Selasa, 23 Maret 2010

Dua Malaikatku




Letih dan keriput hiasi wajah yang mulai menua
Sengal nafas dan getir langkahmu kian nampak terlihat
Namun bibirmu tak pernah luput dari manis senyuman
Luka fisik dan jiwa tersembunyi di balik jeruji raga
Yang menjelma hanya kesempurnaan yang nyata

Dimata masa mudaku kau terlihat angkuh saat kumulai salah melangkah
Keras teriakan nasehatmu tak lagi ku dengar
Yang terbersit di benakku hanyalah sesuatu yang beda pada perubahan Era

Butir air bening di sudut matamu mengaburkan penglihatan
Meleleh membasahi pipimu yang kian lelah
Tapi aku tak jua terenyuh...
Aku malah meneriakimu ”TIDAK ADIL!” dengan kasar
Saat materi yang ku minta tak dapat kau penuhi
Kini, kau tak bisa berargumentasi lagi kepadaku
Suaramu yang dulu lantang kini sayup tak terdengar
Kau hanya bisa berbaring lemah di ujung penantian
Pucat pasi kini menyelubungi air wajahmu

Rapuh….
Renyuh…
Lambungkan asa di dada saat dua malaikatku tak lagi bergeming
Hening sesaat kemudian pecah dengan tangisan yang meronta
Jiwaku tergoncang akibat rasa yang terhempas tiba-tiba

Aku menyesal hingga tak mampu bersua
Aku tak sempat berkata ”MAAF” di ujung pertemuanku
Ampuni aku....
Ampuni kelalaianku..
Aku pudar dan gamang tersentak menerima realita yang ada
Dua malaikatku di jemput Yang Kuasa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar