnya lunglai dan jatuh dengan sukses di lantai.
Aku tertawa karena ku kira heppy bercanda. Tetapi, setelah ku gerakkan badan heppy maka, tidah ada respon yang menandakan bahwa heppy bercanda. Perlahan tapi pasti ringai tawa yang mengalun dari mulutku tiba-tiba berubah menjadi panik dan bening air di sudut mata tidak dapat lagi ku bendung. Aku menangis sejadi-jadinya.
Dengan geram tanganku menunjuk lurus ke arah adi yang masih beku terdiam melihat responku. Dengan amarah yang semakin tidak terkendali aku berteriak ”Kau jahat Di, heppy sakit. Dia baru keluar dari rumah sakit. Jantungnya masih belum stabil, tega-teganya kau membuatnya seperti ini. Kau harus bertanggung jawab, Di!”. kataku histeris dan seluruh ruangan menjadi sepi.
”Ayo panggil ibu guru. Heppy harus di bawa ke uks”.kata endy memecah ketegangan.
”O iya. Biar aku yang panggil ibu guru ”ujar seseorang, entah siapa.
Tidak lama kemudian para guru-guru berdatangan dengan segera. Di periksanya heppy secara intensif.
”Heppy hanya pingsan, bawa dia ke uks. Ayo bantu itu mengangkat badan heppy ke uks”kata ibu guru tegas. Beberapa cowok mengangkat badan heppy dengan bergotong-royong. Lalu ibi guru yang lain berucap ”Siapa yang membuat heppy jatuh pingsan?”tanya ibu guru.
”Seketika saja adi mengangkat tangannya dan mengakui kesalahannya ”saya bu. Saya siap menrima hukuman dan bertanggung jawab”.kata adi tegas.
”Baiklah, mari ikut ibu”.kata ibu guru melunak.
Sepeninggal heppy dan adi di uks aku masih menangis tersedu-sedu dan siswi-siswi yang lain mencoba menenangkanku. Sementara siswanya hanya bisa terdiam dam memandang prihatin terhadapku. Ini adalah pertama kalinya sang ”waper” julukan yang di berikan mereka kepadaku menangis pilu seperti wanita kebanyakan. Aku terlihat sangat lemah jauh dari kesan tomboy yang melekat pada karakterku sehari-hari. Aku sungguh malu.
☺☺☺
Bel istirahat berbunyi dan ku langkahkan kakiku secepat mungkin menuju uks untuk menjenguk heppy. Kulihat heppy terbaring di kasur dengan selimut putih yang menutupi peparuh tubuhnya. Di wajahnya nampak jelas terukir senyum yang sangat bahagia dan pipinya bersemu merah, sekilas nampak seperti tidak sakit sama sekali, kontras sekali pada saat dia jatuh pingsan tadi pucat dan kaku.
”Hei, masih sakit,py?”kataku pelan
”Hm...sudah baikan kok. Terima kasih ya”.katanya ceria
”Kamu kenapa seh senyum-senyum kayak orang stes?jangan-jangan kamu terbentur kepalanya ya makanya jadi orang gila kayak gini”.kataku panik.
”Hus...ngawur kamu...ya tidaklah, aku masih waras kok.aku lagi senang aja soalnya lagi dapat durian runtuh”.katanya berapi-api.
”Durian runtuh apaan seh? jelasin donk?aku enggak ngerti nih?”tanggapku kebingungan.
”Ih kamu ini enggak nyambung deh, sini biar ku jelasin ya sayang. Tadi, adi datang kesini dan kayaknya dia nungguin aku sampai siuman dan saat aku sadar dia langsung minta maaf tulus banget sama aku. Duh, ganteng banget deh dia. Pokoknya romantis banget”. Ceritanya mengebu-gebu.
”Hah!!!jadi itu kata kamu yang durian runtuh???!!duh, heppy dengar ya. Adi itu udah buat kamu pinsan. Bukannya marah eh malah muji-muji dia enggak jelas kayak gini. Tau enggak aku panik setengah mati ngeliat kamu pingsan tadi tahu enggak? Aku nagis sejadi-jadinya, saat kamu di gotong mereka endy ke uks”.kataku kesal.
”Hah, endy mengangkat aku?!duh senangnya.hari ini adalah hari keberuntunganku”.kata heppy dengan mata berbinar-binar.
”Akh, dah syaraf kali ya, kamu ini. Aku pusing!aku kembali ke kelas aja ya. Aku mau menenangkan diri. Dari pada aku lama-lama di sini bisa stess betulan aku kayak kamu. Ih ogah akh, bye heppy!”kataku bergelidik sambil keluar uks.
”Dasar, enggak bisa liat temen seneng. Ya udah deh, bye”.jawab heppy merengut.
Setelah aku keluar dari uks aku menggerutu sepanjang perjalanan ke kelas. Sesampainya di kelas, aku duduk rileks menenangkan urat syarafku yang mendadak menegang karena kepanikanku tadi. Tiba-tiba terdengar derak langkah pelan menuju mejaku dan sesosok cowok dengan tampang penuh penyesalan ”Adi!!”desisku. Adi tersenyum getir menatap wajahku. ”boleh duduk di sini”. Ujarnya kemudian.”Hm...boleh”.kataku heran.”kok tumben ya anak ne mendatangi aku. Ada apa nih?”kataku membatin.
”Aku benar-benar menyesal atas perbuatanku tadi.aku benar-benar emosi dan semua itu kulakukan begitu saja...”katanya menggantung.
”Terus kamu mau apa?”Tanyaku penuh selidik.
”Aku benar–benar khawatir melihat kamu menagis waktu itu. Baru pertama kali aku melihat kamu menangis sehisteris itu...”katanya penuh penyesalan.
”lalu kamu ingin mentertawakan kebodohanku karena menagis didepan umum, begitu?”. kataku mulai emosi.
”Bukan itu maksudku pah, aku benar-benar menyesal dan ingin minta maaf karena telah membuatmu panik dan menangis!”katanya meyakinkan.
Aku terhenyak oleh kata-katanya. Kini mata kami sedang beradu. Entah apa arti tatatan sendu itu. Seketika saja hatiku terenyuh dan menunduk lunglauai.
”Kenapa kau berikan tatapan itu lagi, Di? Aku hampir bisa membunuh rasa yang ada di hatiku ini. Sekarang, kau malah sirami tunas yang ”rasa” yang hampir mati karena kemarau kekecewaan?”batinku ngilu.
”Lalu kenapa kau malah minta maaf denganku?kenapa tidak dengan heppy saja?kan kamu yang telah membuatnya pingsan dan membuatku bertingkah aneh?”semprotku tajam.
”aku sudah minta maaf dengannya dan sekarang akau khawatir denganmu. Aku peduli denganmu pah, bukankah kita Teman?!”.tegasnya balas menatapku tajam.
”Teman? Hanya itu yang kau rasakan adi? Apakah kata ”Teman” yang mendasari kau peduli denganku. Lalu apa arti senyumanmu, tawamu, kelakarmu, dan arti hadirmu yang mulai merasuk dalam sukmaku? Apakah aku tidak boleh berharap lebih dari sekedar ”Teman”? apa aku tidak pantas atas posisi special itu?”batinku mengerang.
”Yah, aku mengerti.aku memaafkanmu, adi”.kataku nanar.
”Terimakasih pah, kamu benar-benar tenanku yang paling baik. Kini aku merasa lega”. Ujar adi gembira, diiringi senyum kecut dari bibirku.
☺☺☺

ADIKA AKU CINTA KAMU!!!

Akankah diriku mati atas rasa ini??...
Dan apakah ku harus tinggalkan perasaan tulus ini begitu saja?..
Ingin rasanya ku berlari dari kenyataan pahit ini..tapi apa dayaku...?
Karang yang kokohpun rasanya telah terkikis...
Akibat rasa yang terhempas...

Andai sedikit saja kau menatapku mungkin aku tak sesakit ini...
Ku telah berusaha memendamnya ke dalam kalbuku yang paling dalam...
Untuk menekan rasa yang bergejolak di hati hingga jiwaku tergoncang...

Cara apa lagi yang mesti ku tempuh untuk membunuh rasa ini?
Ini perkara yang membuatku dilema sepajang masa...
Namun, apa jawabmu???...kau hanya diam membisu!!!
Tidakkah kau merasa iba pada diriku yang tercabik– cabik perasaannya?
Apa kau kira aku tak sakit setelah kau beriku harapan yang fatamorgana?

Kau kejam....!!! tanpa menoleh kau berpaling begitu saja...
Aku seakan tersungkur di antara lautan api yang membara..
Murkaku akan kau dan rasa yg menggumpal bagai bara yang terbakar...
Untukmu kini hanya sesal yang tertiggal....



Ku banting pulpen yang tidak bersalah itu dengan kasar di atas goresan tinta yang tersusun rapi. Ini adalah salah satu hobbyku yang tidak banyak di ketahui orang. Curhat dengan buku berwarna ungu yang bernuansa batik!. Didalam diary itu terdapat sekumpulan puisi, lirik lagu, sketsa gambaran, dan curhat tentang hari-hari indah yang kulalui bersama teman-teman dan terutama ”adi” yang kerap kali menjadi topik utama saat aku curhat dengan diaryku yang pasrah ku goreskan kata demi kata dengan tinta hitamku yang tersusun apik didalamnya.
Entah apa yang akan dikatakan adi jika dia melihal hal yang aku lakukan. Terbayang dia akan tertawa geli sambil berkata ”waper” kayak kamu mana pantas menulis diary. Duh, jangan membual dong. Kamu ini bisa saja bertingkah hal-hal yang konyol. Itu kan bertolak belakang sekali dari gaya hidup yang selama ini melekat pada dirimu”. Khayalku bekerja. ”Ukh, kenapa sih mesti wajah dia yang membayang di kelopak mataku. Enggak bakal deh, aku mesti membunuh ”rasa” ini”. Gumamku membara.

IX. Ini cinta atau Hanya ”rasa” Sementara?

Suasana yang lenggang menyambutku ketika aku dan sepeda balapku masuk halaman sekolah. ”apa aku datang terlalu pagi ya?”pikirku. Aku lihat jam di tanganku.”akh, rasanya ini tidak pagi-pagi banget. Sudah jam 06.15 WIB”.batinku heran.
Aku parkir sepeda balapku di parkiran sekolah yang ternyata cukup banyak sepeda dengan beragam merek tersusun di sana. Itu mengartikan orang-orang cukup banyak di sekolah, bukan Cuma aku. Ku langkahkan kakiku ke kantin dekat ruang guru dan kelasku. Tiba-tiba saja seekor lebah menggigit telingaku hingga memerah dan dengan singgap aku usir lebah yang menggigitku lagikat.”Ukh, apaan nih?”aku kesal yang diiringi rasa nyut-yutan di telingaku.
”Itu lebah non, hati-hati nanti di gigit. Bengkak lho nanti. Di ruang guru ditemukan sarang lebah dan serangga yang lain. Karena membahayakan bagi murid-murid makanya ibu kepala sekolah memindahkan siswa siswi kelas V dan IV ke kelas yang baru di bangun itu”. Informasi ibu penjaga kantin lembut yang tiba-tiba menyelutuk.
”Iya, terima kasih infonya ya bu, terus apa enggak takut nih jualan dekat padang serangga begini. Ntar ibu kesengat lho kayak saya”. Kataku menanggapi.
”Habis mau bagaimana lagi non, wong tempatnya sudah disini. Ya apa boleh buat. Duh non, kesengat ya?cepat gih kasih minyak dan obat di uks agar sengatannya tidak membesar”. Kata ibu itu prihatin.
”Terima kasih ya bu, saya permisi dulu. Takut telat masuk kelas”. Kataku sambil berpamitan
”Ya sudah, hati-hati ya, non!”.kata ibu penjaga kantin itu sambil menatap kepergianku.
☺☺☺
Kulangkahkan kakiku menuju kelas yang di informasikan ibu kantin tadi dengan langkah yang lebar-lebar, bahkan bisa di bilang setengah berlari. Akupun masuk ke dalam kelas yang nampak terlihat jelas bahwa bangunan itu sangatlah baru didirikan. Tembok dan keramik serta bangku dan kursi yang nampak bersih dah kokoh. Beda sekali dengan pemandangan di kelasku yang lagi di isolasi. Meja dan kursi yang mulai reot bertanda betapa dewasa sepasang meja dan kursi itu selain itu goresan tip-x yang tidak luput dari pandangan tersusun kata-kata yang sangat tidak penting sehingga terlihat kotor serta keramik dan dinding yang mulai kusam dan berdebu akibat kemalasan murid-murid yang berjadwal piket kebanyakan terlambat dan tidak melaksanakan tugas. Sungguh ironis.
Ku ambil tempat deduk yang masih tersisa. Barisan kedua dekat pintu dengan tenang. Tidak lama ibu guru masuk dan mulai menerangkan pelajaran dan setelah itu meninggalkan kami karena ada urusan yang penting di ruang guru dengan beberapa tugas dan dengan tegas beliau berpesan bahwa kami harus menyelesaikan tugas itu hari ini juga dan mengumpulkannya di meja guru. Kamipun menurut dengan patuh.
Dasar ABG, baru di tinggal oleh ibu guru sudah ribut seperti pasar ikan. Kulihat tugasku sudah selesai. Dengan tersenyum puas kulangkahkan kakiku menuju meja guru untuk menggumpulkan tugas tersebut.Tapi, memang dasar aku seorang pengkhayal dan kadang suka lupa diri. Setelah menaruh tugas tadi di meja guru aku malah berjalan dengan mata fokus ke papan tulis. Aku sangat tertarik akan sedikit goresan penjelasan yang di tinggalkan ibu dan alhasil aku dan adi saling bertabrakan dan hampir jatuh terguling berdua.
Aku langsung memperbaiki posisiku saat teman-teman sekelas bersorak riang melihat adegan yang menurut mereka fantastis itu. Rona merah pipiku tidak dapat kututupi lagi. Aku sungguh malu. Sebaliknya, adika malah cengenggesan dengan tawa penuh kelucuan. Aku semakin geram namun, dia hanya tersenyum jahil. Akupun duduk kembali ke bangkuku untuk sekedar menstabilkan debar jantung yang sangat keras akibat insiden beberapa detik tadi. Kata teman-teman wanitaku, aku memperoleh informasi bahwa adi sengaja melakukan hal memalukan itu untuk mencari perhatiannku yang dari tadi terlihat sangat pendiam. ”Ukh, dasar cowok jahil. Awas nanti!”.teriakku dalam hati penuh amarah.
☺☺☺

Hari ini nampaknya sang mentari dengan tekun menyinari bumi yang masih pagi dengan cahayanya yang hangat. Hari ini jam pelajaran olah raga yang aku gemari. Namun, hari ini tema olah raga kami menggurangi semangatku untuk berolah raga. softball!. Ukh, terbayang olehku pukulan keras yang di layangkan para kaum cowok. Lagipula aku sangat tidak mengerti cara permainan bola kecil ini. ”Sungguh ribet”.pikirku.
Aku masuk tim yang kena giliran berjaga yang di kapteni oleh sutrisno, cowok jawa yang berkulit hitam manis yang juga menjadi ketua kelas dan lader bagi para cowok-cowok di kelasku. Seperti bos saja tingkahnya. Aku hanya menurut patuh atas perintahnya untuk berjaga di base 2 yang terletak dekat tiang bendera.
Sepertinya bola tidak pernah singgah di tanganku dengan malas aku duduk saja karena lelah tersengat matahari. Kugambari tanah di sekitarku dengan gambar wanita yang lagi tersenyum. Tiba-tiba di sampingku terdengar nafas orang yang tersengal-sengal kecapean. Bukannya malah berlari dia malah ikut duduk di sampingku sambil tersenyun dan berkata ”hai” . Aku bengong seketika akibat ulahnya .kemudian terdengar seruan kapten tim adi yang menyuruh adi untuk terus berlari. Adipun bangkit dan terus berlari sekencang mungkin ke base yang lain untuk melakukan the steal. Sebelum berlari sempat ku lihat bibirnya tersenyum lebar sambil berkata ”jangan melamun ya”.
”Ya Allah, apa yang sedang di lakukannya? Tingkahnya yang akhir-akhir ini terlihat aneh untuk merebut perhatiannku semakin memupuk ”rasa” yanng ada di hatiku. Apakah aku tidak boleh berharap lebih bahwa dia juga merasakan ”rasa” yang sama denganku? Ini cinta atau hanya ”rasa” sementara?” batinku penuh harap.


Rasa ini ada tanpa kuminta…
Dan rasa ini tumbuh dengan cepatnya…
Salahkah bila kau bersemayam di memori?...
Hiasi mimpi dan anganku yang terus menggulma....
Maaf bila ku tak dapat menghapus jejakmu...
Karena kau abadi bagai dinasti surgawi...



☺☺☺

”Anak - anak hari ini ibu ingin mengumumkan bahwa akan ada ekstrakulikuler tari yang di buka di sekolah ini. Nah,bagi siswa dan siswi yang berminat dapat mendaftar dengan ibu”.kata ibu lantang.
”Hm... bisa juga nih, aku mau coba akh. Siapa tau aku berbakat”.batinku. akupun ikut mendaptarkan diri dan bersiap pada sore hari untuk latihan di sekolah.
Aku mulai menikmati dengan aktivitasku yang baru. Giat dan tekun aku terapkan dalam menjalani latihan menari.
Hari yang terasa panas seakan membakar kulitku. Walau kami berada di dalam ruang tari namun, panas matahari tetap menggerogoti dan hasilnya peluhpun membasahi pakaian kami.
”karena sebentar lagi ada rapat guru se-palangka di SD kita maka kita mendapat keppercayaan penuh untuk menjadi pengisi acara dalam acara tersebut. Maka dari itu, kakak akan membagi kalian menjadi 2 kelompok.”. jelas kakak pelatih tari semangat.
Seusai pembagian 2 kelompok tari maka kakak pelatih menguji kepandaian kami menari dengan kelompok yang telah di bagi tadi. Kata kakak siapa yang bagus menarinya maka kelompok tersebut yang akan tampil.
Tari giring-giring yang kami bawakan teryata cukup sukses kami tampilkan. Kakak pelatih menggiring kami keluar ruangan dan menari lagi di halaman sekolah. Dengan patuh kami pun menuruti perintah tersebut.
”Selamat, kalian terpilih untuk tampil untuk acara nanti. Nah pertahankanlah kelincahan tarian kalian ya”. Ujar kakak pelatih seraya bertepuk tangan.
Walaupun terlambat kami menyadari, kami yang di selimuti rasa binggung akhirnya bersorak sorai atas keberhasilan kelompok kami.
Hari yang di dinantikanpun tiba. Hari ini kami akan tampil di hadapan ratusan guru SD. Wajah yang telah tersapuh mac-up, baju dayak yang indah mebalut tubuh kami, dan ikat kepala yang ada bulu burung mengiasi kepala kami dengan rambut tergerai.”cantik”.kataku membatin saat melihat pantulan wajahku di cermin.
Sebelum kami tampil orang-orang yang menata rias dan pihak orang tua memphoto kami bergantian. Rasanya sudah seperti putri KALTENG.hehe_<
Waktu penampilan kami sudah di depan mata. Suara musik kecapi mengalun indah mengiringi lincah gerakan kami. Para guru yang hadir terpukau atas penampilan kami. Seusai acara kami merasa bahagia. Akhirnya selesai juga tugas kami dengan baik.

X. Me In Between 3 Heart

Semester ganjil di kelas 6 sudah di mulai. Dengan hati yang gembira ku sambut hari dengan langkah yang ringan ke sekolahku yang sangat ku cinta.
Eva seperti biasa telah datang lebih dulu di banding aku yang terkenal sebagai ”Ratu Terlambat”, beruntung hari ini pintu gerbang belum di tutup sehingga aku tidak usah repot-repot masuk secara diam-diam lewat pintu di samping sekolah.
Jujur, aku kurang puas akan hasil semester genap kemarin. Aku hanya mendapat peringkat 6 di kelasku. Memang seh, nilai yang aku peroleh tidak ada yang mengecewakan, tapi rasanya aku telah kehilangan sesuatu yang menjadi targetku selama ini, menjadi juara kelas. Tapi aku masih merasa bangga akan hasil yang ku peroleh. Aku harus puas dan bersyukur atas anugerah tersebut.
☺☺☺


Mentari yang redup di telan kegelapan malam kini mulai menapakkan sinarnya di balik bentang cakrawala...melelehkan salju abadi yang menyelubungi hatiku dengan dingin yang tak terkira...melepaskanku dari jerat kegelapan...dan menggantikannya dengan semerbak indah senyuman...



Ibu walikelas masuk untuk memberi pelajaran. Namun, nampaknya Ibu Rikawati ingin mengubah struktur bangku yang kami tempati. ”Supaya kalian tidak merasa jenuh”. Itu alasan yang terlontar dari bibir ibu guru. Kami menuruti perintah ibu dan ternyata aku dan eva di tempatkan tepat di belakang bangku adika dan ade. Pertama-tama aku kaget dan heran atas apa yang ada di depan mataku. Posisi ini, SAMA DENGAN WAKTU KELAS 5!!! Aku duduk di bangkuku dengan tenang. Padahal aku dari tadi berusaha keras menyembunyikan perasaan bahagiaku yang meledak-ledak dalam hatiku. Adi hanya terenyum manis melihat tingkahku yang mendadak salting dan canggung saat aku di pandang dengan mata elangnya.
Hari-hari ku lewati dengan penuh bahagia. Pertemanan kami menjadi sangat seru. Kami jadi semakin akrab berempat. Adi dan ade sering sekali membuat lelucon tentang eva yang suka menyanyi dan ber tahi lalat besar di sebelah hidungnya. Tentunya hanya bercanda dan berakhir dengan gelak tawa yang lepas, bebas!sungguh tiada hari tanpa tawa, canda, dan bahagia.
Aku tahu teryata adi telah menjalin hubungan dengan adik kelas 5 yang bernama Yenny. Seorang gadis yang berbakat dan sering muncul di TVRI KALTENG sebagai penyanyi cilik. Sungguh sempurna. Tadinya aku merasa kecewa dan sakit hati, namun setelah melihat senyuman dan raut wajah yang bahagia saat adi menjalin hubungan dengan yenny aku merasa ikut bahagia. Aku akan lebih merasa tersakiti apabila adi menjadi pemurung atau bersedih. Aku rela tersakiti perasaanku demi melihat adi tersenyum bahagia. Namun, rumornya Adi dan Yenny melakukan hubungan yang putus-nyambung.”Aneh sekali! sebenarnya mereka serius enggak seh?”. batinku heran.
☺☺☺
Entah sejak kapan 2 cowok yang selama ini tidak begitu akrab denganku memperhatikanku secara diam-diam. Ada rasa kagum di mata mereka. Aku yang sedikit misterius menggundang hasrat 2 cowok ini yang terkenal dengan kepopuleran dan kekuasaannya di sekolah dan khususnya di kelasku bersimpati dan berempati denganku. M. Sutrisno dan M. Dhedy Faisal berjuang mendapatkan perhatianku. Ukh, membuat aku dan orang lain yang melihat risih.
Mereka memperlakukanku sebagai cewek ”special” mereka. Apalagi setelah adi mempunyai pacar, menurut mereka peluang untuk PDKT denganku semakin besar. Dengan berbagai usaha, mulai dari sekedar rayuan kacangan sampai perlakuan romantis bak Ratu Cleopatra mereka persembahkan untukku. Ih enggak banget deh. Risih banget aku. Sekilas aku pernah memcuri pandang melihat apa reaksi adi atas yang aku alami. Namun, yang terlihat hanya tatapan mata kosong yang penuh misteri menatapku lekat yang di kerunmuni sutrisno dan dhedy. Tunggu!apa dia cemburu?!. Semoga saja!.
Hari ini ada pelajaran agama. Kami pindah ke kelas agama. Kebetulan ibu guru terlambat masuk kelas, sehingga pelajaran belum juga di mulai. Sutrisno dengan senyum misteriusnya berjalan perlahan ke arah bangkuku. Tangannya terlipat kebelakang, entah apa yang di sembunyikan di balik badannya. Tiba-tiba sutrisno berlutut dan mempersembahkan seikat dedaunan yang terangkai rapi. ”Tunggu...!Rangkaian daun?!!apa maksudnya?”.tanyaku membatin dengan dahi berkerut.
”Aku cinta kamu nurpah. Aku benar-benar suka sama kamu. Apakah kamu mau jadi pacar aku?oya,terimalah bunga ini sebagai tanda cintaku”.katanya penuh keyakinan
”Apa?!!emang aku kambing jadi harus makan daun?..ini daun bukannya bunga.Hm...maaf neah, aku tidak bisa menerima pernyataan dari kamu. Bukan karena rangkkaian daun kamu tapi aku ingin kita berteman saja. Kamu mau kan?”jawabku tegas.
”Baiklah, apabila itu keputusanmu. Kamu akan menyesal menolakku”katanya sedikit emosi.
”Maafkan aku”.jawabku sendu.
Dedy menatapku lekat dan mencoba mendekat kearahku.
”Maaf De, aku juga tidak bisa menerima kamu. Jadi sebaiknya kamu mulai sekarang tidak lagi mengharapkanku...karena aku...”
”Sudahlah, tidak apa. Yang penting kita masih berteman kan? Dekat bersamamu saja sudah membuatku bahagia.”jawabnya tegar.
”Terima kasih De, kamu memang teman yang baik”.tanggapku lega.
Setelah penolakkanku atas pernyataan cinta sutrisno dan Dedi beberapa hari kemudian,nampaknya mereka sudah mendapatkan pasangan yang baru. Suttrisno berpacaran dengan Lala dan Dedi dengan Mira. Mereka nampak bahagia dengan pasangan masing-masing. Aku bahagia akhirnya mereka menemukan cinta yang baru. Aku bahagia saat ku melihat mereka bahagia.

XI. 4 sahabat jadi 1(NE A2)


Senyap, saat semua siswa dan siswi masuk ruangan. Hari ini pelajaran kelas 6 semester genap telah di mulai. Ini adalah bulan-bulan penentuan bagi kami. Pasalnya ini adalah bulan-bulan terakhir kami menjadi murid SDN Palangka -3 karena beberapa bulan lagi setelah pengumuman kelulusan, kami resmi menyandang predikat anak SMP yang berseragam biru putih.
Semester lalu aku masih bisa mempertahankan nilaiku sehingga rangking 6 masih melekat menghiasi raporku. Walau begitu kadang kala hatiku cemas akan ujian Nasional nanti. Takutnya kalau nanti tidak lulus. Namun, aku mencoba meyakinkan hati ini agar lebih optimis menghadapi segala kemungkinan.
Senyum jahil dari bibir adi begitu membuatku merasa aneh. ”kenapa lagi anak ini?lagi demam kale ya”.Pikirku bingung.
”Kenapa senyam-senyum, aneh banget”
”Hm...enggak kok, kamu aja yang kegeEran”
”Ya udah, nyantai aja kale bicaranya, enggak usah salting gitu. Curiga aku”
”Lama ya, udah enggak ngobrol lagi. Hehe”
”Apaan seh...enggak penting tau”
”Oya, aku ada punya buku dongeng sedunia yang baru aku beli saat aku pergi berlibur ke Yogyakarta. Kamu mau baca?”
”Wah beneran...?aku mau banget. Mana?biar kubaca habis tuh buku”kataku tak sabar.
”Ini”seraya mengeluarkan buku besar dengan gambar yang menarik dan menyerahkannya kepadaku.
”Wah...aku senang banget...aku pinjam ya, Di”
”Boleh, asal jangan sampai rusak aja tuh buku”
”Tenang, enggak bakal rusak kok cuman lecet aja dikit”
”Huh dasar...awas ya kalau beneran rusak”ancamnya setengah bercanda.
”Idih ...ngapain nih seru banget”tanggap eva dan ade berbarengan.
”Ini ...adi baru beli buku cerita dongeng sedunia...seru banget deh”.
”Wah...yang benar?aku boleh minjam enggak, Di?”
”Tanya dulu sama yang pertama minjam...kalau aku sih ngebolehin kok, asal jangan sampai rusak aja”
”Habis kamu , aku lagi ya, Pah?”rengek eva manja
”Boleh. Asal sabar aja nunggu aku baca ini buku sampai habis”
”Asik...thank’s ya nurpah...tapi, usahain dong jangan sampai lama bacanya. Cepetin dikit kek, ngebut gitu bacanya”
”Mank aku ojek yang bisa ngebut”.
”Hahaha”adi, ade, eva, dan aku tertawa lepas bersama.

Semenjak hari itu suasana yang sempat kaku mulai mencair di antara kami berempat, aku, eva, ade, dan adi mulai akrab lagi satu sama lain. Kami sering bercanda, dan berbagi cerita bersama, kadang kala saat pelajaranpun kami berkerjasama dalam menyelesaikan soal. Kasihan eva, seringkali dia dijadikan sasaran untuk candaan adi dan ade, tawapun pecah dan rengutan manja wajah eva menjadi akhir dari candaan mereka, terpaksalah peranku di mainkan sebagai pembujuk agak muka masam akibat candaan adi dan ade berubah menjadi senyum merekah. Keakraban dan kekompakan kami berempat menjadi dasar persahabatan yang terbina dengan baik. Kami sungguh bahagia.

XII. Rasa Itu Tumbuh Lagi

Aku sedang asik meniikmati deretan huruf yang berbaris rapi di buku. Tanganku kiriku tergeletak pasrah di samping buku yang ku baca dan tangan kananku tengah memainkan Tip-X dengan lincah di dalam laci meja , tiba-tita sebuah tangan meraba mejaku dan mendarat tepat menyentuh tangan kiriku. Aku terkejut bukan kepalang akibat sentuhan hangat yang menggetarkan hatiku dengan dahsyat walau sesaat. Sang pemilik tangan ternyata tak kalah kagetnya akan apa yang barusan terjadi, dia berbalik menatapku lurus. Seketika saja aku dan dia menjadi salting yang hebat.

”Adi” desisku tertahan. ”Apa yang kau lakukan tadi” kataku gugup
”Oh...maaf...maaf banget...aku tidak sengaja...aku hanya bermaksud igin meminjam tip-X mu, tapi aku malah...duh aku beneran minta maaf, aku tidak sengaja. Sweer!”katanya salting
”Ih...amit-amit. Pegang-pegang tangan aku. Najis tau”kataku ketus seraya membersihkan tanganku”
”Ih...siapa juga yang mau pegang tangan kamu. Geer banget. Aku Cuma ingin pinjam tip-X kok. Gitu aja sewot. Ukh dasar”rengutnya berubah kesal
”Ya udah bilang dong...jangan asal meraba aja kayak orang mati lampu. Nih, tip-X nya”. Jawabku cepat
Beberapa saat kemudian...
”Nih, aku kembalikan. Thank’s ya”.katanya dengan wajah yang masih cemberut
”Iya sama-sama”kataku dingin.
Setelah itu aku dan adi saling diam dan menyibukkan diri dengan kerjaan masing-masing.

Sebenarnya seh, adika sempat membuat hatiku tergocang kuat dengan gempa 5,5 skala liter tadi, Saat dia pegang tanganku tadi. Dahsyat banget!Masih terasa hangat jari tangannya menyentuh tanganku walau sesaat. Aku sangat senang, tapi ku tutupi rasa saltingku dengan perlakuan dingin kepadanya tadi agar dia tidak tahu apa yang aku rasa,. Aku takut dia besar kepala karena kegugupanku atas peristiwa tadi.”Apa Adi merasakan apa yang aku rasa, ya?”pikirku melayang seraya memandang kokoh punggungnya dengan lekat. ”Semoga iya, aku sungguh menyukaimu Adi, Walau kamu enggak tahu, rasa ini akan kusimpan selamanya”. Batinku tulus.


Kesungguhan cinta yang memuncak…membara dalam panasnya jiwa…lebur diantara rindu dan mengeras di dalamnya relung hati...mataku berekspedisi keseluruh labirin kepastian...limbung dalam kekecewaan dan mati di atas cinta yang ku agungkan...Salahkah apabila aku ingin tetap bernafas tatkala oksigen harapan hadir memberiku nyawa?!...aku ingin mencoba sekali lagi...membangun cinta yang sudah rapuh dengan tanganku...aku ingin merengkuh kembali rasa yang sempat sirna dengan keyakinan yang baru...Ya Allah, tolong aku!...beri aku jalan agar aku bisa merekatkan kembali keping hatiku yang berserak ini dengan kasih dari-Mu Ya Allah...karena aku sungguh mencintainya..beri aku kesempatan untuk mencintainya!...


XIII. Persiapan Ujian

Ibu Rikawati memasuki kelas dengan anggun. Beliau merupakan guru yang bijaksana dan terkenal penyayang.
”Selamat pagi anak-anak”.
”Selamat pagi, bu”.
”Ibu ingin memberitahukan informasi penting untuk kalian. Mulai hari ini ibu harap, kalian harus lebih serius untuk belajar, karena tidak lama lagi kalian akan menempuh ujian. Jangan anggap remeh setiap mapel yang kalian terima. Jadi, untuk lebih fokus dalam menyerap mapel yang kalian terima, ibu dan ibu Belcewati sepakat akan melakukan les tambahan secara bergantian untuk kalian. Setuju anak-anak”.
”Setuju bu”Jawab anak-anak serempak.
Setiap jam 3 sore anak-anak berkumpul dirumah ibu Rikawati yang dekat sekolahan dan di sekolah pada mapel ibu Belcewati.”HAJAR!” harus belajar...merupakan semangat belajar yang membara didiri kami, untuk mencapai predikat lulus dengan nilai yang terbaik menjadi yang tak pernah menyusut tertanam dalam benak kami. Masa depan kami berada sekarang, di jenjang dasar pendidikan sekolah ini, kami akan berusaha disini agar cita-cita yang kami impikan ada di genggaman.
Ku kayuh dengan cepat sepeda yang aku naiki. Dengan cepat sepedaku kini melaju di aspal dengan mulus walau lubang dan gundukan tanah seringkali menghalangi kemulusan sepedaku melaju dengan cepat. Sebentar lagi aku sampai di rumah ibu Rikawati, tempat lesku sore ini.
”Stop...”Tangan terbentang nampak tak takut tertabrak laju sepedaku melaju.
”CietTt....”suara gesekan ban sepedaku dengan aspal dengan kuat.
”Adi...!!!kamu mau mati ya...?kalau sepedaku tidak cakram berhenti, kamu bisa mati konyol aku tabrak tau”. Kataku geram
”Eh...hehe...sorry friend!becanda tau gitu aja sewot. Oya, boleh minjam sepedanya enggak?please!”. pintanya memelas
”Hus becanda...becanda...kamu ini kuga banget seh...enggak akh, natar sepedaku rusak lagi kalau kamu pinjam”.
”Ah...sebemtar saja, tidak bakalan rusak kok.”bujuknya setengah memaksa.
Akupun dengan rela menyerahkan sepadaku kepada adi dan dengan perasaan gembira langsung dinaikkinya sepedaku seraya berkata kepada teman-teman yang lain
”Ayo kita balapan!” teriaknya girang.
”Adi!”teriakku melengking namun sia-sia si bengal itu bersama teman-temannya yang lain sudah jauh melaju di aspal dengan sepeda mereka masing-masing.
”Ukh dasar kampret tuh Adi!”kataku kesal
”Sudahlah lebih baik kita masuk saja dulu kerumah ibu siap-siap belajar”. Kata Feli bijaksana
”Ya sudah, ayo”kataku pasrah.
Hari berikutnya kami les lagi di temat ibu Rikawati untuk membahas materi mapel yang belum kami pahami di sekolah. Hari- hari ujian telah dekat. Jadi, materi yang harus di pahami menjadi semakin banyak.
Aku telah sampai di depan gang jalan ke rumah ibu Rika, kumelihat adi, sutrisno dan teman-teman yang lain sedang mengolok-olek anjing di dekat gang tempat kami akan les sore ini. Nampaknya, anjing itu telah geram dengan tingkah konyol mereka mengoloknya. Hal terbesar dan yang paling tidak disadari mereka ialah anjing tersebut hari ini teryayata di tidak diikat dan terkurung di balik pagar rumah tuannya. Segera saja mereka lari pontang panting di kejar anjing tersebut, yang lucunya sendal mereka tertinggal di dekat rumah yang anjingnya tengah mereka perolok tadi saking takut dan kagetnya. Mereka kembali mengambil sendal mereka dan kembali berlari secepat mungkin dari kejaran amukan anjing tersebut. Untung saja sang pemilik anjing tersebut cepat datang mengendalikan hewan peliharaannya itu. kalau tidak jadi apa mereka adi, sutrisno dan yang lainnya di gigit anjing yang terlihat ganas tersebut.
”Hahaha...rasain!siapa siruh jahil dengan binatang. Sekarang tahukan akibatnya”.kataku lantang seraya tertawa twrpingkal-pingkal melihat tabiat konyol mereka.
”Dasar sadis, temen lagi kesusahan malah di tertawakan, bukannya menolong”.kata mereka tidak puas atas reaksiku.

Hari Ini giliran les mapel matematika dengan ibu belcewati di sekolah. Cuaca nampak buruk hari ini. Mendung, membuat suasana menjadi agak gelap. Tapi, tidak sedikitpun menyurutkan niat kami untuk belajar. Seusai les selesai deras hujan membasahi bumi yang kerontang. Kami bingung ingin pulang kerumah. Namun dasar pemikiran anak-anak, sudah tahu hujan deras masih saja memaksakan diri untuk pulang dengan peralatan seadanya. Untung aku selalu bawa jaket, kebentangkan jaketku dengan lebar keatas kepala untuk melindungiku dari butiran air hujan. Saat kulangkahkan kakiku ternyata Adi mengikutiku dan ikut dalah naungan jaketku yang sempit untuk dua orang. Aku terkesima sesaat sambil memandangi wajahnya yang sangat dekat dengan wajahku lalu Adi tersenyum jahil
”Maaf numpang sebentar ya”. Pintanya
Aku masih syok dan tak bergeming lalu...
”Ih, apaan seh...aku enggak mau berdua satu naungan jaket sama kamu tau”.kataku judes
”Hm...ya sudah”.katanya sambil tersenyum jahil dan segera mencari tempat berteduh terdekat.
”Aku percepat langkah menuju parkiran sepadaku dan dengan segera kukayuh dengan cepat sepedaku membelah deras hujan yang membasahi saatku melaju. Tapi, aku tidak memperdulikan diriku yang basah kuyup oleh hujan. Hatiku telah tumbuh tunas baru yang membuatku seakan menjadi gila. Ya cinta!rasa itu yang kuyakini benar telah berakar kuat menembus akal sehatku. Aku gila karena ”rasa” yang membuncah. ”Ya Allah aku jatuh cinta!”.Teriakku di dalam hati sambil tersenyum sepanjang jalan.

XIV. OMG...Ujian!

Titik-titik embun membasahi dedaunan di taman sekolah. Segar udara merasuk melalui pori-pori kulitku. Ku hela nafas sedikit berat dan mencoba menenagkan hatiku yang bimbang. Ku gengam erat kartu tanda peserta ujian dengan erat seraya memasuki kelas ujian.”Ok, aku sudah siap. Aku akan berusaha sebaik mungkin”.kataku meyakinkan diriku sendiri.
Kini mataku sibuk mencari bangku yang bertuliskan nomor ujian yang sama dengan KPU di tanganku. Setelah yakin dan menyamakan nomor KPU milikku, segera saja ku duduki bangku itu dengan perasaan yang mulai tenang. Mataku terus berputar mengenali nama teman-teman yang ada di dekatku dan tidak asing lagi seorang cowok manis duduk di belakang bangkuku sambil tersenyum ramah.
”Hai”.
”Eh, Reza. Kamu duduk disini ya. Wah kebetulan sekali, nanti kalau aku enggak tau jawaban soal ujian ntar aku nyontek ya”.kataku bercanda.
”Boleh, asal bayar oke”.
”Ih, pelit amat seh”.kataku sambil tertawa
Reza fauzan, dia adalah teman sekelasku yang agak pendiam tapi apabila sudah bercanca kocaknya enggak ketulungan deh. Rame abis. Orangnya baik dan tidak sombang, sifat itulah yang membuatku menjadi akrab dengannya.
Hari-hari ujian aku lalui dengan perasaan yang bahagia. Kadang, kalau aku tidak punya penghapus atau alat menulisku lagi rusak, dengan senag hati reza menawarkan dan meminjamkan peralatan sekolahnya kepadaku. Dia benar-benar teman yang baik menurutku.
Ujian telah selesai. Aku dan teman-teman merasa bahagia yang beselimut rasa deg-deg kan. Mengapa tidak pengumuman kelulusan belum di umumkan. Kami semua berharap dapat lulus dengan nilai yang terbaik agar dapat masuk SMP yang kami inginkan.
Hari pengumumanpun tiba. Aku diantar ayah pergi kesekolah dengan mobil hari ini. Didalam perjalanan aku terus-terusan berdoa agar aku dapat lulus dengan nilai yang terbaik.
Semua siswa dan siswi kelas 6 berkumpul di depan ruang kepala sekolah. Disana tergantung sebuah papan tulis berukuran sedang yang bertuliskan

Pengumuman

Semua murid kelas 6
LULUS semua!
Hari ini langsung cap tiga jari di ruangan kepala sekolah.




Sorak sorai bergema memekakkan telinga. Kami berloncat dan saling berpelukan gembira saat melihat pengumuman tersebut. Aku langsung berlari mencari ayah yang tengah duduk menungguku sediri.

”Ayah, nurpah lulus...nurpah lulus ayah”.kataku terisak gembira saat bertemu ayah.
”Benarkah?Ayah bangga denganmu. Ayo kita pulang dan beritakan kabar baik ini kepada seluruh keluarga”. Kata ayah dengan bangga dan ikut terharu.
”Tidak ayah, nurpah masih ada kegiatan di sekolah. Hari ini langsung cap tiga jari di ruang kepala sekolah. Jadi, dari pada ayah menunggu lama, ayah pulang duluan saja mengabari keluarga dirumah. Nurpah bisa pulang sendiri kok”.
”Baiklah, ayah mengerti. Ayah pulang duluan ya. Nurpah langsung pulang setelah cap tiga jari kerumah. Jangan kelayapan dijalan”.
”Iya ayah, nurpah mengerti. Assalamualaikum”.kataku seraya mencium punggung tangan ayah lembut.
”Walaikum salam sayang. Hati-hati dan ingat pesan ayah”.
”Iya ayah”.

Mobil ayah kembali melaju di jalan. Aku menatap bangga seiring bayang mobil ayah lenyap di tikungan.”Aku akan berusaha mempertahankan senyun indahmu ayah. Aku akan berusaha menjadi anak yang ayah dapat banggakan. Nurpah janji ayah”.kataku dalam hati seiring jatuhnya bulir bening di sudut mataku.
Kembali aku berlari menghampiri teman-temanku yang sudah berbaris rapi masuk satu persatu keruang kepala sekolah dengan tertib untuk melakukan cap tiga jari di atas ijasah yang selama 6 tahun ini kami nantikan.Kami sungguh bahagia.

XV.See You my friend…See You Honey.

Hari perpisahan sebentar lagi, para siswa dan siswi anak kelas 6 di suruh turun kesekolah oleh kepala sekolah. Kata beliau kami harus menjadi penyumbang atraksi apapun yang kami bisa untuk dipersembahkan pada hari perpisahan yang rencananya akan dilaksanakan di Tangkiling. Aku mendapat tugas untuk menampilkan tarian giring-giring bersama teman-teman, 3 laki-laki dan 3 perempuan. Aku di tugasi untuk mengajari mereka agar menjadi lincah dalam melakukan setiap gerakan seperti waktu pementasan kelas 5 tahun lalu di hadapan para guru-guru se-kota Palangka Raya. Aku sungguh tersanjung atas kepercayaan yang sangat besar di berikan oleh guru-guru kepadaku.
Kami berlatih dengan giat di rumah mira setiap sore hari. Kami menari berpasangan. Aku berpasangan dengan sutrisno, mira berpasangan dengan dedy dan Ijah berpadangan dengan adi.kami berlatih dengan giat dan semuanyapun telah menghapal gerakan dengan lincah. Sampai akhirnya aku mendapat keputusan yang tidak baik dari orang tuaku. Ayah dan ibu tidak mengijinkanku untuk pergi ke tangkiling. Mereka khawatir akan keselamatanku disana. Aku harus menelan pil pahit di akhir perjumpaanku dengan teman-temanku disekolah. Sebagai anak aku harus menuruti apapun perintah orang tuaku terlebih hal tersebut demi kebaikanku sendiri. Aku harus taat dan patuh pada perintah itu.
Teman-teman serta guru tentu kecewa atas ketidakikut sertaanku pada hari perpisahan itu. Namun, mereka mencoba mengerti posisiku dan segera pengganti diriku dalam melakukan tarian sebelum hari H-nya.
Teryata felling ayah dan ibu benar. Setelah hari perpisahan di tangkiling mereka bercerita ke padaku di seklah, mereka ari, ijah dan kawan-kawan tersesat di hutan bukit tangkiling. Semua peserta yang ikut hari perpisahan itu ikut panik dan mencari mereka Ari dan kawan-kawan. Beruntung, Ari dan kawan-kawan berhasil di temukan berkat bantuan pendaki bukit yang kebetulan lewat. Akibat hilangnya Ari dan kawan-kawan, acara perpisahan menjadi sedikit tertunda dan terpaksa di laksanakan dengan sederhana menginggat waktu yang banyak terbuang. Aku prihatin akan kejadian tersebut sekaligus bersyukur atas selamatnya aku dari kesesatan di hutan bukit tangkiling.” Allah bebar-benar baik, terima kasih telah memberiku dua orang malaikat yang selalu menyayangi dan memperhatikanku”.kataku membatin
Hari ini adalah hari puncaknya. Pada hari ini ijasah resmi di serahkan oleh kepala sekolah kepada orang tua murid atau wali murid.Sebelum acara itu di laksanakan, pada pagi hari semua siswa dan siswi dan guru-guru berkumpul melaksanakan makan bersama di kelas sebelum kami benar-benar berpisah dan melanjutkan ke SMP yang kami inginkan.
Aku duduk dengan tenang di bangkuku seraya menikmati nasi goreng buatanku sendiri. Tiba-tiba adi langsung duduk menghadapku dengan senyum manis nan jahil.

”Ih, nagapain kamu lihat-lihat?kurang kerjaan tau”.semprotku sewot
”Hm...enggak kok. Aku Cuma mau ngeliatin kamu aja. Enggak boleh?”
”Enggak banget tau.udah pergi kamu. Malu tau”.
”Eh, apaa tuh?..nasi goreng ya?wah aku suka banget. Minta dong!”. rengeknya manja
”Ih, enggak boleh, kalau mau buat sendiri dong”.
”Wah, bener nih kamu masak sendiri?rajin baget. Jadi pengen ngecobain nich”. Katanya seraya merebut tempat nasiku.
”Ih, kamu ini kurang kerjaan banget seh”.kataku geram
”Ciyee...lagi pdkt nieh ye”.goda Ari kepada kami.
”Eh, hehehe”.adi cengegesan
”Apaan seh”.elakku
”Emangnya pdkt tu apa ri,?”tanyaku penasaran
”Tuh tanya aja sama adi, pasti dia tahu”.
Seketika saja aku menatap tajam wajah adi yang masih tertawa cengegesan
”Serius ,DI. Apaan tuh pdkt?”tanyaku penasaran
”Hm...beneran enggak tahu neh?”.katanya manja
”Beneran...!kalau kamu tidak kasih tahu nanti aku tonjok mau?.”
”Iya iya...galak amat, pdkt tu....pendekatan!”.
”What?! Idih amit-amit deh”.kataku menutupi malu
”Ya udah kalau gitu”.katanya sambil berlalu pergi

Jujur aku merasa malu setengah mati atas sindiran Ari tadi. Aku sebenarnya sungguh senang tapi karena egoku yang terlalu besar, aku tetap menyembunyikan rasa ini lebih dalam. Aku takut Adi tahu bahwa aku sungguh menyukainya.
Sepeninggal adi, eva tersenyum manis kepadaku seraya menyerahkan segulungan kertas berukuran A4.

”Apa ini ,va?”.tanyaku heran
”Bukalah”.
Gulungan itu ku buka perlahan dan aku terdiam terkesima.
”Kamu suka hadiahku?”.tanyanya hati-hati
”Aku sungguh menyukainya.Apakah kau sendiri yang membuatnya?”.kataku berbinar
”Iya, walau lukisanku tidak begitu bagus kuharap kau menyimpanya sebagai kenang-kenangan persahabatan kita”.
”Kamu sungguh baik, va. Aku sungguh beruntung berteman denganmu. Aku akan menyimpannya.terima kasih sobat. Lukisan kita berdua yang bergandengan ini sungguh hadiah yang indah”.kataku terharu.

Saat yang dinantikan pun tiba. Kepala sekolah memanggil orang tua dan wali murid berpasangan masuk ke ruangannya untuk mengambil ijasah kami. Nama ayah dipanggil dan hal yang paling mengjutkan pada saat itu ayah masuk bersama ibunya Adi.OMG, ayah dan ibu Adi bersalaman sebelum masuk bersama mengambil ijasah kami. Seketika saja teman-teman sekelas bersorak-sorai dan adapula yang bersiul kepada kami dan berkata berbarengan ”Ciye...calon camer nih ye!”kata mereka ramai. Sungguh aku malu sekali, rona merah di pipiku tidak dapat ku tutupi lagi., sekilas aku melihat ke arah adi yang juga ikutan salting dan malu. Mata kami beradu dan segera ku berpaling menghindari tatapan elangnya. ”Aduh apaan seh. Kenapa jadi begini kejadiannya?”.runtukku dalam hati.
Tidak beberapa lama ayah dan Ibu adi keluar dengan air muka yang cerah.

”Bagaimana ayah hasilnya?”.tanyaku penasaran
”Nilaimu bagus ayah bangga padamu...ayo kita segera pulang ke rumah!”ajak ayahku.
”Tunggu sebentar ayah aku ke kelas dahulu mengambil tas”.
Segera ku berlari ke kelas dan mengambil tasku. Adi mengikutiku dari belakang dengan pandangan yang lekat.
Dengan gembira aku berteriak di depan kelas.
”Selamat tinggal teman-teman. Sampai jumpa lain hari. Terima kasih atas segalanya dan selamat tinggal”.seruku lantang

Mataku berekspedisi ke seluruh penjuru kelas dan wajah teman-teman sebelum ku pergi, dan wajah dan sosok yang terakhir ku lihat adalan Adika Putra. Teman, musuh, sekaligus cinta pertamaku di SDN Palangka-3. Aku tersenyum lembut seraya menatapnya lekat. Adi hanya terdiam tak bersua balik menatapku lekat. Setelah selesai aku berkata dan menatap semuanya. Aku segera melangkahkan kakiku menemui ayah dan pergi kerumah dengan menaiki mobil. Cinta, dan kisahku terbang bersama angin hangat yang berhembus siang itu. Namun, didasar hatiku yang paling dalam aku akan tetap mencintaimu Adi. Aku yakin kita akan bertemu pada saat yang indah dimana masa depan yang cerah ada di genggaman kita. Aku percaya akan hal itu. Aku selalu mencintaimu ADIKA!.


Ku merindumu di sela denyut nadiku…
Ku mengagungkanmu di dalam tahta hatiku…
Ku memujamu dalam setiap detak jantungku...
Kala ku terlelap....
Kala ku tersadar....
Selalu ada bayangmu menjelma....
Aku selalu mencintaimu...
Walau kau tak pernah tahu...!

Rabu, 10 Maret 2010

IDEOLOGI YANG MENJERAT

aku binguung dengan pola pikir yang menjerat ideologi yang dalam...aku sangat kecewa pada diriku yang lemah dan tak berdaya dalam menghadapi kemelud dunia yang nyata...tersayah dan perih...itu yang kurasa saat ini...aku limbung pada raga yang mengurung jiwaku yang meronta...tolong aku..!!!aku lelah dengan kekalahanku...aku mati akan ideologi ini...aku membutuhkan satu nyawa lagi untuk kulanjutkan hidupku...tolong rengkuh aku sebelum ku lunglai tak bernafas...